Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gangguan Mental, Problem Sistemis dan Butuh Solusi Sistemis


TintaSiyasi.com -- Pada tanggal 10 Oktober lalu diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia, tak terkecuali di Indonesia. Namun sayangnya, fakta dan data dengan terang-terangan menunjukkan bahwa masih banyak terjadi kasus gangguan mental di Indonesia.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan University of Queensland di Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menemukan bahwa 1 dari 20 remaja di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan mental, mengacu pada Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V) keluaran American Psychological Association (APA). Ini berarti sekitar 2,45 juta remaja di seluruh Indonesia masuk dalam kelompok Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) (Kumparan.com, 14/10/2022).

Ini baru dari kalangan remaja saja. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 07/10/2021)

Penyebab Gangguan Mental

Dalam konteks Indonesia, kasus gangguan mental menunjukkan tren peningkatan dalam 30 tahun terakhir. Maknanya, sejak tahun 1990 hingga 2020, jumlah kasus gangguan mental di Indonesia bukannya mengalami penurunan, justru malah terjadi peningkatan. Tentu hal ini membuat kita bertanya-tanya apa yang menyebabkan tren peningkatan kasus gangguan mental di dunia, khususnya di Indonesia?
Faktor penyebab gangguan mental dapat dilihat dari segi faktor internal dan eksternal.

Dari faktor internal, faktor ini muncul dari dalam diri penderita gangguan kesehatan mental. Ini terkait dengan kemampuan seseorang dalam memahami kehidupan dan kesiapan menerima keadaan yang ditetapkan oleh Allah SWT (qada). Biasanya, mereka ini adalah orang-orang yang belum siap menerima qada Allah yang dipandang buruk menurut manusia.

Adapun faktor eksternal berasal dari luar diri penderita gangguan kesehatan mental, seperti tekanan hidup karena faktor ekonomi yang menghimpit, masalah pekerjaan, keluarga, bahkan sampai ke kondisi ekstrim seperti mengalami perundungan (bullying), mengalami kekerasan baik fisik, verbal, maupun seksual. Diperkuat dengan adanya sekulerisme yang mencabut peran agama (Islam) dari kehidupan, akhirnya mencetak manusia bermental rapuh yang tidak siap dalam mengarungi cobaan kehidupan.

Dalam kehidupan yang berasas ekonomi kapitalistik, manusia dipaksa memeras keringat untuk menjalankan roda ekonomi. Bagi kaum perempuan, mereka lebih rentan terkena penyakit gangguan mental karena mengalami beban ganda dalam keluarga dan di tempat kerja. Kapitalisme yang memaksa kaum perempuan keluar dari rumah dan ikut bekerja mengakibatkan semakin banyak perempuan yang stress bahkan mengalami penyakit gangguan mental.
Banyaknya faktor penyebab ini menunjukkan bahwa gangguan mental adalah problem sistemis yang tentunya membutuhkan solusi sistemis pula.

Solusi Islam Mengatasi Problem Gangguan Mental

Islam adalah agama sekaligus ideologi yang berasal dari Sang Pencipta. Allah SWT Maha Mengetahui segala permasalahan manusia dan apa saja yang dibutuhkan manusia untuk menyelesaikan problem kehidupannya, termasuk permasalahan gangguan mental. Bagaimana cara Islam menyelesaikan problem kesehatan mental manusia?

Dari segi individu, Islam telah menuntut setiap individu untuk paham aqidah yang sebenarnya, yaitu semata-mata menyembah kepada Allah SWT saja. Setiap aktifitas yang dilakukan (di semua aspek) dilaksanakan dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT. Jika terjadi masalah, Allah telah menyeru orang-orang beriman untuk mendekat kepada-Nya (muraqabatullah) dalam setiap keadaan. Islam mengajarkan jadikan sabar dan sholat sebagai penolong, dan untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT, zat yang Maha Menolong hamba-Nya dalam menghadapi segala persoalan hidup.
Islam juga memerintahkan setiap individu untuk paham Qadla dan Qadar dengan sangat rinci, apapun segala hal yang terjadi yang diluar kekuasaannya, itu adalah ketetapan dari Allah SWT yang tidak akan diminta pertanggungjawaban di akhirat nanti. Insyaallah dengan keyakinan itu, segala permasalahan akan terasa "kecil" dan manusia akan bersemangat menjalani ujian hidup hingga “lulus” sehingga tidak akan mengalami gangguan mental karena dilandasi sabar dan tawakal kepada Allah Taala.

Dari segi negara, negara yang menerapkan sistem Islam secara kaffah akan meminimalkan, bahkan menghilangkan segala faktor yang menyebabkan rakyatnya mengalami gangguan mental karena permasalahan dalam berbagai aspek. Islam mewajibkan negara untuk melaksanakan segala peran secara optimal.

Dari aspek ekonomi, negara Islam akan memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya sehingga tidak ada yang kesusahan mencari nafkah serta membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya.

Dari aspek pergaulan, negara akan menciptakan iklim pergaulan yang aman dari segala bentuk kemaksiatan, tindakan asusila, pornografi-pornoaksi, kejahatan seksual dan nonseksual, perundungan (bullying), dsb.  Islam mengatur pergaulan laki-laki dan perempuan agar terhindar dari khalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis yang non-mahram) dan ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan non-mahram), serta perbuatan maksiat yang menjadi turunannya.

Dalam aspek hukum dan perundang-undangan, negara Islam akan menerapkan hukum-hukum Islam (hudud, jinayat, ta’zir, dll) yang akan mencegah terjadinya kejahatan (zawajir) dan memberikan efek jera bagi para pelakunya (jawabir). Harapannya, tidak ada pelaku kejahatan yang menyebabkan korbannya mengalami gangguan mental dan sejenisnya.

Demikianlah gambaran solusi sistemis Islam mengatasi masalah gangguan kesehatan mental rakyatnya. Semua dilandasi kecintaan pemimpin kepada rakyatnya untuk menjalankan fungsi negara sebagai pelindung (junnah) atas rakyat.

Oleh: Cita Rida
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments