Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Harga Telur Naik, Rakyat Makin Tercekik


TintaSiyasi.com -- Pangan adalah bagian dari kebutuhan pokok masyarakat. Tidak mungkin manusia dapat bertahan hidup tanpa makan. Salah satu pangan yang dibutuhkan masyarakat adalah telur sebagai sumber protein. Sayangnya, kini harga telur tengah menyulitkan masyarakat. Apalagi bagi masyarakat kalangan bawah yang ekonominya pas-pasan, telur menjadi kebutuhan yang sulit terbeli. Sebab, harga telur tengah tinggi, bahkan lebih tinggi daripada harga daging ayam.

Dikutip dari Kompas.com (26 Agustus 2022), harga telur ayam mengalami kenaikan di sejumlah wilayah, yakni lebih dari Rp30 ribu per kilogram. Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) AAlvino Antonio menyebut, jika kenaikan harga telur ayam saat ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah. 

Dikutip dari liputan6.com, pada 25 Agustus 2023, 03.30 WIB, penyebab naiknya harga telur disinyalir dipicu karena kebijakan pemerintah tempo lalu yang menggelontorkan bantuan sosial berupa bahan pangan. Namun sayangnya, kebijakan bansos pangan ini tidak berlanjut karena berbagai persoalan di lapangan. Padahal para peternak terlanjur menambah populasi ayam untuk memenuhi permintaan.

Puncaknya, terjadi over populasi. Produksi telur melimpah, tetapi serapan minim. Para peternak akhirnya banting harga dan mengalami kerugian signifikan. Inilah yang membuat sebagian peternak gulung tikar. Adapun yang bertahan akhirnya menaikkan harga telur untuk menutupi kerugian, karena harga pakan yang terus naik sehingga mempengaruhi harga telur. Alhasil, peternak pun berharap harga pakan dapat terkendali dengan peran pemerintah yang mampu mengendalikan harga konsentrat pakan yang sebagian impor dari Amerika Serikat dan Jerman.

Naiknya harga telur menambah daftar panjang bukti bahwa negara yang menganut sistem ekonomi kapitalisme, yang berorientasi keuntungan, telah gagal mengurus kebutuhan pangan rakyat. Nyata, bahwa bidang peternakan di bawah naungan kapitalisme, membuat produksi pakan ternak dikuasai oleh korporasi besar yang berasal dari negara asing. Sebab, dari sisi modal korporasi-korporasi ini adalah pemain kuat dan besar. Akibatnya, negara tidak memiliki jalan lain, selain membeli pakan dari para korporasi ini.

Inilah bukti bahwa cengkeraman kapitalisme membuat Indonesia terus bergantung pakan pada luar negeri sehingga menyebabkan Indonesia tidak mandiri. Oleh karena itu, sudah saatnya negeri ini melepas ketergantungan pada luar megeri, menjaga produksi pakan dan bidang peternakan secara berdikari dan mandiri.

Hal tersebut niscaya dapat terwujud dengan adanya sistem Islam yang diterapkan secara menyeluruh, termasuk dalam bidang peternakan. Sebab, dalam naungan sistem Islam, penguasa merupakan pengurus dan perisai bagi rakyat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Imam atau khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya" (HR. Muslim dan Ahmad).

Dalam naungan Islam, negara akan menjamin kebutuhan pangan seluruh individu rakyat, baik untuk konsumsi maupun untuk cadangan pangan rakyat, apabila terjadi bencana atau paceklik yang tidak terduga. Negara pun akan berperan dalam menjaga stabilitas harga pakan ternak dan hasil ternak. Semua itu semata-mata untuk kemaslahatan rakyat, yakni mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan negara.

Alhasil, dengan terwujudnya sistem Islam di tengah umat, niscaya segala kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk rakyat akan terjamin dan terjaga. Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Suanah, S. Ag.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments