Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Om Joy Berbagi Tips agar Opini Dimuat Media Massa


TintaSiyasi.com -- Jurnalis Joko Prasetyo membagikan empat tips bagi pembaca yang kesulitan menulis opini untuk dimuat di media massa. 

“Namun, sayangnya, banyak yang kesulitan tulisannya dimuat media massa. Bagi yang mengalami masalah yang sama, semoga tips di bawah ini bisa membantu,” ujar jurnalis yang akrab disapa Om Joy tersebut kepada Tintasiyasi.com, Selasa (14/6/2022). 

Pertama, tulisan yang dibuat harus sesuai dengan visi misi media massa yang dikirimi naskah. Menurutnya, setiap media massa memiliki visi misinya sendiri. Namun, para aktivis dakwah juga tidak boleh mengorbankan visi misi dakwahnya. 

“Cari aja titik temunya antara media dan visi misi dakwah,” tuturnya. 

Ia mencontohkan, misal media massanya mengusung demokrasi, jangan pula malah jadi pendukung demokrasi! Tapi cari titik temunya. “Bila media tersebut mengkritik rezim, penulis juga bisa mengkritik rezim dalam rangka muhasabah lil hukkam (mengoreksi kepada penguasa) yang dalam Islam memang hukumnya wajib,” paparnya. 

Jadi, lanjutnya, sebelum mengirimkan naskah, harus tahu dulu persis media yang akan dikirimi itu ke mana arah berpikirnya. 

“Makanya, harus membaca-baca dengan cermat opini-opini yang dimuat itu seperti apa. Pelajari polanya,” bebernya. 

Kedua, harus sesuai dengan kaidah jurnalistik. Baik secara anatomi (mulai dari judul, paragraf pertama, tubuh tulisan, hingga paragraf terakhir harus sesuai dengan anatomi opini), bahasa jurnalistik yang digunakan harus sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ataupun kaidah teknis jurnalistik termasuk keterkaitan antar paragraf dan logika penulisannya harus pas. 

“Tak boleh melompat apalagi tidak nyambung dengan paragraf berikutnya,” tegasnya. 

Ketiga, mujur. Bila sudah sesuai visi misi media dan kaidah jurnalistik, berikutnya berdoa kepada Allah SWT semoga mujur. “Karena meskipun tulisannya sesuai visi misi dan kaidah jurnalistik, belum tentu dimuat,” cetusnya. 

Pasalnya, kata dia, persaingan sangat ketat. Di Indonesia saja kira-kira ada 500 kota. Di setiap kota yang ada di Indonesia ada seorang saja yang mengirimkan tulisannya. “Paling hanya sekitar dua tulisan yang akan dimuat. Dengan begitu, peluang sebuah tulisan akan terpilih tentu sangat kecil,” terang Om Joy. 

Keempat, pantang menyerah. Jangan kapok kalau tulisannya tidak dimuat. Tetap semangat untuk menulis lagi dan mengirimkannya lagi. “Kalau mendapat kritik dari si jabrik (penjaga rubrik) ---sebagian media massa mengembalikan naskah penulis sembari memberi masukan---, perhatikan baik-baik dan jangan sampai terulang kesalahan yang sama pada tulisan berikutnya. Lalu kirimkan lagi,” ungkapnya. 

Jadi memang, jelas dia, tulisan yang dikirim itu harus sempurna. Namun, bila sudah terpenuhi, belum tentu juga dibaca si jabrik alias belum mujur. 

“Maka, selain tetap semangat dan pantang menyerah, tawakal mesti maksimal. Berdoa dengan khusyuk agar Allah SWT menggerakkan si jabrik membuka dan membaca naskah, cocok, kemudian dimuat,” pungkasnya.[] Mariyam Sundari
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments