TintaSiyasi.com -- Kementerian Kesehatan RI melaporkan pasien cacar monyet (monkeypox) pertama pada seorang WNI yakni pria berusia berusia 27 tahun yang sempat melakukan perjalanan luar negeri melalui konferensi pers, Sabtu 20 Agustus 2022 pukul 17.00 WIB melalui zoom dan kanal YouTube Kementerian Kesehatan. Lebih lanjut, Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes RI) menegaskan, penyakit ini menular lewat kontak langsung dengan orang yang terjangkit virus cacar monyet (Kompas.com, 20/8/2022).
Cacar monyet sudah menjangkiti lebih dari 70 negara sehingga sejak Sabtu (23/7/2022) lalu cacar monyet ditetapkan sebagai darurat Kesehatan global oleh World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia. Saat ini sedikitnya 40.000 orang dari 90 negara terinfeksi virus cacar monyet dan jumlah pasien cacar monyet yang meninggal berjumlah 12 orang atau kurang dari 0,001% dari total kasus (Kompas.com, 25/7/2022).
Demi menangani kasus virus cacar monyet, Kemenkes RI tengah menyiapkan obat-obatan dan vaksinasi untuk penanganan dan pencegahan penyakit cacar monyet (Tribunnews, 23/08/2022).
Masuknya cacar monyet membuktikan tiadanya proteksi atas penyakit menular di negeri ini. Sejak awal kemunculannya terlihat WHO yang mewakili organisasi kesehatan dunia tidak serius dalam menghentikan penyebaran virus ini, terbukti dengan penetapan darurat global setelah penyakit ini tersebar ke lebih dari 70 negara.
Koresponden kesehatan dan sains James Gallagher dalam laporannya mengkhawatirkan keadaan ini akan makin parah. Sebagaimana dilansir dari BBC (06/08/2022), Inggris mengatakan jumlah infeksi tampaknya telah mendatar sekitar 35 kasus per hari. Namun, kasus terus melonjak di tempat lain, termasuk AS yang telah menyatakan keadaan darurat.
Mirisnya lagi angka kematian hanya dinilai dari prosentase dan dianggap tidak berbahaya selama prosentase kematian di bawah 1% dari total pasien tertular. Dapat dimaklumi karena sistem kapitalisme meletakkan kepentingan materi sebagai asas perbuatan. Maka, urusan pemeliharaan jiwa sistem ini tak lebih dari sekedar lahan bisnis. Alasannya untuk riset obat dan vaksin butuh dana yang tidak sedikit maka harus dipastikan jika ditangani harus menguntungkan. Ditambah lagi penutup akses antar negara atau bahkan lockdown area untuk mencegah penyebaran akan menghambat distribusi barang dan jasa sehingga dapat merugikan korporasi yang sejatinya menjadi pengendali dunia hari ini.
Penanggulangan Wabah ala Islam
Islam telah menjadikan seluruh fokus permasalahan pada manusia itu sendiri, bagaimana agar seluruh permasalahan manusia bisa diselesaikan. Menjaga jiwa manusia adalah salah satu tujuan dari penerapan syariat Islam. Oleh karena itu saat ditemukan satu saja pasien yang terinfeksi penyakit menular maka khilafah sebagai institusi yang menjamin penerapan syariat Islam, akan segera mengambil tindakan untuk mencegah penularan tanpa menunggu penemuan pasien baru di wilayah lain atau kematian akibat penyakit tersebut.
Wabah hanya bisa dicegah dengan mengisolasi daerah yang terkena wabah, sementara penduduk di luar daerah terdampak bisa beraktivitas seperti biasa. Rasulullah SAW bersabda:
"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu" (HR. Muslim).
Maka penting bagi negara untuk segera memisahkan antara yang sehat dan yang sakit. Hal ini bisa dilakukan dengan dua hal:
Pertama, proses tracking atau penelusuran orang yang terjangkit penyakit menular.
Kedua, penelusuran secara umum agar dilakukan pemeriksaan pada masyarakat apakah ada yang mengalami keluhan yang mengarah pada penyakit tersebut. Hal ini dapat dilakukan di tempat publik seperti bandara, stasiun, terminal dan lain-lain.
Jika ada yang terjangkit, maka konsep kesehatan dalam Islam memerintahkan agar negara mengobati pasien secara gratis namun profesional karena kesehatan adalah salah satu faktor yang menjadi kewajiban negara dalam mengurus kepentingan warganya. Hanya di bawah penerapan Islam dalam seluruh aspek kehidupan penyakit menular akan mampu dicegah dan dituntaskan hingga ke akar-akarnya.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Iiv Febriana
Pengajar, Aktivis Penggerak Muslimah Rindu Syariah Sidoarjo
0 Comments