TintaSiyasi.com -- Direktur Institut Literasi Khilafah dan Indonesia (ILKI) Septian A.W. mengatakan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan hilangnya seruan khilafah di Nusantara.
"Penyebab hilangnya seruan khilafah setidaknya didorong oleh dua hal," ujarnya dalam acara Kelas Rajab One Day: Keruntuhan Khilafah dalam Sejarah Indonesia melalui Zoom Meeting, Kamis (03/03/2022).
Sejarawan tersebut menyebutkan, pertama, bercokolnya pemikiran alternatif Barat. Kedua, hilangnya gambaran khilafah di tengah umat akibat kekacauan penerapannya di zaman Utsmaniyah.
“Penerapan Islam pada masa Utsmani sekadar mempertahankan kekuasaan. Walaupun baiat dan akad baiat masih ada, khalifahnya masih ada, tetapi jauh dari ideal. Ketika disebut kata khilafah pada umat, mereka terbayang-bayang masa Utsmani yang sakit dan tidak mampu bersaing dengan negara kafir," jelasnya.
Ia mengatakan, nasionalisme (negara bangsa) dan sekularisme berdiri agung sebagai simbol kemerdekaan dan kemajuan. "Umat akhirnya melirik alternatif politik lain. Alih-alih kembali kepada khilafah, justru wacana dominan tahun 1930-an hingga setelahnya menjadikan demokrasi dan nasionalisme sebagai arah sikap politik mereka," paparnya.
“Melihat pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh proklamator seperti Mustafa Kemal dan Soekarno, paham nasionalisme, sekularisme, dan isme-isme lainnya yang dijadikan rujukan, bukan khilafah," tegasnya.
Menurutnya, sekularisme dan nasionalisme telah menyebabkan seruan khilafah menjadi redup dan ditinggalkan oleh umat Islam. "Termasuk di Indonesia yang pada akhirnya muncul tokoh-tokoh yang netral agama, yaitu mereka yang berasal dari kalangan sekuler dan komunis," ujarnya.
“Tokoh-tokoh netral agama itu kemudian memimpin bangsa untuk memerdekakan diri menuju pemerintahan bangsa sendiri. Padahal, mereka telah membawa ideologi Barat," tandasnya.
Direktur ILKI tersebut menjelaskan adanya kekhawatiran di kalangan tokoh dan ulama Islam terkait keberadaan tokoh-tokoh netral agama dalam pertarungan politik domestik. "Jika mereka tidak ikut dalam kancah pertarungan politik domestik di nasional, maka bisa jadi orang-orang yang netral agama ini berhasil mencapai puncak kepemimpinan," ujarnya.
“Mulailah tokoh-tokoh Islam dan para ulama masuk dalam kancah perpolitikan dengan mencoba menggabungkan antara politik dan Islam tanpa ada penyebutan untuk kembali kepada khilafah. Maka, wacana khilafah hilang, tenggelam, dan lenyap hingga sekarang," tutupnya.[] Emmy
0 Comments