Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Fajar Kurniawan: Apakah Pertamina untuk Memenuhi Kebutuhan Publik Harus Menggunakan Logika Korporasi?


TintaSiyasi.com -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax dipertanyakan Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data Fajar Kurniawan. "Apakah memang Pertamina sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) untuk memenuhi kebutuhan publik, maka harus menggunakan logika korporasi untuk menentukan harga pasar, untuk menentukan harga produk? Kita ketahui Pertamina bergerak dari hulu hingga hilir yang diberi kekuasaan penuh oleh negara," ungkap Fajar dalam FGD ke-48 Pusat Kajian dan Analisis Data: Alasan Sebenarnya Kenaikan BBM?! Sabtu (9/4/2022) di YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.

Menurut Fajar, selama ini banyak eksploitasi minyak milik Indonesia oleh asing dan hasil 7000 barel perhari belum mencukupi kebutuhan 1000 barel perhari. Fajar mempertanyakan kebenaran alasan kenaikan BBM untuk menghindari kerugian Pertamina dan kebenaran pemberian subsidi oleh Pertamina.

"Pertamina belum mampu memenuhi kebutuhan migas Nasional. Pada tahun 2020 Pertamina 66 juta barel impor dan ekspor 31 juta barel. Impor 47 persen dari produk migas domestik kita semua diserap maka seharusnya impor 35 juta barel," beber Fajar. 

Fajar memaparkan, “Masalah kemampuan kilang minyak Pertamina kita tidak kompatibel. Belum mampu menghasilkan produk-produk yang dipersyaratkan. Kontribusi minyak mentah impor 70 persen produksi dalam negeri, tentunya harga jauh lebih murah. Dari situ apa ada maksud lain dari kenaikan BBM?”

Fajar mengungkapkan, Pertamina belum pernah mempublikasi secara transparan bagaimana struktur biaya produksi BBM. "Berapa biaya pengeboran? Berapa biaya pengilangan dan seterusnya sampai harga pokok produksi hingga margin mau ambil berapa," kata Fajar.

"Jika kita bicara ekonomi Islam, maka urusan migas negara tidak boleh mengambil untung. Bahkan, negara harus menjamin distribusi migas ini bisa dinikmati oleh sebanyak mungkin orang, diperoleh dengan mudah, dan kalau perlu dengan harga yang murah," tegas Fajar. 

Fajar ingin menundukkan masalah BBM ini dengan tepat agar didengar penguasa. Karena ini termasuk menyampaikan kebenaran di tengah kezaliman yang menimpa umat.

Fajar heran sikap pemerintah, di kala umat fokus beribadah di bulan Ramadhan, lagi-lagi dihadiahi bingkisan mengejutkan yang semakin menambah kompleksnya permasalahan. Dampak pandemi masih dirasakan, tetapi PT. Pertamina Persero mengumumkan kenaikan BBM terutama Pertamax per 1 April 2022. 

Fajar menyayangkan alasan Dirut Nicke Widyawati yang menyatakan di balik kenaikan itu untuk menghindari kenaikan minyak dunia sebagai imbas Ukraina dengan Rusia dan membandingkan harga minyak Inggris dengan Indonesia. 

“Perbandingan demikian kurang tepat. Inggris merupakan negara maju dan tidak memiliki cadangan minyak. Sementara, Indonesia itu negara berkembang dan punya cadangan migas banyak,” pungkasnya.[] HN/Ika Mawarningtyas


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments