Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ticket War Konser Coldplay, Benarkah Sumber Kesenangan?


TintaSiyasi.com -- Belum lama masyarakat dihebohkan dengan konser Blackpink, Girlband asal Korea yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada tanggal 11-12 Maret kemarin. Kini, masyarakat kembali dihebohkan dengan penyelenggaraan konser Coldplay, Band music rock asal Inggris yang dibentuk pada tahun 1997, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada 15 November 2023 mendatang. Meski harga tiketnya mahal, tapi antusias masyarakat tetap membludak bahkan siap war untuk mendapatkan tiket. 

Dikutip dari Detik.com (18 Mei 2023), pada hari pertama penjualan presale khusus pemegang kartu BCA ludes dalam waktu beberapa menit. Bahkan untuk tiket Ultimate seharga 11 juta ludes dalam waktu 6 menit. Saking antusiasnya, penjualan baru dibuka 5 menit, antrian sudah dipenuhi 50 ribu penonton di website. Kategori lainnya sampai festival, seharga sekitar 5 juta pun turut ludes. Setelah penjualan presale ludes, penjualan tiket pun kembali beredar di e-commerce online hingga harga tiket tembus 60 juta.


Mengutamakan Hidup Hedonis

Untuk mendapatkan tiket yang harganya tak tanggung-tanggung, sebagian masyarakat rela mengambil tabungan, menjual barang berharga, mencari pekerjaan sampingan, bahkan ada yang sampai rela ngutang ke pinjol demi mendapatkan tiket konser. Masyarakat pun ridho merogoh kocek lebih dalam demi fun and euphoria Coldplay. Nampak jelas bahwa masyarakat saat ini lebih mengutamakan hidup yang hedonis

Lihat saja bagaimana fenomena video konser Coldplay di berbagai negara yang tersebar di media sosial. Puluhan ribu orang tampak larut dalam suasana sukacita dengan tangan terulur ke atas, mereka bergerak mengikuti irama musik yang mengentak-entak. Suasana yang dianggap sumber kesenangan ini seolah merupakan suatu hal yang layak diperjuangkan. Ada yang menganggap, menyaksikan konser Coldplay menjadi self reward atau apresiasi terhadap diri sendiri. Mereka juga beranggapan, sah-sah saja jika harus merogoh kocek lebih demi menonton sang idola yang menjadi salah satu sumber kesenangan hidup. 

Kesenangan hidup merupakan hal yang dikejar-kejar manusia saat ini. Demi memperolehnya, manusia rela melakukan apa pun dan menempuh jarak sejauh apa pun. Tanpa menjadikan halal-haram sebagi tolak ukur dalam melakukan suatu perbuatan, yang penting bisa bersenang-senang. Tidak peduli apakah menghadiri konser tersebut terjadi ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom) serta rawannya terjadi pelecehan seksual. Selain itu, masyarakat yang membeli tiket dari uang pinjaman, besar kemungkinan mengandung riba yang merupakan dosa besar. Belum lagi adanya isu mengkhawatirkan bahwa band Coldplay mendukung keberadaan L687, na'udzubillah

Tidak dipungkiri, sistem kapitalis sekuler yang berasaskan liberalisme telah berhasil membidik masyarakat agar menjadikan hura-hura sebagai dasar tujuan hidupnya. Akibat paham tersebut, manusia melupakan tiga pertanyaan sampul besar yakni uqdatul qubra. Dari mana? Untuk apa? Akan kemana? Otomatis lupa bahwa mereka berasal dari Allah dan akan kembali pula kepada-Nya. Lupa bahwa setiap detik hidupnya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah kelak di yaumil hisab (hari perhitungan). Lupa bahwa mereka hamba Allah, bukan hamba hawa nafsu yang menuhankan budaya hura-hura. 


Kesenangan yang Hakiki

Seorang Muslim sejati tidak akan menggadaikan waktunya hanya untuk bersenang-senang, terlebih jika kesenangan itu mengundang ragam kemaksiatan, menghadiri konser Coldplay salah satunya. Mengapa? Karena tujuan hidup seorang Muslim sejati adalah meraih ridha Allah, inilah kebahagiaan hakiki yang menghasilkan berupa kenikmatan yang tiada habisnya (abadi) yakni surga-Nya. Bukan sekedar euphoria, sebab kesenangan di dunia hanya bersifat fana. 

Dengan demikian, sudah seharusnya seorang muslim berlomba-lomba berbuat kebaikan demi meraih ridha Allah, yang merupakan tiket menuju surga. Inilah tiket yang layak kita perjuangkan dengan segenap raga, harta dan jiwa. Agar berbuah pada kesenangan hakiki (ridha Allah) hendaknya pula kita membelanjakan harta untuk yang wajib dan sunnah. Boleh saja berbelanja untuk suatu hal yang mubah, tetapi sesuai kebutuhan saja. Dan untuk hal yang haram, jangan sampai ada harta kita sepeserpun untuknya. 


Umat Butuh Khilafah

Kerusakan umat saat ini merupakan kerusakan yang tersistematis, untuk itu solusinya pun harus bersifat sistematis. Umat butuh Khilafah, sistem kepemimpinan yang menerapkan syariah Islam kaffah. Khilafah tidak akan mengizinkan aktivitas yang terdapat unsur keharaman di dalamnya, seperti ikhtilat, dukungan L687, misalnya. Khilafah juga tidak akan mendidik umat dengan budaya hura-hura dan euphoria. Khilafah justru fokus untuk me- riayah (mengurusi) rakyatnya yakni memenuhi kebutuhan dasarnya, baik sandang, pangan dan papan, maupun pendidikan, kesehatan dan keamanan, dengan itu masyarakat akan merasakan kesejahteraan secara menyeluruh. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Sartika
Tim Pena Ideologis Maros
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments