Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gagalnya Pendidikan Sekuler Membangun Karakter Pelajar

 
TintaSiyasi.com -- Fenomena bunuh diri di kalangan pelajar cenderung meningkat setiap tahunnya. Bahkan, tingkat bunuh diri di kalangan anak muda yang masih berstatus pelajar kisaran usia 15-29 tahun menjadi penyebab kematian nomor dua terbesar, setelah kecelakaan.  

Dokter Jiwa Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Tuti Kurnianingsih mengatakan, masa remaja ditandai dengan perubahan pada berbagai aspek dalam waktu bersamaan. Mulai dari membuat keputusan penting dalam pendidikan maupun pertemanan.

Seperti yang terjadi akhir-akhir ini salah satunya di kutip oleh kompas.com (15/7/2022), karena 7 Tahun tak lulus kuliah, salah satu mahasiswa diduga nekat gantung diri. Sebelum ditemukan tewas gantung diri, mahasiswa berinisial BH sempat berkeluh kesah soal kuliahnya selama 7 tahun yang tak kunjung selesai. Keterangan itu didapat setelah polisi mendalami keterangan dari kakak angkat korban, RD. “Dia diajak ngomong baru nyambung. Katanya kuliah 7 tahun enggak lulus-lulus. Ngajukan skripsi ditolak terus sama dosennya. Sehingga dia diduga stres akhirnya bunuh diri,” tutur Kanit Reskrim Polsek Sungai Pinang, Iptu Fahrudi.

Kasus seperti ini sudah sering kita temukan, dan tentunya menjadi permasalahan besar di dalam dunia pendidikan. Namun bukan tanpa sebab, banyaknya kasus bunuh diri di kalangan pelajar adalah bukti nyata sistem sekuler yang jelas gagal membangun kepribadian kuat pada pelajar. Di saat yang sama, sistem sekuler juga membangun masyarakat yang penuh dengan tekanan hidup, sulit mendapatkan kebutuhan termasuk di dalamnya masalah pendidikan. Melihat semakin merebaknya kasus tersebut tentunya harus ada penanganan khusus yang perlu diperhatikan oleh negara. 

Di dalam Islam, ada beberapa hal yang akan dapat mengukuhkan profil kepribadian kuat, hingga mereka akan menjadi generasi yang mulia dan terjaga dari melakukan kesalahan dan kemaksiatan.

Pertama, akidah. Posisi akidah Islam ibarat akar dari sebuah pohon atau pondasi dari sebuah bangunan. Kuat lemahnya akar (pondasi) akan sangat berpengaruh pada kuat lemahnya pohon dan bangunan di atasnya.  

Kedua, terikat syariat. Kesadaran generasi untuk terikat pada syariat sebagai konsekuensi iman mereka.  

Ketiga, kelengkapan tsaqafah. Islam yang mereka miliki, dan kedekatan mereka kepada Allah yang membuat mereka mudah menundukkan nafsu mereka di bawah kendali pemahaman Islam yang mereka miliki.  

Keempat, lingkungan (masyarakat). Lingkungan (masyarakat) yang kondusif untuk tumbuh kembang kepribadian saleh dan muslih bagi anak-anak.  

Kelima, peran negara. Keberadaan negara yang berkarakter ra’in (pemelihara) dan junnah (perisai pelindung) bagi rakyatnya, dengan penerapan kebijakan dan peraturan yang benar sesuai tuntunan-Nya.  

Karena cara Islam mampu mengukuhkan karakter anak, seharusnya sistem Islam menjadi solusi terbaik bagi masalah pendidikan. Sistem ala Islam ini mampu menjadikan tujuan pembangunan kepribadian Islam sebagai inti pendidikan. Tak hanya itu, sistem Islam juga menjamin akses pendidikan pada semua warga negara dan menghasilkan masyarakat yang punya kepribadian kuat, kokoh, dan sejahtera. 

Wallahu a'lam. []


Oleh: Nanis Nursyifa
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments