Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Citayam, Ruang Ekspresi yang Kebablasan


TintaSiyasi.com -- Belakangan ini Citayam Fashion Week menjadi sorotan. Sejumlah pemuda pemudi berusaha berbusana sekeren mungkin, kemudian catwalk bak seorang model di zebra cross. Fenomena ini menuai berbagai reaksi di tengah masyarakat, ada yang tidak suka dengan adanya fenomena ini karena dinilai kegiatannya kurang bermanfaat, hanya nongkrong, cari gebetan, bikin konten, dan sebagainya, cenderung ke arah keburukan. Namun tak sedikit yang tertarik dengan adanya kegiatan ini, mereka menilai kegiatan ini sebagai ruang berekspresi remaja masa kini, terlihat dari euforia masyarakat yang ramai-ramai mendatangi Citayam Fashion Week.

Tak hanya kalangan masyarakat, kalangan pejabat pun turut memberikan opininya terkait fenomena ini. Kepala Dinas Kebudayaan DKI Iwan Henry Wardhana mengatakan para remaja yang menggelar aksi Citayam Fashion Week di Dukuh Atas agar diberi kesempatan untuk tetap berekspresi. Karena itu, menurut Iwan, Pemprov DKI tidak akan melakukan langkah yang sifatnya penindakan, hukuman atau larangan. Tapi yang akan dilakukan jajaran Pemprov DKI adalah pada aspek edukasi. Bagi Pemprov DKI, kata Iwan, Citayam Fashion Week adalah bagian dari ekspresi anak muda. Mereka, kata dia, sedang mengembangkan dan membuat ekspresi dari sisi kesenian dan ekspresi penjiwaannya (tempo.co 19/7/2022).

Bila menimbang dari sudut pandang manusia terkait baik dan buruk perilaku selamanya akan relatif, sebab sudut pandang setiap manusia berbeda. Agaknya pemuda kini memang belum memaknai tujuan hidup sebenarnya, sehingga belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, berdasarkan standar penciptanya—Allah. Pemuda kini hanya berpikir pada kesenangan semata dengan menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, terlebih pemuda diberi ruang sehingga merasa bebas tanpa batas. 

Alih-alih menyalurkan ekspresi, ternyata aktivitasnya hanya mengumbar aurat, laki-laki berpenampilan perempuan, campur baur laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, pacaran, dan sebagainya, yang bila ditinjau dari sudut pandang Islam adanya ruang berekspresi ini justru hanya akan membuat pemuda terjerumus pada hal-hal yang tidak Allah sukai. Perilaku pemuda yang demikian tidaklah lain hanya demi eksistensi diri, juga sarana mencari cuan dengan membuat konten-konten viral untuk mencari atensi netizen tanpa mengukur apakah konten tersebut berfaedah atau tidak, yang penting dapat menghasilkan uang. 
 
Pada dasarnya bebasnya pemuda kini tak lepas dari peran negara yang tidak turut andil dalam tumbuh kembang pemuda. Negara tidak punya hak dalam mencampuri urusan pemuda, ini disebabkan karena negara mengusung ide kapitalisme, yang hanya akan menakar sesuatu pada takaran untung dan rugi. Bisa dilihat dari fenomena ini, pemuda hanya dipacu untuk menumbuhkan industri kreatif yang di mana tujuannya hanya untuk mendulang rupiah, sementara kewajiban belajar dan menuntut ilmu bagi para pemuda jadi terabaikan.

Berbeda dengan Islam, yang memiliki aturan yang sempurna dan menyeluruh, termasuk pada aturan dalam berperilaku. Dalam Islam kebebasan berekspresi adalah boleh, selama tidak ada pelanggaran syariat di dalamnya. Sehingga nampaknya ada perlu dibenahi bila melihat fenomena Citayan Fashion Week ini. 

Dimulai dari tataran paling bawah yakni orang tua dan keluarga, haruslah menanamkan prinsip-prinsip akidah Islam dan hukum syariat, sehingga pemuda tau dalam membangun tujuan hidupnya yang diarahkan pada kemuliaan Islam. 

Kedua masyarakat, adanya amar makruf nahi mungkar. Senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan serta mencegah dari keburukan. Sebab tercapainya kebahagiaan yang hakiki hanyalah bila mendapat keridhaan Allah, bukan materialisitik seperti sekarang.

Terakhir adalah negara, negara wajib memastikan setiap warganya termasuk pemuda terikat pada hukum syariat. Maka negara akan melakukan pembinaan kepada warga negara melalui sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan ini akan menghasilkan pemuda yang memiliki kepribadian Islam, pola pikir, dan pola sikap yang islami. Pemuda juga akan dibekali dengan ilmu pengetahuan dan ilmu teknis agar mampu mengarungi kehidupan, sehingga lahirlah generasi-generasi unggul, yang siap menjadi generasi pemimpin di masa depan. 

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Naely Lutfiyati Margia, Amd.
Muslim Youth Activist
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments