Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pelajaran Berharga dari Krisis Sri Lanka


TintaSiyasi.com -- Tahun 2022 ini giliran negara Sri Lanka yang mengalami gagal bayar utang luar negeri. Untuk membayar bunga pinjaman saja tidak mampu. Krisis ekonomi berdampak pada krisis politik. Aksi protes massal telah terjadi di ibu kota negara tersebut. Meminta presiden turun jabatan. Apakah dengan turunnya presiden ekonomi dan kondisi politik bisa pulih kembali? Bagaimana dengan negeri kita tercinta ini yang utangnya sudah menembus Rp. 7000 triliun? 

Tulisan ini hendak mengupas penyebab, dampak, dan solusi krisis ekonomi. Serta mengambil pelajaran berharga dari peristiwa krisis Sri Lanka. 

Sebagaimana diwartakan kompas.com (12/07/2022) bahwa pemerintah negara Sri Lanka mengumumkan gagal bayar utang luar negeri sebesar 51 milyar US Dollar dan mengalami kebangkrutan. Berbulan-bulan warganya melakukan protes massal. Berita terakhir menyebutkan pendemo sudah menduduki istana presiden dan mengarah ke gedung-gedung parlemen.

Sri Lanka merupakan salah satu negara di Asia Selatan. Pada awal berdirinya negara ini mengandalkan perekonomiannya pada sektor pertanian. Namun lambat laun negara ini menjadikan sektor pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi. 


Penyebab Krisis Sri Lanka

Pandemi berkepanjangan mengakibatkan sektor pariwisata terhempas. Pemasukan negara semakin menipis. Perang Rusia dan Ukraina mengakibatkan krisis energi. Akibatnya negara gagal membayar bunga pinjaman luar negeri. Nilai tukar mata uang Sri Lanka langsung melemah. Menyebabkan biaya impor melemah dan membuat harga makanan melonjak 57%. Negara ini juga bergantung pada impor sehingga melemahnya mata uang membuat negara ini tidak mempunyai cukup uang untuk impor barang kebutuhan dasar rakyatnya. 

Kondisi Sri Lanka juga diperburuk dengan adanya sejumlah kebijakan dalam negeri yaitu penerapan pajak terbesar sepanjang sejarah. Hal ini tidak mengherankan karena dalam negara-negara yang menerapkan ekonomi kapitalisme, pajak menjadi sumber penerimaan negara selain utang. Untuk mendapatkan uang menarik pajak yang tinggi. Pelaku bisnis makin kesulitan menjalankan usahanya. 

Berikutnya korupsi yang dilakukan pejabat negara. Elit politik dan pejabat negara memperkaya diri sendiri di tengah kesulitan warga negaranya. 


Dampak Krisis 

Kondisi gagal bayar utang luar negeri memberikan dampak seperti efek domino. Satu bagian runtuh akan mempengaruhi bagian yang lain. Cepat atau lambat seluruh bagian akan runtuh. Berawal dari hilangnya kepercayaan investor mengakibatkan pasar saham mengalami kekacauan. Para pelaku bisnis tidak lagi beroperasi. Dampaknya akan langsung terasa di masyarakat. Pengangguran dimana-mana. Untuk bertahan hidup kebutuhan barang dalam negeri sepenuhnya impor sedangkan ekspor berhenti. 

Inflasi yang melonjak membuat harga barang mengalami kenaikan diatas 50%. Sehingga masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Terjadilah tindak kriminal ekstrem seperti penjarahan bahan pangan dan energi. Kerusuhan dan tindak kekerasan lainnya. 

Utang luar negeri adalah alat negara kapitalis untuk memaksakan kebijakan politik ekonomi. Negara yang memberikan utang bukan untuk menolong negara yang diberi utang. Tapi demi kemaslahatan negara yang memberi utang itu sendiri. Negara yang terjerat utang tidak akan pernah bisa keluar dari bahaya ini. Pertama, memiliki utang dan tunduk pada negara pemberi pinjaman. Kedua, tunduk menyerahkan kedaulatan kepada lembaga pinjaman. 

Agar terlepas dari kondisi tersebut perlu solusi alternatif dari sistem lainnya. Bukan dengan mengajukan bailout kepada lembaga pemberi pinjaman. 


Solusi Alternatif Krisis

Supaya negara tidak terjerat utang, negara perlu memastikan beberapa hal berikut ini.

Pertama, memastikan tidak terlibat dengan sistem riba dalam bentuk apapun. Dengan melakukan hal itu tertutup 100% kemungkinan tumpukan bunga utang. Jika kas negara kosong, negara mencari pembiayaan selain pinjaman riba. 

Kedua, negara tidak terlibat dengan aktivitas ekonomi non riil dan turunannya yang rusak dan memberi efek domino kerusakan pada perekonomian nasional. 

Ketiga, negara memegang prinsip berdaulat penuh yang mandiri dalam pengelolaan sumber daya alam. Pembagian kepemilikan yang jelas. Setiap harta di dunia ini masuk salah satu dari tiga jenis kepemilikan. Jika tidak masuk kategori harta milik umum dan kepemilikan negara pasti kepemilikan individu. Negara mengelola harta milik negara dan umum seoptimal mungkin, hasilnya dikembalikan untuk kemaslahatan rakyat. Negara tidak memberikan izin pengelolaan sumber daya alam kepada swasta. Karena itu bagian dari aset publik. Sehingga semua sumber pemasukan negara masuk dalam pos penerimaan negara. 

Keempat, memastikan negara melakukan fungsinya dengan baik. Yaitu melakukan pelayanan kepada masyarakat. Dan melakukan pengawasan terhadap harta pejabat negara sebelum maupun sesudah menjabat. 

Kelima, negara berlepas diri dari lembaga-lembaga internasional yang membawa agenda tersembunyi. 

Keenam, melakukan audit ketat terhadap semua harta negara dan kepemilikan umum sebagai wujud prinsip efisiensi anggaran. Negara menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu warga negara. Saat terjadi krisis negara menjaga agar tidak banyak mengeluarkan anggaran untuk kebutuhan yang bersifat sekunder. 


Khatimah

Sri Lanka merupakan negara dunia ketiga yang terjerat oleh pinjaman lembaga internasional. Sehingga menghantarkannya pada krisis dan kebangkrutan. Negara-negara dunia ketiga rentan mengambil solusi yang ditawarkan lembaga pinjaman internasional. Karena mereka tidak mampu melihat dan mengkaji solusi alternatif yaitu sistem yang diturunkan oleh Pemilik alam semesta ini. Sistem ekonomi Islam telah terbukti mampu mensejahterakan. Dengan ekonomi yang kuat dan mandiri negara menjadi berdaulat. 

Apa kabar dengan negara kita yang utangnya menembus angka Rp. 7000 triliun? Masihkah merasa aman. Sebagai manusia berakal tentulah bisa mengambil pelajaran dari peristiwa krisis ekonomi dan energi di Sri Lanka. Bahwa tidak ada makan siang gratis. Bantuan yang diberikan negara kapitalis ada konsekuensi penyertanya. Jika tak ingin mengalami kejadian yang sama, pengkajian sistem Islam perlu digalakkan. Meningkatkan ketakwaan dan menerapkan sistem Islam kafah. Agar terlepas dari jerat utang. 

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi" (Al A'raaf : 96).

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Sikin Maria
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments