Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mengapa Kasus Bunuh Diri Pelajar Terus Berulang?


TintaSiyasi.com -- Belum lama ini dikabarkan bahwa ada seorang remaja yang bunuh diri, hal ini diunggah di Twitter dengan akun @utbkfess di mana seorang pelajar bernazar jika ia lulus PTN impiannya ia akan memberi makan anak yatim dan jika tidak lulus maka ia akan melakukan suicide (bunuh diri), karena impiannya tidak terwujud ia pun bunuh diri dengan meminum obat-obatan (overdosis). Hal yang sama terjadi pada mahasiswa di sebuah Universitas di Kalimantan Timur yang memutuskan gantung diri akibat stres karena tak kunjung menyelesaikan tugas akhir skripsinya (kompas, 2020). Tentu kita merasa sangat miris dengan peristiwa ini, di mana bunuh diri dianggap jalan pintas karena tidak memperoleh hal yang diinginkan. 

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan generasi saat ini, sedang tidak baik-baik saja. Sistem saat ini menciptakan kondisi di mana standar kebahagiaan hidup hanya untuk mencari kesenangan duniawi, dan kesenangan hanya dapat diraih dengan mendapatkan materi. Seperti bisa masuk ke universitas impian, lulus dengan IPK cumlaude serta dapat kerja di perusahaan impian. Itulah standar kebahagiaan yang tak akan ada habisnya.

Lemahnya generasi saat ini terjadi karena jauh dari Islam, mereka tumbuh menjadi generasi yang sekuler. Generasi yang rapuh, ketika mendapati realita yang tidak sesuai dengan ekspektasi maka mereka akan langsung mengambil jalan pintas seperti bunuh diri dengan mengesampingkan fakta bahwa bunuh diri adalah dosa besar. 

Sistem pendidikan kapitalisme juga tidak mengajarkan keimanan pada qadha dan qadar. Mereka tidak dipahamkan bahwa dalam hidup ada area yang kita kuasai dan area yang tidak kita kuasai. Perihal rezeki contohnya, rezeki adalah hal yang tidak kita kuasai sehingga kita diharuskan untuk menerima takdir tersebut. Sama seperti kisah di atas yang harusnya dapat memahami bahwa perihal rezeki itu bukan hal yang dalam kuasanya, sehingga ada pahala sabar menanti.  

Berkebalikan dengan sistem Islam di mana masyarakat hidup dalam lingkungan islami dan dididik untuk menjadi manusia yang bermanfaat terlepas dari universitas mana tempat mereka belajar. Sistem pendidikan Islam akan menanamkan akidah dan tsaqafah yang matang, mereka akan menjadi pribadi yang kokoh imannya sehingga jika mendapati ujian, mereka tau itu adalah bentuk kasih sayang Allah dan tak akan memutuskan untuk mencari jalan pintas seperti bunuh diri. Jika mendapati sebuah persoalan maka mereka akan menyelesaikan dulu permasalahannya sehingga menemukan jalan keluar, dan mengintropeksi diri ke depannya. 

Negara dalam Islam berperan sebagai pelaksana urusan rakyat. Sisi pendidikan contohnya, negara menjamin akses pendidikan pada semua warga negaranya secara merata karena dalam Islam, pendidikan adalah kewajiban bagi setiap individu. Kurikulum pendidikan juga akan disusun berlandaskan akidah Islam. Tentu hal ini akan terwujud jika diterapkannya Islam dalam kehidupan secara kaffah. []


Oleh: Wanda Kurnia Yuda, S.Kes.
Aktivis Dakwah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments