Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tiga Catatan Kritis Ketua KPAU soal Wacana Tunda Pemilu, Poin Kedua Ternyata...


TintaSiyasi.com -- Wacana penundaan pemilu 2024 yang memunculkan pro dan kontra di kalangan masyarakat diberi tiga catatan kritis oleh Ketua Koalisi Persaudaraan Advokasi Umat (KPAU) Ahmad Khozinudin, S.H. dalam FGD Online ke-45 Pusat Kajian Dan Analisis Data bertajuk Resonansi Ukraina Dan Tunda Pemilu (Sabtu, 5/3/2022).

Ia mengemukakan beberapa alasan. Ahmad menyampaikan tunda poemilu itu bukan tidak ada urgensinya. Hal itu, urgen sekali, sangat penting bahkan mendesak. Alasannya yang pertama ialah tidak semua orang itu di negeri ini punya pandangan yang bijak seperti M. Rizal Fadillah yang mengatakan, kalau mundur lebih awal akan selamat.

"Bagi sebagian kalangan yang lainnya termasuk juga saya justru mau mundur atau berhenti dari jabatannya gantian nanti, semua borok-boroknya itu akan dibongkar begitu," ungkap Ahmad.

Menurut dia, jika pandangannya demikian maka tunda pemilu dinilai urgen. Kalau tidak nambah tiga periode paling tidak nambah beberapa tahun sambil menyusun strategi tambahan dalam rentang dua tahun itu. Sehingga menurut Ahmad posisinya urgen harus tetap berkuasa. Karena alat-alat kekuasaan untuk menegakkan hukum sekarang berada di bawah kendali politik.

Alasan yang kedua, wacana penundaan pemilu urgen sekali dalam perspektif kepentingan oligarki. Sebab ia melihat, oligarki di zaman era Joko Widodo sangat dilayani dengan baik. Ahmad menggambarkan bagaimana mungkin ada undang-undang Omnibus Law yang begitu melayani investor dan para pengusaha yang pasal-pasalnya sangat menguntungkan investor. Hal tersebut tidak pernah terjadi, kecuali di era rezim Jokowi.

“Oligarki melakukan kamuflase bahwa kompensasi yang diberikan oleh penguasa kepada oligarki dengan biaya politik tahun 2019 yang begitu besar, memiliki konsekuensi harus ada jaminan agar proyek-proyek oligarki yang meminjam kebijakan negara harus tetap berlanjut,” duganya.

Yang ketiga, tidak ada garansi kepentingan ologarki akan diberikan kepada otoritas yang lain atau presiden yang lain. Misalkan pada proyek ibu kota negara (IKN) yang multi-years. Oligarki yang diuntungkan dengan proyek ini tidak akan mendapatkan garansi yang baik kalau Presidennya bukan Presiden Joko Widodo.

"Maka ia punya kepentingan sekali agar saudara Joko Widodo tetap menjadi presiden," tutup Ahmad.[] HN/Ika Mawarningtyas
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments