TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) memperingatkan Indonesia menjadi objek global kampanye L68T.
"Indonesia telah menjadi bagian dari objek atau sasaran dari kampanye global L68T," ungkapnya dalam Dialog Tabloid Media Umat yang berjudul L68T gerakan politik Global Berbahaya di YouTube Media Umat, Kamis (30/05/2022).
Menurutnya, kampanye L68T itu sangat masif dengan berbagai pendekatan sosial budaya maupun melalui film.
"Melalui film misalnya, serial Marvel katanya di situ banyak sekali ikon-ikon L68T, ada juga simbol L68T, dan bendera pelangi. Hari ini pelangi konotasinya sudah L68T, ini luar biasa," ujarnya.
Ustaz Ismail menjelaskan, pada fase sekarang di negara Indonesia ada tokoh-tokoh yang secara terang terang mengaku gay, jaringannya gay GA Nusantara, sudah lama ada. “Tetapi kemudian ditampakkan secara terang-terangan belum lama ini. Ini menunjukkan kita sedang bergerak menuju social acceptance,” ulasnya.
"Podcast yang kemarin heboh itu, itu adalah bagian dari itu semua. Karena itu sudah betul sekali setelah acara itu lalu podcast itu di kerutuk. Podcast itu akhirnya terpaksa dicabut dan minta maaf. Ini penting sekali, kalau enggak dikutuk begitu, maka ini akan dianggap sesuatu yang wajar dan lumrah, maka proses lumrahisasi itu terjadi," tuturnya.
Ia menyarankan, bangsa ini perlu waspada, tidak boleh merasa aman. Sebagaimana yang dialami oleh Republik Amerika, tahun 1950 L68T itu ditolak keras oleh Amerika, tetapi sekarang mereka tidak menduga bahwa apa yang mereka tolak keras pada tahun lima puluhan itu dia puluh, tiga puluh tahun kemudian itu ternyata harus mereka terima sebagai sebuah fakta, bahkan mereka harus ikut mengesahkan apa yang disebut same sex married.
"Kita tidak boleh merasa aman. Karena faktanya sekarang ini soal L68T ini, sudah masuk ke berbagai lapisan masyarakat terutama anak muda, anak-anak bahkan di lembaga lembaga pendidikan yang notabane lembaga-lembaga Islam," imbuhnya.
Ia mengatakan, pernah punya pengalaman pribadi ikut menangani soal L68T ini di lembaga pendidikan Islam.
"Kemarin bincang-bincang dengan alumni pesantren, itu sesuatu yang hampir biasa terjadi di pesantren. Artinya bahwa belum ada kampanye itu saja sudah terjadi, apalagi kalau kampanye itu dibiarkan, maka lumrahisasi itu akan menjadi legitimasi dari perbuatan perbuatan yang menyimpang selama ini," tandasnya.[] Rina
0 Comments