TintaSiyasi.com -- Berkaitan 101 tahun ketiadaan khilafah, diprediksi ideologi kapitalisme akan hancur. "Karenanya sudah tidak lama lagi ketika ideologi kapitalisme ini akan hancur," tutur Analis Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Hanif Kristianto kepada TintaSiyasi.com, Senin (21/2/2022).
Hanif membeberkan tiga faktor pendorong kehancuran kapitalisme. Pertama, ideologi kapitalisme yang dibangun atas dasar akal pikiran manusia yang terbatas tidak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan kekinian di dalam kehidupan.
Kedua, gagasan kapitalisme ini yang penuh dengan kebohongan. "Sebagaimana yang kita ketahui, ketika kapitalisme ini diterapkan di dalam sistem ekonomi yang di situ sangat rentan dengan krisis, ketimpangan ekonomi, kemudian disparitas atau jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, serta jauhnya nilai kesejahteraan ataupun penguasaan kekayaan alam oleh sekelompok kecil perusahaan baik itu kapitalisme global maupun lokal," ungkapnya.
Hanif membeberkan, kalau dilihat dari ideologi kapitalisme yang muncul dengan politik, yakni sistem demokrasi jelas demokrasi telah gagal memberikan ruang kenyamanan bagi umat manusia.
Ketiga, yang harus diserukan lagi, yakni terkait dengan percepatan keruntuhan ideologi kapitalisme, yaitu dengan apa yang menghancurkan penopang-penopang ideologi kapitalisme.
"Semisal kalau di dalam ekonomi, yakni yang riba harus dihilangkan. Kemudian juga kalau di dalam politik, maka harus merubahan sistem politik ini yang hanya berorientasi pada bisnis beralih kepada orientasi untuk mengurusi urusan rakyat," katanya.
Sehingga, nantinya akan semakin jelas bahwa keruntuhan kapitalisme, menurutnya, lambat laun juga harus disadari oleh umat. "Dengan cara tahu kebobrokan kapitalisme, atau fakta rusaknya lalu diganti dengan Islam," tegasnya.
Peran Penting
Hanif menegaskan, intelektual Muslim memiliki peran yang sangat vital, "Bahkan harusnya intelektual Muslim menjadi subjek perubahan untuk mempercepat keruntuhan peradaban kapitalisme dan menyongsong tegaknya kembali khilafah Islam," tuturnya.
Lebih lanjut Hanif mengatakan, bulan Rajab ini menjadi momentum yang sangat baik untuk intelektual Muslim, karenanya ada beberapa peran penting yang harus dilakukan.
Pertama, intelektual Muslim sadar bahwa dorongan akidah Islam menuntut untuk berjuang menyampaikan kepada umat terkait kebusukan kapitalisme dan menawarkan sistem yang berkeadilan dari Allah SWT, yakni Islam dengan diterapkannya kembali khilafah.
Kedua, intelektual Muslim juga aktif memberikan edukasi positif di tengah-tengah umat dengan merinci sistem-sistem Islam.
"Misalnya bagaimana sistem Islam mengatur ekonomi, politik, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Karena memang kalau berbicara terkait dengan peradaban tidak lepas dari sistem-sistem yang ada," katanya.
Ketiga, intelektual Muslim tidak bisa sendirian dalam hal ini maka harus berjamaah, berkomunitas membentuk suatu forum.
"Yaitu tujuannya untuk edukasi kepada umatnya dengan catatan, edukasi ideologis politis dengan Islam dan umatnya ini akan nanya itu hari intelektual muslim dan juga tanpa kekerasan," paparnya.
Keempat, intelektual Muslim juga mengajak intelektual Muslim yang lainnya, karena di dalam pundaknya ada tanggung jawab besar terkait dengan Islam dan umatnya.
"Karenanya itu, mari intelektual Muslim tanpa memandang gelar pendidikan yang tinggi.
"Inilah saatnya yang terbaik untuk Anda memberikan yang terbaik untuk umat ini dengan diterapkannya syariah dan khilafah," pungkasnya. [] Munamah
0 Comments