TintaSiyasi.com -- Siapa yang tidak suka makan telur ayam? Hampir sebagian besar orang menyukai telur. Banyak manfaat yang terkandung di dalamnya seperti zat besi, beberapa mineral dan vitamin, serta hanya mengandung 5 gram lemak. Namun saat ini melonjaknya harga telur ayam sangatlah membebani masyarakat. Sampai-sampai telur retak menjadi pilihan karena harga yang lebih murah.
Salah satunya harga telur ayam negeri di Kabupaten Ngawi yang naik secara ugal-ugalan, paling tinggi sepanjang sejarah. Harga telur ayam negeri di Kabupaten Ngawi menyentuh angka Rp30 ribu perkilogram. Naik sejak seminggu yang lalu. Hal itu seperti penuturan Sintia, salah satu pedagang sembako di Pasar Besar Ngawi, Kamis (jatim.times, 25 Agustus 2022).
Mengapa harga telur bisa mahal? Dikutip dari BBC News Indonesia, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra, mengatakan ada beberapa hal yang menyebabkan harga telur ayam naik. Diantaranya harga pakan yang naik baik yang bersumber dari dalam negeri maupun impor. Catatan Kemendag, harga pakan sekarang Rp6.800 hingga Rp7.200 per kilogram (29 Agustus 2022).
Inilah saat ekonomi negara berkaitan dengan pasar internasional, akhirnya saat harga pakan naik, maka impor pakan pun otomatis ikut naik. Negara tidak mempunyai kedaulatan dan kemandirian dalam menentukan harga. Beginilah sistem kapitalisme yang terbukti menjerat dan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi di tengah masyarakat. Lantas, tanggungjawab siapakah penentuan atas tingginya harga pakan ayam yang akhirnya berimbas pada melambungnya harga telur?
Tanggung Jawab Atas Setiap Amanah
Sebagai seorang Muslim tentu kita paham bahwa setiap aktivitas yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana dalam hadis, "Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka" (HR. Al-Bukhari).
Di sinilah tujuan dari sebuah kepemimpinan adalah untuk melaksanakan amanah mengatur urusan masyarakat dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebagaimana kepemimpinan di masa kegemilangan peradaban Islam yang banyak menorehkan kisah keteladanan dari para pemimpin. Salah satunya kisah Umar bin Khattab yang tak malu untuk memikul gandum dan daging dari gudang persediaan makanan untuk diberikan pada sebuah keluarga yang kelaparan. Umar sangat paham bahwa jabatan pemimpin merupakan jabatan yang kelak akan dihisab di hadapan Allah SWT. Sehingga beliau akan memastikan setiap warganya terpenuhi kebutuhan pokoknya.
Pun saat di Madinah ditimpa musim paceklik yang sangat parah hingga dikenal sebagai tahun kelabu, maka Umar tidak berdiam diri. Beliau memerintahkan para gubernurnya yang ada di Mesir dan Syam untuk membantu penduduk Madinah dengan mengirimkan tepung, bahan makanan dan pakaian. Masyaallah begitulah seharusnya kepemimpinan yang amanah mengurus rakyatnya.
Tata Kelola Pangan dalam Islam
Maka sangat urgen sekali untuk menata masalah pangan agar sesuai dengan panduan Islam. Mulai dari menciptakan kemandirian pakan ayam, sehingga negeri ini tidak tergantung dengan harga pakan internasional yang terbukti membuat para peternak mengalami kerugian besar. Selain itu perlunya kemandirian pangan dalam negeri sehingga bisa menjamin ketersediaan telur untuk semua anggota masyarakat dan memastikan terdistribusi dengan baik.
Jika tetap menggunakan tata kelola ala kapitalistik sekuler, bisa dipastikan problem mahalnya telur tidak akan pernah tuntas. Karena sistem ini menjadikan keuntungan hanya berputar pada para penguasa dan pengusaha, sedangkan rakyat harus tetap gigit jari menatap harga telur yang melambung tinggi. Wa ma tawfiqi illa billah, 'alayhi tawakkaltu wa ilayhi unib. []
Oleh: Dahlia Kumalasari
Ibu Rumah Tangga
0 Comments