TintaSiyasi.com -- Di tengah hiruk pikuknya berbagai problem yang dihadapi rakyat dari kenaikan BBM, kenaikan berbagai bahan pokok, pengangguran, tingkat kemiskinan yang setiap tahunnya naik secara signifikan dan banyak lagi berbagai permasalahan yang mendera rakyat seluruhnya, seakan tidak mempunyai empati tentang apa yang dihadapi rakyat, para elit politik malah sibuk dengan kontestasi.
Gencarnya bentuk deklarasi dan dukungan untuk memperkenalkan calon pemimpin masa depan telah mengisyaratkan bahwa pertarungan politik telah dimulai kembali. Ambisi dari masing-masing partai sangat terlihat. Para elit politik mulai menyasar kembali perkumpulan-perkumpulan masyarakat, berharap dapat dukungan dan suara. Dari sini juga terlihat begitu menonjol ambisi masing-masing partai untuk mendapatkan kemenangan dari pertarungan di Pilpres.
Padahal masih banyak yang perlu dibenahi dalam tata kelola yang amburadul baik dalam aspek pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan keamanan yang seharusnya rakyat menikmati itu semua. Rakyat disuruh prihatin dengan berbagai kebutuhan dasar yang mahal. Tidak hanya itu kebutuhan pokok ikut naik yang makin menyengsarakan rakyat. Masih percayakah bahwa anggota DPR dan para pejabat berpihak pada rakyat? Benarkah berbagai macam revisi undang-undang dilakukan untuk kepentingan rakyat?
Kenaikan iuran BPJS, kenaikan pajak, tarif listrik yang memicu kenaikan harga kebutuhan pokok adalah bukti nyata bahwa anggota DPR maupun pemerintah tidak berpihak pada rakyat. Mereka hanya berpikir bagaimana mengokohkan kedudukannya jangan sampai tergoyang. Tiga pilar kekuasaan dalam demokrasi bisa dikuasai dalam satu genggaman tangan.
Ternyata inilah watak politik dan para politisi yang lahir dari sistem demokrasi kapitalisme. Karena sejatinya yang mereka harapkan adalah keuntungan yang didapatkan dari menduduki kekuasaan. Rakyat dikesampingkan demi memuluskan keinginan individu dan partai. Sangat berbeda dengan politik yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW.
Pemimpin dalam Islam selalu berpihak kepada rakyat, karena itu adalah tujuan politiknya, mengurusi urusan rakyat. Pemimpin sangat memperhatikan rakyat dan kepentingan mereka menjadi skala prioritas. Wajar pemimpin dalam Islam sangat dicintai rakyatnya. Tidak perlu melakukan pencitraan agar mendapat simpati dari rakyat.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Wakini
Aktivis Muslimah
0 Comments