Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gagal Membangun Kepribadian, Akibat Kegagalan Pendidikan Karakter Sekuler


TintaSiyasi.com -- Bunuh diri adalah hal yang semakin tidak asing kita dengar, baik kasus di kehidupan masyarakat ataupun diaspek pendidikan. Seperti ditemukan tewas gantung diri, mahasiswa berinisial BH sempat berkeluh kesah soal kuliahnya selama 7 tahun yang tak kunjung selesai.

Keterangan itu didapat setelah polisi mendalami keterangan dari kakak angkat korban, RD. “Dia diajak ngomong baru nyambung. Katanya kuliah 7 tahun enggak lulus-lulus. Ngajukan skripsi ditolak terus sama dosennya. Sehingga dia diduga stres akhirnya bunuh diri,” tutur Kanit Reskrim Polsek Sungai Pinang, Iptu Fahrudi. Fahrudi menambahkan, berdasar keterangan RD, sejak itu BH tampak lebih sering murung dan menyendiri. 

BH, menurut Noor, masa kuliahnya semestinya sudah berakhir 31 Juni 2020. Namun karena ada pandemi Covid-19, khusus mahasiswa angkatan 2013, pihaknya telah memperpanjang masa penyelesaian studi sampai 31 Desember 2020, dengan syarat judul skripsi sudah diterima atau sudah seminar proposal. 

Belum lagi seorang siswa bunuh diri akibat tidak lulus di PTN impiannya, "Adik gue sekarang korban, beneran bunuh diri dengan cara minum semua obat yang diberi psikiater dan OD alcohol," tulisnya. Sedari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dena ingin sekali berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun, setelah ia berpacaran bukannya mendapat dorongan untuk bisa melewati kesulitan, Dena malah terganggu. Si pacar ternyata merupakan seorang abusive atau melakukan kekerasan verbal dan manipulatif diasumsikan menjadi salah satu faktor si adik Dena, membulatkan tekad untuk mengakhiri hidupnya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis hasil pengawasan dan pengaduan kekerasan di lembaga pendidikan. Sejak bulan Januari hingga Oktober 2019, tercatat 127 kasus kekerasan yang terdiri dari kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Berdasarkan data KPAI, kekerasan seksual berjumlah 17 kasus dengan korban 89 anak, yang terdiri dari 55 anak perempuan dan 34 anak laki-laki. Pelaku mayoritas adalah guru 88 persen dan kepala sekolah 22 persen. Adapun pelaku guru terdiri dari guru olahraga 6 orang, guru agama 2 orang, guru kesenian 1 orang, guru komputer 1 orang, guru IPS 1 orang, dan guru kelas 4 Sekolah Dasar empat orang.

Itu masih pada tahun 2019, bagaimana pada saat ini sudah masuk tahun 2022 yang mana moral dan pemikiran yang tidak benar semakin menjalar di benak generasi muda terkhusus yang notabene-nya mereka adalah generasi yang pastinya akan melanjutkan kehidupan sebuah agama dan negara, jika penampakan generasi juga salah bagaimana nasib negeri kita? 

Kepribadian siswa mengalami keguncangan citra diri (disturbance of self image) dan kepribadian yang pecah (split personality) sehingga tidak memiliki kepribadian yang islami. Pola hidup masyarakat bergeser dari sosial-religius ke arah masyarakat individual materialistis dan sekuler. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup mewah dan konsumtif.

Banyaknya kasus bunuh diri pada pelajar itu tidak lain adalah bukti nyata pendidikan sekuler gagal membangun kepribadian kuat pada pelajar. Di saat sama sistem kapitalisme sekuler membangun masyarakat yang penuh tekanan hidup, sulit mendapatkan kebutuhan (termasuk sulit sekolah). Sedangkan Islam berkebalikan pada sistem kapitalisme sekuler yang menjadikan tujuan pembangunan kepribadian Islam sebagai inti sistem pendidikan, menjamin akses pendidikan pada semua WN dan menghasilkan masyarakat yang kokoh dan sejahtera.

Sedangkan dalam sistem Khilafah Islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi, dan tujuan pendidikan berdasarkan akidah Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuk SDM terdidik dengan pola berfikir dan pola sikap yang islami.

Dan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan, sehingga melahirkan amal saleh dan ilmu yang bermanfaat. Prinsip ini mengajarkan pula bahwa di dalam Islam yang menjadi pokok perhatian bukanlah kuantitas, tetapi kualitas pendidikan. Perhatikan bagaimana Al-Qur'an mengungkapkan tentang ahsanu amalan atau amalan shalihan (amal yang terbaik atau amal saleh).

Pendidikan juga ditujukan dalam kaitan untuk membangkitkan dan mengarahkan potensi-potensi baik yang ada pada diri setiap manusia selaras dengan fitrah manusia dan meminimalisir aspek yang buruknya. Keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pendidikan. Dengan demikian sentral keteladanan yang harus diikuti adalah Rasulullah SAW.

Beginilah sistem pendidikan dalam Islam yang pastinya akan mengeluarkan para pelajar yang akan memiliki kepribadian yang sejati berlandaskan Islam.

Wallahu a'lam. []


Oleh: Siti Hajar
Aktivis Dakwah, Pemerhati Remaja
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments