TintaSiyasi.com -- Kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang menyangkut artis penyanyi dangdut tanah air kembali mengangkat tingginya angka KDRT di negeri ini. Perselingkuhan dan kemiskinan menjadi dua alasan utama kenapa suami sampai melakukan tindak kekerasan pada istrinya. Tentu saja, tingginya angka ini membutuhkan penyelesaian yang tuntas sampai ke akarnya.
Tingginya Kasus KDRT
Berdasarkan data Kementerian PPPA, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan pada periode 1 Januari 2022 hingga 21 Februari 2022 tercatat sebanyak 1.411 kasus. Sementara, sepanjang tahun 2021 terdapat 10.247 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dengan jumlah korban 10.368 orang. (Polri.go.id, 1/10/2022).
Selain itu, dari data Kemenppa pada tahun 2020, kasus KDRT lebih banyak dilakukan oleh pihak laki-laki dan korbannya adalah perempuan. Korban KDRT perempuan sebanyak 79,6% dan korban laki-laki sebanyak 20,4%. Kekerasan yang didapat bermacam-macam, yaitu berupa fisik, psikis, seksual, dan penelantaran rumah tangga. (Liputan6.com, 10/10/2022).
Angka ini tentu adalah angka yang tinggi. Ada beberapa penyebab yang disinyalir menjadi penyebab munculnya tindak KDRT ini yaitu mulai dari perselingkuhan dan tingkat kemiskinan yang tinggi. Di dalam sistem sekarang ini, dua hal ini menjadi fenomena yang niscaya mudah ditemukan. Budaya kehidupan yang serba bebas serta tak dianut dengan baik norma dan nilai kehidupan oleh masyarakat menyebabkan tingginya tingkat perselingkuhan pasangan yang sudah menikah. Pengelolaan ekonomi negara yang amburadul yang mengakibatkan semakin curamnya jurang si kaya dan si miskin juga menyebabkan angka kemiskinan semakin bertambah. Inilah dua penyebab utama KDRT yang banyak terjadi.
Islam Punya Solusi Tuntas
Islam memiliki seperangkat aturan kehidupan manusia. Aturan ini berperan sebagai pemecah setiap persoalan kehidupan yang dihadapi manusia, termasuk mengenai kekerasan yang kerap terjadi di dalam rumah tangga. Aturan Islam jika dihadirkan akan sangat mampu mencegah tumbuh suburnya perlakuan tidak pantas satu pasangan ke pasangan lainnya.
Islam memandang pernikahan yaitu kehidupan suami istri adalah kehidupan persahabatan antara pria sebagai suami dan wanita sebagai istri. Dalam pernikahan ini, Islam tak menggariskan adanya superioritas dalam hak kedudukan, dominasi atau kekuatan. Pernikahan dijadikan sebagai ibadah bagi dua insan untuk meraih ridha Sang Maha Pencipta.
Cara pandang yang khas inilah yang tak dimiliki oleh kebanyakan manusia dalam memandang pernikahan. Sehingga tanpanya, gampang sekali muncul persoalan rumah tangga bahkan dari hal sepele. Persoalan ini pun yang ujungnya juga memudahkan adanya kekerasan dalam rumah tangga.
Selain itu, Islam juga memiliki arah pandang yg khas dalam menjaga setiap celah dan kemungkinan terjadinya perselingkuhan. Islam memiliki aturan dalam menjaga pola hubungan dan interaksi pria dan wanita sehingga sangat meminimalisir terjadinya interaksi tidak halal yang dengan mudahnya mampu mengarahkan pada perselingkungan. Islam menjaga kehormatan dan kemuliaan setiap insan dalam bingkai rumah tangga sehingga tak perlu untuk menoleh sedikit pun pada sosok asing di luar rumah.
Terkait kemiskinan, Islam pun mampu menciptakan kesejahteraan merata untuk setiap individu tanpa mempertimbangkan hitungan angka-angka yang hanya bersifat fiktif belaka. Pemerataan atau distribusi harta dan kekayaan menjadi visi utama dalam penerapan sistem ekonomi Islam. mekanisme penyaluran harta zakat, tanggung jawab negara terhadap siapa saja yang tak memiliki wali serta peran aktif negara dalam menghadirkan kemudahan lapangan kerja bagi setiap warga negara menjadi beberapa contoh bagaimana negara berupaya semaksimal mungkin menciptakan kesejahteraan dan menekan angka kemiskinan.
Inilah bukti bahwa Islam memiliki solusi mulai dari akarnya untuk tak hanya membendung, bahkan mencegah terjadinya KDRT dalam rumah tangga. Islam menjaga setiap individu untuk mampu menjadi pribadi muslim yang salih dan juga mukhlis yaitu sosok yang tak hanya baik dalam tataran individu namun juga menyebarkan kebaikan itu sendiri agar dirasakan oleh lebih banyak lagi individu lainnya.
Wallahualam bissalam
Oleh: Rochma Ummu Arifah
Aktivis Muslimah
0 Comments