Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

CSR Adalah Alat untuk Meredam Perlawanan Sosial

TintaSiyasi.com -- Menanggapi rakusnya sistem ekonomi kapitalis yang berpotensi menimbulkan konflik sosial, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menyatakan bahwa CSR (corporate social responsibility) adalah alat untuk meredam perlawanan sosial.

“Mereka melihat dalam kacamata kapitalis bahwa ini (CSR) adalah alat untuk meredam perlawanan  sosial atau gejala sosial,” paparnya dalam acara bertajuk AS Resesi, Dunia Berubah? yang disiarkan langsung di Youtube UIY Official, Ahad (07/08/2022).

Ustaz Ismail melanjutkan bahwa CSR tidak bisa menyelesaikan masalah fundamental sistem kapitalisme, yaitu masalah ketimpangan distribusi.

“Sebagai contoh, perbankan mengambil uang dari masyarakat di seluruh pelosok, lalu dikumpulkan di beberapa kantong dan kemudian didistribusikan kepada para pemilik usaha. Alih-alih menyelesaikan permasalahan, justru kapitalisme tetap menimbulkan ketimpangan karena kecilnya dana CSR,” ungkapnya.

“Berapa persen sih dari yang mereka hold (pegang) keuntungan itu untuk CSR, kan? Paling dua, dua setengah persen saja, gitu. Apa arti dua sampai dua setengah persen dari seluruh 100 persen yang dia punya itu?” lanjutnya.

Ia menambahkan bahwa penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan kapitalisme, salah satunya adalah CSR, telah membuat seolah-olah sistem kapitalis memiliki kemampuan untuk menghadapi setiap krisis. Namun langkah-langkah yang diambil itu tidak akan pernah mengeluarkan kapitalisme dari asas fundamentalnya, seperti menghapus bunga bank,” tandasnya.

Solusi

Ustaz Ismail menegaskan, ”Tidak pernah kapitalisme itu sampai pada kesimpulan, umpamanya bahwa bunga itu harus dihapus misalnya.

Lanjut dikatakan, jika masyarakat global ingin terhindar dari berbagai persoalan yang selalu ditimbulkan oleh kapitalisme seperti resesi di AS yang terjadi saat ini, maka mereka harus memikirkan dengan sungguh-sungguh kelayakan sistem kapitalis untuk dipakai serta mencari sistem alternatifnya.

“Mereka harus memikirkan dengan sungguh-sungguh, apakah masih layak  kapitalisme itu dipakai itu dan apa alternatif dari ini semua,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan solusi alternatif yang harus diambil oleh dunia untuk melawan kapitalime dan Amerika hari ini, yakni terkait dengan fungsi uang dan terkait mata uang itu sendiri. 

Saat ini uang tidak hanya dijadikan sebagai alat tukar, namun juga sebagai komoditas dengan adanya bunga (interest). Semua bentuk pengkomoditasan uang harus dihentikan,” lugasnya.

Lanjutnya, terkait mata uang bahwa penggunaan uang kertas saat ini menjadi masalah tersendiri, karena nilai intrinsiknya jauh lebih kecil dibanding nilai uang yang diakui oleh legal tender atau keputusan politik.

Sehingga jika ingin menyelesaikan secara fundamental, kita harus kembali kepada mata  uang yang real yaitu mata uang yang memiliki nilai berdasarkan pada dirinya sendiri, bukan berdasarkan legal tender. Uang ini dikenal dengan istilah dinar dan dirham atau mata uang emas dan perak,” ulasnya.

“Karena itulah, kita harus kembali lagi pada dua hal, yaitu fungsi mata uang dan yang kedua mata uangnya sendiri atau jenis mata uang. Stop mata uang kertas, stop mata uang dolar. Jika itu bisa  dilakukan selesai itu kapitalisme, selesai itu Amerika,” pungkasnya.[] Atikah dan Nurwati

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments