Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

DPR Berpesta Ria di Tengah Jeritan Rakyat


TintaSiyasi.com -- Forum Masyarakat Peduli Indonesia (Formappi) mengkritik momen perayaan ulang tahun ketua DPR, Puan Maharani di rapat paripurna saat demo buruh terkait kenaikan BBM sedang berlangsung. Peneliti Formappi, Lucius Karus menilai hal itu sungguh memalukan. Pasalnya rakyat yang berpanas-panasan memperjuangkan penolakan kenaikan harga BBM berbanding terbalik dengan DPR di ruang dingin justru berhela-hela merayakan ulang tahun ketua DPR-nya. Lucius juga menyoroti rapat paripurna yang seharusnya dijadikan panggung tertinggi untuk memperjuangkan nasib rakyat malah dijadikan ajang perayaan ulang tahun


BBM Naik di Tengah Jeritan Ekonomi

Jeritan ekonomi yang terus menghimpit rakyat sudah makin tidak terbendung. Mulai dari kenaikan BBM hingga naiknya harga sembako. BBM pertalite yang awalnya berkisar Rp. 7.650/literkini menjadi Rp. 10.000 liter, solar bersubsidi dari Rp. 5.150/liter menjadi 6.800/liter dan pertamax dari Rp. 12.500/liter menjadi 14.500/liter yang berlaku sejak Sabtu 3 Desember. 

Padahal naiknya BBM tidak hanya berdampak pada harga energi dan spesifik biaya transportasi kendaraan pribadi semata namun juga berdampak ke semua sektor. Misalnya harga pengiriman bahan pangan akan naik di saat yang bersamaan pelaku sektor pertanian mengeluh biaya input produksi yang mahal termasuk pupuk. 

Dilihat dari sektor pangan saja misalnya, BBM yang digunakan untuk transportasi ketika mendistribusikan bahan pangan dari satu daerah ke daerah lain sangat berdampak pada naiknya harga pangan tersebut. Bergitu pula dari sektor industri, munculnya gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) massal. Penyebabnya tiada lain biaya produksi yang membengkak seiring naiknya BBM sehingga beban biaya pabrik akan bertambah. Maka tidak ada pilihan lain kecuali memberhentikan sebagian pegawainya.


Janji Kampanye yang Tak Terealisasi 

Pada kampanye pemilu Pilpres kandidat Jokowi-Ma’ruf pernah menyampaikan janji sebagai visi dan misi mereka kedepannya, salah satu janjinya adalah menstabilkan harga. Namun sayang janji itu terucap bagai ilusi di sistem kapitalisme hari ini. Banyak pejabat negara yang berjanji akan mengubah indonesia ke arah yang lebih baik namun tidak ada satupun yang terealisasikan. Apalagi dalam sistem ini semua diukur dari tolak ukur manfaat. Maka tak heran kebijakan yang terbuat tidak pernah berpihak kepada rakyat.

Di tengah naiknya bahan pangan dan BBM sekalipun, pejabat DPR malah asyik merayakan ulang tahun ketuanya, yang mana hal itu termasuk urusan pribadi yang tidak seharusnya dibawa saat membahas urusan rakyat. Apalagi ternyata mereka acuh tak acuh dengan demo penolakan kenaikan BBM. Hal ini sangat kontras dengan ide yang dianut Indonesia, yakni demokrasi, dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Nyatanya kebesasan tidak berlaku untuk menkritik pemerintah. Seakan kebijakannya dibuat absolut dan tidak menerima revisi sekalipun hal tersebut justru merugikan rakyat. Dalam sistem ini pula, rakyat dan penguasa digiring untuk berorientasi hanya sebatas materi materi dan materi. 


Pemimpin, Rakyat, dan Kebijakannya

Berbeda dalam sistem Islam, yang mana sangat mendorong rakyat untuk melakukan muhasabah lil hukkam, yakni menasehati pemimpin tatkala kebijakannya melanggar koridor syarak. Hal ini semata-mata demi menjaga iklim ideal di tengah umat. 

Dalam Islam, peran politik adalah untuk meriayah/mengatur urusan ummat sesuai syariat Islam. Meskipun Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin yang datangnya dari Allah tidak akan mungkin ditemui kecacatan di dalamnya, namun manusia yang mengadopsinya kadang khilaf dan lalai. Sehingga butuh adanya koreksi dan nasehat agar selalu berjalan di rel yang telah Islam tetapkan. 

Selain itu, dalam Islam diatur kepemilikan umum yang mana benda tersebut tidak dapat dikuasai per individu. Melainkan akan diatur dan diolah oleh negara yang mana hasilnya akan diberikan kepada rakyat secara cuma-cuma. Termasuk dalam kategori ini adalah barang tambang yang depositnya tidak terbatas. Dalilnya adalah riwayat yang diriwayatkan oleh Abyadh bin Hamal al Mazinj, bahwa Abyadh telah meminta kepada Rasul saw. Untuk mengelola tambang garam. Lalu Rasulullah memberikannya. Setelah ia pergi, ada seseorang yang berkata kepada Rasul, “Wahai Rasulullah, tahukah engkau apa yang telah engkau berikan kepadanya? Sesungguhnya engkau telau memberikan suatu yang bagaikan air mengalir.” Rasul kemudian berkata, “Tariklah kembali tambang tersebut darinya.”

Inilah yang menjadi perbedaan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalisme. Kapitalisme menyerahkan alat-alat produksi seperti tanah, pabrik, mesin, sumber daya alam kepda perorangan. Sehingga terciptalah kaum kapitalis dan buruh. Kaum kapitalis menjalankan produksi untuk perolehan keuntungan sendiri. Sedangkan para buruh mendapatkan upah yang tidak sebanding dengan pencapaian hasil produksi. 

Alhasil di tengah masyarakat terjadi fenomena ketimpangan ekonomi yang begitu signifikan antara yang kaya dan miskin. Tidak dapat dipungkiri pula, negara tidak mampu mengurus rakyatnya sendiri. Membiarkan mereka menentukan nasib hidup ditengah gemburan tantangan ekonomi. Inilah wajah asli pemimpin yang lahir di era kapitalisme sekuler. Pemimpin yang acuh tak acuh dengan keadaan dan kondisi rakyat. 

Padahal islam sangat mengecam pemimpin yang memberatkan rakyatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW; Aisyah ra berkata: “Saya pernah mendengar Rasulullah SAW berdoa di rumahku ini: Ya Allah, semoga orang (penguasa) yang menangani perkara umatku, lalu dia memberat-beratkan mereka, maka beratkanlah dia. [Ya Allah], semoga orang yang menangani perkara umatku, lalu dia melunakkan (ramah) mereka, maka lunakkanlah dia.”

Pemimpin yang adil hanya akan lahir di sistem yang berideolagi dari sang Maha Adil, yakni Allah SWT. Islam sebagai agama yang turun melalui perantara Rasulullah SAW hadir dengan solusi berbagai problem umat dari dulu hingga hari kiamat. Begitu pula hukum yang mengatur diangkatnya seorang pemimpin. Pemimpin bukan hanya cakap berbicara, namun juga memiliki tanggung jawab dalam mennjalankan tugasnya mengurusi urusan umat. Maka sudah seharusnya kita kembali ke sistem yang menerapkan Islam secara kaffah, yakni berdirinya Daulah Islamiah. 

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Diana K.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments