Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Budi Mulyana Jelaskan Master Plan Sistem Hankam Negara yang Efektif dan Efisien


TintaSiyasi.com -- Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, S.IP., M.Si. menjelaskan  penyusunan master plan sistem pertahanan keamanan (Hankam) negara yang efektif dan efisien. 

"Kalau bicara tentang penyusunan master plan sistem pertahanan keamanan (Hankam) yang efektif efisien, ketika bisa menopang keamanan dan pertahanan ibukota, idealnya memiliki segalanya," tuturnya dalam Kabar Petang: IKN dan Problem Geostrategi, Kamis (27/01/2022) di kanal YouTube Khilafah News.
  
Diantara hal-hal yang hatus ada menopang hankam suatu negara menurut Budi adalah tentara yang banyak dengan berbagai matra. Kemudian, juga mengantisipasi dalam konteks dunia maya yaitu serangan siber dan alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang juga memadai. 

“Cuma kan pertanyaannya, alokasi anggaran kita cukup enggak gitu ya di Kementerian Pertahanan ini. Walaupun memang, sebagai salah satu Kementerian yang mendapatkan alokasi anggaran yang tinggi, cuma memang serapannya masih ke personil gitu, belum ke penguatan alutsista,” imbuhnya. 

Budi mengatakan bahwa memang ada upaya penguatan alutsista Indonesia. Namun, menurutnya harus dilihat siapa yang menjadi potensi ancaman atau potensi musuh. Seberapa cepat mereka menyiapkan diri di dalam kekuatan pertahanan keamanannya. 

“Jikalau kita nambah, tetapi tidak secepat pertambahan negara-negara lain, memang ini juga menjadi menjadi ancaman ya buat kita. Walaupun memang, dunia ini kan sekarang didorong ke arah perdamaian. Dibuatlah regulasi-regulasi hukum internasional supaya manusia itu tidak terjebak dalam kondisi peperangan. Dan memang itu yang kemudian diharapkan oleh manusia ya perdamaian yang abadi,” harapnya. 

Lebih lanjut dia mengatakan pameo di dunia militer itu, pertahanan yang terbaik adalah menyerang, artinya negara punya kekuatan untuk ekspansif. Serangan ofensif berarti dia sudah pasti punya kemampuan untuk defensif yaitu mempertahankan diri. 

Namun, menurutnya bahwa Indonesia belum sampai ke level tersebut. Ia menyebutkan bahwa orientasi Indonesia masih minimum essential force, yakni masih minimum atau masih defensif. 

“Ada simulasi yang pernah dilakukan. Kalau terjadi perang misalkan dengan Malaysia,  siapa yang akan menang? Tergantung perangnya di mana. Kalau misalkan Malaysia menyerang Indonesia, ya Malaysia kalah. Tetapi, kalau menyerang ke Malaysia, Indonesia belum punya kemampuan sampai menyerang Malaysia,” ujarnya. 

Ia mengatakan, fitrahnya peradaban, perang itu menjadi cara penyelesaian yang memang dilakukan untuk persoalan-persoalan politik. Makanya, antisipasi terhadap perang itu tetap harus dilakukan. 

“Kalau tidak siap perang, maka kita akan menjadi santapan kalau memang situasi itu terjadi. Mau tidak mau, suka tidak suka, walaupun rezim kita atau suasana international mengarah kepada perdamaian, tetap kesiapan untuk berperang itu harus dimiliki setiap negeri manapun,” tandasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments