TintaSiyasi.com -- Sepak bola adalah olahraga yang telah berkembang pesat. Perkembangan sepak bola dalam kapitalisme telah membawa pada dunia baru olahraga, di mana olahraga besar ini telah menjadi ajang transaksional antar klub dan pemain profesional dengan nilai jual yang fantastis. Olahraga sepak bola dunia telah berubah menjadi sebuah gaya hidup yang bersifat hedonis dan materialistis terbesar saat ini.
Kini, perhelatan sepak bola dunia kembali digelar, kali ini negara Qatar dipilih menjadi tuan rumah pada putaran final yang dimulai November mendatang dan akan menjadi ajang Piala Dunia pertama kalinya diselenggarakan di Timur Tengah, bahkan sebagai yang pertama kalinya sepanjang tahun ini.
Euforia perhelatan besar di negara Qatar ini, seakan mampu menghipnotis seluruh penduduk dunia hingga dinilai mampu membawa kebaikan bagi Islam. Seperti yang dilansir bbc.com, 12 Juni 2022, selama terselenggaranya acara ini pemerintah Qatar memberlakukan kebijakan ketat akan hal-hal yang dilarang dalam Islam seperti miras ditiadakan, LGBT dilarang, luar biasanya lagi mural hadis Nabi SAW banyak tertulis di berbagai sudut kota, nuansa islami sangat besar ditampilkan, suara azan yang indah pun tak luput disuarakan selama masa waktunya shalat, bahkan diberitakan ada yang masuk Islam sebanyak 500 orang karena keindahan dan keharmonisan Islam yang disampaikan.
Namun, kekhawatiran umat Muslim dunia atas antusiasme dan euforia tersebut hanya bersifat sesaat. Qatar sebagai negara Muslim yang dikelilingi berbagai negara dengan sistem kapitalismenya tidak akan mampu menahan serangan dan tekanan Barat atas kebijakan-kebijakan yang dibuat berdasarkan hukum Islam. Larangan-larangan yang dikaitkan dengan para pengusung kapitalisme terus disuarakan, diprotes, dengan mengatasnamakan hak asasi manusia, makin gencar dilakukan. Tentunya efek domino dari kerusakan kapitalisme terhadap negeri-negeri Muslim lainnya akan terjadi, perlahan tapi pasti bahwa jelas kapitalisme mengancam negeri-negeri kaum Muslim dalam menegakkan agamanya, syariat Islam secara kaffah.
Bahaya kapitalisme dunia telah tampak, mereka meliberalkan negeri Muslim melalui penyelenggaraan Piala Dunia, termasuk Qatar sebagai negeri Muslim besar saat ini. Kesadaran umat Muslim harus mampu dibangkitkan kembali agar senantiasa waspada terhadap “hidden agenda” dan upaya propaganda serta ghazwul fikri yang disebarkan para pengusung kapitalis Barat. Mereka senantiasa berupaya agar bisa melemahkan pemikiran umat Muslim hingga tujuan mereka tercapai.
Allah SWT berfirman,
ÙˆَÙ„َÙ† تَرْضَÙ‰ٰ عَنكَ ٱلْÙŠَÙ‡ُودُ ÙˆَÙ„َا ٱلنَّصَٰرَÙ‰ٰ ØَتَّÙ‰ٰ تَتَّبِعَ Ù…ِÙ„َّتَÙ‡ُÙ…ْ ۗ Ù‚ُÙ„ْ Ø¥ِÙ†َّ Ù‡ُدَÙ‰ ٱللَّÙ‡ِ Ù‡ُÙˆَ ٱلْÙ‡ُدَÙ‰ٰ ۗ ÙˆَÙ„َئِÙ†ِ ٱتَّبَعْتَ Ø£َÙ‡ْÙˆَآءَÙ‡ُÙ… بَعْدَ ٱلَّØ°ِÙ‰ جَآءَÙƒَ Ù…ِÙ†َ ٱلْعِÙ„ْÙ…ِ ۙ Ù…َالَÙƒَ Ù…ِÙ†َ ٱللَّÙ‡ِ Ù…ِÙ† ÙˆَÙ„ِÙ‰ٍّ ÙˆَÙ„َا Ù†َصِيرٍ
Artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al Baqarah: 120).
Faktanya, Sebagian masyarakat Muslim Timur Tengah menolak keberadaan LGBT, miras, seks bebas dan berbagai hal-hal yang biasa dilakukan Barat yang bertolak belakang dengan syariat Islam. Maka upaya Qatar meredam penolakan tersebut dengan merancang program penguatan syiar Islam, sebagai bentuk memperkenalkan Islam sebanyak mungkin di acara sepak bola Piala Dunia dengan cara-cara sebagai berikut:
Pertama. Menyisipkan pengenalan Islam dan budaya melalui QR Code.
Kedua. Menampilkan pembukaan dengan mengawali pembacaan ayat suci Al-Qur'an.
Ketiga. Membuat mural Nabi Muhammad SAW beserta hadis tentang belas kasihan, amal dan perbuatan baik.
Keempat. Menyediakan mikrofon untuk azan di stadion.
Kelima. Qatar Guest Center, fasilitas tim 2000 orang untuk menyeru panggilan shalat, dengan 10 mobil pergerak dan 10 tenda khusus.
Keenam. Ketersediaan ruang shalat khusus.
Ketujuh. Larangan alkohol dan praktik prostitusi.
Pertanyaannya adalah mampukah Qatar mengatasi semua persoalan kapitalime tersebut secara mandiri? dan mampukah syiar Islam yang dilakukan kepada dunia melalui perhelatan sepak bola tersebut bertahan walau perhelatan usai nanti?
Islam Kaffah Membawa Solusi Umat
Perlunya memahami secara jernih bahwa Barat dan Muslim sepakat bahwa Islam tidak selaras dengan kapitalisme. Para ulama muslim cenderung memandang Islam secara inheren (melekat) kontradiktif dengan kapitalisme, hal tersebut merupakan adanya ketegasan dan kejelasan dalam syariah Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan bahwa hal mendasar tersebut tidak dapat diubah karena berkaitan dengan akidah umat Muslim yang memahami konsekuensi atas amalan atau perbuatan yang dilakukan dalam kehidupannya, akan mendapatkan sangsi bagi pelanggarnya di akhirat kelak.
Sehingga penyelenggaraan ini diyakini akan membawa dampak kapitalisasi yang sangat besar. Selain pembangunan sarana dan prasarana secara masif telah banyak menimbulkan kegaduhan, juga membuka besar keran-keran investor asing lainnya demi kepentingan yang menguntungkan kapitalis saja, dan yang tidak kalah berbahayanya adalah penanaman liberalisme akan makin kuat.
Seandainya, negara Qatar dengan segala kekuatan, fasilitas, dan kemampuan membangun negerinya, serta usahanya dalam melindungi Islam dilakukan secara bersama negeri-negeri Muslim lainnya, di mana seluruh umat Muslim dunia bersatu menerapkan syariat dalam satu sistem yang membawa kemaslahaatan, maka hilanglah berbagai bentuk kemungkaran yang ada di dunia. Seluruh umat bersatu dalam satu naungan, dalam satu junnah, dalam satu sistem untuk menegakkan syariat yaitu Daulah Khilafah Islamiah.
Itulah mengapa, satu-satunya sistem yang mampu mengkonter segala bentuk kerusakan yang disebabkan oleh sistem kapitalisme dan liberalisme dunia hanyalah sistem Islam, sebagai solusi umat dari segala bentuk persoalan yang membawa kehancuran. Islam senantiasa membawa kemaslahatan, karena Islam kaffah datang sebagai rahmat bagi seluruh semesta alam.
Allah SWT berfirman:
Ùˆَما Ø£َرْسَÙ„ْناكَ Ø¥ِلاَّ رَØْÙ…َØ©ً Ù„ِÙ„ْعالَÙ…ِينَ
Artinya: “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia.” (QS. Al-Anbiya : 107).
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Desi Wulan Sari, M.Si.
Aktivis Muslimah
0 Comments