Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mengkritisi Pemerintah Berbasis Konstitusi, Tidak Ada Masalah

TintaSiyasi.com -- Adhie Massardi selaku Ketua Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) mengatakan, mengkritisi pemerintah berbasis konstitusi, tidak ada masalah.

“Sebagai gerakan moral KAMI mengkampanyekan bahwa mengkritisi pemerintahan dan kekuasaan itu asal dengan cara berbasis konstitusi tidak ada masalah,” jelas Adhie dalam Live Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD): Dialog Kebangsaan KAMI dan PKAD, Jumat (3/6/2022) di YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.

Menurut Adhie, hari-hari ini memang negeri ini punya masalah yang sangat serius. "Saya bilang sama teman-teman, KAMI itu bukan didesain untuk organisasi permanen. Jadi kalau Indonesia sudah selamat ya kita bubar. Nah persoalannya kan indikator selamatnya apa? Jadi kira-kira demikianlah," katanya.

Adhie berbagi pengalamannya terjun ke dunia politik. Ia pernah berada di pusat kekuasaan. Belajar politik langsung dari Abdurrahman Wahid soal politik, ketatanegaraan, dan lain-lain. Ia melihat bahwa kekuasaan itu jika digunakan dengan baik akan bermanfaat buat rakyat. 

“Kalau ada kekuasaan digunakan dengan cara tidak baik untuk kepentingan sedikit orang ini tidak benar dan harus kita ingatkan. Sebab mengingatkan itu penting,” serunya.

Adhie menyampaikan dirinya akan tetap mengkritisi pemerintah. Orang-orang termasuk keluarganya pernah bertanya mengenai aktivitasnya ini. Ia menjawab tugasnya hanya mengkritisi. Perkara orang tersebut berubah atau tidak, apakah pemerintah akan berubah atau tidak, itu bukan keputusannya.

"Itulah sebabnya saya bilang kepada teman-teman kalau kita di gerakan itu gunakanlah filosofi muazin. Waktunya Zuhur azan, waktunya Asar azan, waktunya Maghrib azan. Mau azan kita kemudian orang-orang enggak sembahyang kan bukan urusan kita. Yang penting tugas kita azan sudah kita tunaikan sebagai muazin," ungkapnya lagi.

Adhi mengungkapkan, sekarang ini ada hal menarik dari situasi masyarakat yang mulai bangkit. Berbeda dengan dua tahun lalu. KAMI mancul karena masyarakat terutama kalangan intelektual dan kampus-kampus, partai politik maupun banyak orang tidak berani mengkritik karena takut dibui, dikriminalisasi, dan lain-lain.[] HN/Ika Mawarningtyas
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments