Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Isu Harga Mi Instan Naik Kian Resahkan Publik


TintaSiyasi.com -- Naiknya harga kebutuhan pokok seolah tak aneh di negeri ini. Namun, hal ini tentu membuat rakyat menjerit karena kehidupannya semakin sulit. Apalagi jika pendapatannya sedikit. Kali ini mi instan dikabarkan harganya naik. Tak tanggung-tanggung rencana kenaikannya mencapai 3 kali lipat. Meski beritanya masih simpang siur.

Dikutip dari Tempo.co (14/08/2022), Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan jika harga mi instan naik tiga kali lipat seperti proyeksi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, maka garis kemiskinan berisiko naik. Kenaikan harga mi instan efeknya akan sangat terasa pengaruhnya pada inflasi atau orang miskin. Jumlah orang miskin baru nantinya akan naik, karena garis kemiskinan bakal menyesuaikan lebih tinggi lagi. Yang sebelumnya masyarakat termasuk ke kelas menengah rentan, kata dia, bisa jadi masuk ke kategori miskin baru. 

Mi instan merupakan alternatif makanan pokok pada masyarakat Indonesia. Bahkan dikatakan makanan sejuta umat. Terlebih saat kantong pas-pasan. Makan mi selalu jadi pilihan. Terlebih bagi anak kosan. Harganya yang murah dan praktis untuk dimakan selalu menjadi andalan. 

Saat mendengar kabar rencana kenaikan harga mi ini, publik pun menjadi resah. Pasalnya kenaikan harga sedikit saja akan mempengaruhi keuangan rakyat. Rakyat harus berupaya menghemat pengeluaran. Terlebih jika naiknya berkali lipat. Kenaikan harga barang pokok pun bukan hanya sekali dua kali namun sudah berkali-kali. Misalnya kenaikan harga daging, minyak goreng, cabai, telur, tahu tempe, dan barang lainnya. 

Kebutuhan pokok yang menjadi dasar kehidupan masyarakat pun menjadi terhambat untuk dipenuhi. Karena harganya naik sementara pendapatan sedikit, sebagian masyarakat memilih untuk tidak membeli. Tentunya ini akan mempengaruhi gizi masyarakat. 

Adapun dugaan penyebab naiknya harga mi instan adalah dipengaruhi oleh kelangkaan gandum sebagai bahan pangan dunia. Kelangkaan tersebut mendorong melonjaknya harga gandum. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo memperingatkan potensi kenaikan harga mi akibat efek domino dari perang Rusia-Ukraina. Pasalnya, Indonesia mengandalkan pasokan gandum impor dari beberapa negara, termasuk Rusia dan Ukraina. Sebagaimana diketahui produk turunan gandum yang berupa tepung terigu merupakan bahan utama pembuatan mi instan. Hal inilah yang berpotensi mempengaruhi harga mi di pasaran.

Selain akibat konflik Ukraina, kenaikan harga gandum juga disebabkan oleh perubahan iklim dan melonjaknya biaya pertanian seperti harga pupuk dan sumber daya pertanian. Jika memang benar harga mi akan naik, maka akan terjadi penambahan rakyat miskin. Rakyat akan sulit makan meski hanya dengan mi instan yang sebelumnya harganya murah. 

Negeri yang subur ini memang menjadi pengimpor beberapa bahan pangan diantaranya daging, kedelai, gandum, bawang putih dan sebagainya. Ketergantungan terhadap barang impor memang sangat besar. Alhasil jika ada kendala dalam impor ini, Pemerintah kewalahan karena tak mampu menyediakan kebutuhan pangan rakyatnya. Untuk itu, harus dilakukan swasembada pangan. Seperti halnya beras. Dan semestinya dilakukan pula pada bahan pokok lainnya. 

Sebagaimana penuturan Presiden Jokowi, diketahui dalam kurun waktu tujuh tahun, pihaknya telah selesai membangun 29 bendungan, 4.500 lembung, dan 1,1 juta hektar irigasi baru. Menurutnya produksi beras kita terus naik karena ada airnya, bibit unggulnya, dan juga telah dilakukan ekstensifikasi dan intensifikasi.
Berkat segala upaya yang telah dilakukan, Indonesia berhasil memiliki ketahanan pangan yang baik sejak 2019. Tidak hanya itu, sejak 2019, swasembada beras Indonesia mendapat penghargaan International Rice Research Institute dan disaksikan juga oleh FAO. Dengan keberhasilan tersebut, Presiden pun berkomitmen untuk melakukan swasembada jagung, gula dan yang lainnya (Detikfinance, 18/08/2022).

Dalam Islam, negara memang harus berupaya mewujudkan ketahanan pangan dan mandiri. Negara berupaya keras dalam menangani krisis pangan dan mencegahnya. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengoptimalkan lahan pertanian agar terus berproduksi, perluasan lahan, teknik irigasi, benih unggul, pupuk yang murah dan antihama. Selain itu, diperlukan pula teknologi tinggi untuk mendukung tingkat produktivitas pertanian. Tujuannya agar hasil panen tetap terjaga kualitasnya dan dapat didistribusikan secara efektif. Negara juga mempersiapkan upaya mitigasi bencana untuk menjamin kebutuhan pangan di dalam negeri tetap aman jikalau terjadi kemarau panjang. 

Upaya-upaya tersebut hanya bisa dilakukan oleh negara yang menerapkan sistem Islam. Negara yang berkomitmen kuat dalam menyejahterakan rakyatnya atas dasar keimanan. Tidak mementingkan diri sendiri, golongannya apalagi pihak asing. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Nina Marlina, A.Md.
Ibu Rumah Tangga
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments