TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menyebut fenomena L68T merupakan fenomena ketersesatan masyarakat, karena tidak tahu mana yang benar dan yang salah.
"Masyarakat sekarang sedang menghadapi fenomena ketersesatan, karena tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah," ungkapnya di UIY Official yang bertajuk Jangan Menjadi Corong Setan, Ahad (15/05/2022).
Ustaz Ismail mengatakan, jika manusia berpegang kepada Al-Qur'an, maka akan tahu mana yang benar dan mana yang salah. “Misalkan, fenomena L68T dibungkus dengan istilah secara intelektual. Contoh hak atas tubuh, jika seseorang memiliki hak atas tubuh, maka karena punya hak itulah sehingga si pemilik tubuh mempunyai hak atas tubuhnya sesuai perlakuannya.
"Anda punya hak atas tubuh Anda, tetapi Anda tidak punya hak atas tubuh saya. Namun, jika kita berpegang kepada Al-Qur'an, tentu tidak berfikir demikian. Seperti yang dituturkan dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 80,
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?” ulasnya.
"Faahisyah merupakan kemungkaran yang besar dan menjijikkan. Nah, problem tersebut tidak akan selesai karena berkenaan dengan soal tolok ukur," tegasnya.
Lanjut ia katakan, begitu manusia menggunakan tolok ukur Al-Qur'an, akan ditemukan istilah faahisyah, dan jika tidak menggunakan Al-Qur'an tidak ada ketemu apa itu istilah faahisyah.
"Dalam kitab Nidzhamul Uqubat dikatakan bahwa faahisyah merupakan sebuah kejahatan, yang namanya kejahatan itu segala sesuatu yang melanggar hukum syarak," lugasnya.
Kemudian ia menambahkan dengan membacakan sebuah hadis riwayat Ahmad dan abu Abu Daud, “Siapa menjumpai orang yang melakukan perbuatan homo seperti kelakuan kaum Luth, maka bunuhlah pelaku dan objeknya."
"Mengapa hukumannya sampai begitu? Jadi, melalui hukuman seperti itu akan memutus rantai tular menular," ujarnya.
Ia mengatakan, bahwa benar apa yang ramai diberitakan di media sosial jika L68T adalah gerakan, bukan lagi perorangan, bahkan merupakan sebuah gerakan politik yang bertujuan menambah jumlah. “Kenapa? Mereka tahu bahwa mereka akan menjadi sesuatu atau something jika jumlahnya signifikan, karena mereka juga sadar untuk menambah jumlah tidak mungkin dengan pernikahan diantara sesamanya,” ungkapnya.
"Something dari segi apa pun, misalkan sisi politik. Mereka akan terus mencari mangsa, maka kita jangan merasa aman. Anak-anak kita, cucu, teman, maupun kerabat kita harus waspada dan tidak merasa aman,” jelasnya.
Lanjutnya, kaum L68T akan membangun pola pikir pada masyarakat bahwa hal tersebut adalah lumrah, sehingga masyarakat merasa lumrah dengan fenomena L68T. Apabila satu tindakan salah, jika terus diekspos, maka lama-kelamaan hal demikian menjadi lumrah.
"Dan ketika dianggap lumrah, orang tidak lagi menganggap L68T itu adalah kejahatan," mirisnya.
Menurutnya lagi, kaum L68T mempunyai segudang argumen balik untuk membelanya. Misalkan jika membahas keturunan, kaum tersebut mempertanyakan, apakah seks selalu terkait dengan keturunan. Apakah tidak boleh ada seks yang tidak berurusan dengan keturunan.
"Mereka mengatakan bahwa seks itu mempunyai tiga fungsi. Pertama, berkenaan dengan reproduksi; kedua, berkenaan dengan relation; ketiga, adalah relaxation. Jadi, ada dua dari ketiga fungsi seks tersebut yang tidak terkait dengan reproduksi,” bebernya.
Ia menyebutkan, apa yang dikatakan kaum L68T hanyalah argumen, sebagaimana sejatinya sebuah kejahatan yakni tidak pernah tidak untuk membangun alasan. Namun, dalam aspek moralitas, ukuran moralitas sekarang sangatlah absurd.
"Oleh karena itu, penting sekali bagi kita memegang Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup, sebab jika tidak memegang petunjuk, maka kita akan kehilangan arah." lugasnya.
Ustaz Ismail mengungkapkan, sebetulnya masyarakat sekarang sedang dalam situasi yang sesungguhnya sangat mengerikan. Kemudian ia menambahkan dengan membacakan ayat Al-Qur'an surah Thaha ayat 123,
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
"Nah dengan demikian, jika kita berpegang teguh kepada Al-Qur'an, akan tahu mana yang benar dan mana yang salah," tuntasnya.[] Nurmilati
0 Comments