Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pemindahan IKN Berdampak Besar pada Aspek Sosial Budaya


TintaSiyasi.com -- Menanggapi wacana perpindahan ibu kota negara (IKN) Ketua Forum Doktor Peduli Bangsa Dr. Ahmad Sastra , M.M. menyampaikan dampak besar dari aspek sosial budaya. 

“Pemindahan ibu kota negara itu berdampak besar bagi struktur masyarakat, karena ini baru, dari nol begitu ya, kemudian juga cara hidup serta aspek sosial budaya yang tentu tidak sederhana," tuturnya dalam Focus Group Discusion ke-28 Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa: IKN, Analisis Kritis Multidispilin, Sabtu (12/2/2022) di YouTube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.

Ia menjelaskan, pemindahan ibu kota tidak sederhana bahkan menimbulkan kompleksitas. “Jadi, pemindahan ibu kota ini dalam prespektif sosial budaya itu tidak sederhana justru akan menimbulkan kompleksitas tersendiri yang sayangnya di dalam kajian-kajian yang selama ini ada dari pemerintah itu sedikit sekali yang kemudian yang menyinggung aspek sosial budaya ini," imbuhnya.

Ahmad membeberkan, konteks kedudukan ibu kota secara sosial budaya mencerminkan jati diri. “Nah, jadi diri itu kan identitas ya yang dengannya mudah dikenali karena berbagai ciri khas dan karakter yang melekat serta menjadi faktor pembangun visi dan motivasi,” jelasnya.      

Ia menegaskan bahwa ciri khas khusus yang melekat pada ibu kota itu biasanya berkaitan dengan historis. “Ciri khas khusus yang melekat pada ibu kota itu biasanya aspek historis itu. Sejarah kemudian kebiasaan masyarakat, tadi budaya, nilai kepercayaan, perilaku sosial, bahkan pandangan hidup atau ideologi,“ bebernya.

Ia menegaskan nama Jakarta secara historir erat dengan perjuangan Fatahillah. “Jadi, kata Jakarta sendiri secara historis istilah ini sangat erat hubungannya dengan perjuangan Fatahillah. Jayakarta itu kalau dalam bahasa Arab itu kan Fathan Mubina itu apa namanya sebuah kejayaan karena sudah mengusir penjajah Portugis terutama,“ jelasnya.

Ahmad menyabutkan bahwa Fatahillah juga representasi dari seorang pejuang Muslim. “Ya, jadi secara historis memang Jakarta ini kan namanya, erat kaitannya dengan perjuangan para ulama Demak dan Banten mengalahkan para penjajah Portugis itu. Nah, prespektif historis ini yang kemudian mejadi semacam identitas sosial budaya ibu kota Jakarta dan memang begitulah namanya ibu kota itu kan cermin dari jati diri negara itu,” imbuhnya.

Ia mengatakan, ibu kota baru ini lebih cenderung kepada prespektif ekonomis. “Ibu kota baru ini lebih cenderung kepada prespektif ekonomis gitu ya dibandingkan misalnya berkaitan dengan sosial budaya begitu,” tuturnya.

Ia menyampaikan kekhawatiran terjadinya syok kultur di tengah masyarakat. “Nah, syok kultur itu berkaitan dengan budaya materi atau teknologi yang akan ada di ibu kota baru itu dengan perkembangan yang cepat itu nanti tidak akan cepat diikuti oleh masyarakat sekitar,” jelasnya.

Menurut dia, secara psikososial mungkin banyak yang kemudian belum siap, sehingga mereka merekomendasikan untuk menjauh dari pemukiman. Kemudian, ia melihat, budaya nonmaterial dari pemikiran, kepercayaan, adat dan hal-hal yang lain yang selama ini sudah terjadi di Kalimantan. 

"Karena memang banyak suku-suku tradisional juga di sana ini juga akan berdampak juga dengan adanya ibu kota baru itu," paparnya. "Nah, ini yang harus menjadi perhatian pemerintah, sejauh mana pemerintah sudah memeprtimbangkan aspek sosial budaya ini secara matang,” imbuhnya.

Ia menegaskan, perpindahan ibu kota memang boleh selama persiapannya matang. “Perpindahaan ibu kota memang boleh tetapi, tentu dengan pertimbangan sosial budaya yang sangat matang begitu,” pungkasnya.[] Sri Purwanti
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments