Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Imbas Kapitalisme: Kesejahteraan Tercekik dan Lahirnya Pemimpin Antikritik

TintaSiyasi.com -- Upaya rakyat mengkritik penguasa tentunya berbanding lurus dengan ketidaksejahteraan yang dirasakan rakyat. Termasuk hal yang wajar jika rakyat menanyakan hak-haknya sebagai warga negara mengenai seluruh aspek kehidupan. Mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, dan lainnya termasuk infrastruktur.

Tapi pada realitanya, rakyat tidak bisa mengkritik dengan leluasa akan apa yang dirasakannya. Karena hari ini dalam proses mengkritik akan ditemukan penolakan penguasa akan kritik yang dianggap merugikan atau yang memberikan citra buruk kepada penguasa tersebut. 

Hal ini terbukti dengan adanya intervensi kepada keluarga Bima Yudho Saputro yang sebelumnya meluncurkan kritik terhadap pemerintah Provinsi Lampung. Bima mengkritik Provinsi Lampung yang tertinggal lantaran infrastruktur (jalan) banyak yang rusak dan tidak layak. Bima memaparkan jika ada jalan yang bagus itu pun tidaklah merata.

Setelah itu, tak lama advokat di Lampung yaitu Gindha Ansori Wayka melaporkan Bima ke pihak kepolisian. Pelaporan tersebut beliau sampaikan atas dasar berita hoaks tentang Lampung. Padahal setelah video kritikan Bima menyebar di media sosial, banyak rakyat Lampung yang merasakan hal yang sama. Bahkan, banyak dari rakyat Lampung yang ikut menyuarakan keresahan dan bersatu mengkritik serta menagih hak-haknya sebagai rakyat.

Menyoal laporan di atas, dikutip dari media online Republika.co.id Bima mengatakan, “Hari ini keluarga gua kena intervensi dan mereka melakukan profiling. Mencoba mencari-cari kesalahan gue dan memaksa untuk bungkam dengan keborokan yang ada,” (14/4/2023). 

Tidak hanya itu, ayah dari Bima pun dipanggil oleh Bupati Lampung Timur. Pemanggilan tersebut guna memeriksa terkait biaya sekolah anaknya, yaitu biaya Bima yang sedang melanjutkan sekolah di Australia.

Penguasa Anti Kritik

Rakyat sebagai elemen dari struktur negara yang merasakan buah dari kebijakan tentunya memiliki kepekaan secara langsung terkait yang terjadi di akar rumput wilayahnya. Bila rakyat hanya diam dengan keadaan buruk yang ada, maka bagaimana penguasa dapat memberikan perbaikan? Justru negara membutuhkan rakyat yang kritis, dengan begitu rakyat berpartisipasi aktif dalam upaya menuju perbaikan.

Tapi saat ini, semua dipola terbalik. Rakyat ditahan kritiknya, dibatasi keluhannya, bahkan didiskriminasi oleh para petinggi demi seutas citra baik. Padahal citra yang baik akan terlahir bukan dari pembungkaman, melainkan dari kepedulian pada rakyat yang dibuktikan dengan eksekusi nyata. Alamiahnya rakyat akan berterima kasih jika didapati kesejahteraan dan penyaluran hak-hak kepada rakyat dengan baik dan transparan. Kemarahan rakyat pun akan terpantik jika hak-hak tidak didapati. Karena rakyat pun tahu dana yang ada seharusnya digelontorkan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat, bukan kepentingan individu semata yang berdampak mencekik kesejahteraan. Maka kritik rakyat adalah salah satu upaya rakyat untuk menyelamatkan keadaan.

Pembelengguan terhadap kritik ini didukung dengan pengesahan UU ITE yang seringkali dijadikan alat untuk membungkam pengkritik. Justru dengan demikian, ini malah memperkuat arogansi penguasa. Hal ini tentu bertentangan dengan urgensi kritik itu sendiri, yaitu kritik dibutuhkan sebagai mekanisme kontrol dari rakyat. Terlebih penguasa memiliki amanah untuk mengurusi rakyat.

Inilah Imbas dari Sistem Kapitalisme Sekuler

Di dalam sistem kapitalisme sekuler hari ini kita dapati landasan berpikir dan bersikap yang jauh dari landasan Islam. Kapitalisme sekuler masuk ke dalam seluruh lapisan rakyat dengan pemisahan perkara agama dengan kehidupan. Alhasil itu pun tercurahkan pada ciri penguasa masa kini yang bersandar kepadanya. Karena tidak adanya keterikatan dengan Sang Pencipta pada urusan kehidupan, maka menghasilkan langkah yang sesuai hawa nafsu dan keuntungan pribadi semata.

Dengan itu, kepentingan rakyat masuk ke dalam deretan lembar terakhir untuk difokuskan. Keutamaannya adalah bagaimana dapat berkuasa dan mendapatkan balik modal dari upayanya menuju kekuasaan. Keburukan ini bahkan sudah dipupuk sebelum penguasa menancapkan kekuasaannya. Yaitu di sistem ini, dari tahap kampanye saja sudah dibiasakan bahkan diharuskan merealisasikan cara kotor guna menarik suara. Ketika suara sudah didapat, rakyat bukanlah mendapat realisasi akan janjinya, tetapi rakyat menjadi menadahkan tangan meminta janji manis penguasa hari ini.

Islam Sebagai Teladan dan Upaya Menjemput Kesejahteraan

Perlu ada sistem yang membenahi pola buruk ini hingga ke akar, yaitu sistem yang dibangun dengan landasan kuat, sesuai kebutuhan setiap rakyat dan bertujuan merealisasikan kebahagian sebaik-baik kebahagiaan. Yaitu kebahagiaan hakiki yang terealisasikan di dunia juga terfasilitasi menjemput kebahagiaan abadi di surga kelak. Semua itu hanya bisa diraih dengan penerapan sistem Islam secara menyeluruh sesuai yang Rasulullah SAW contohkan.

Jika Islam diterapkan sebagai sistem aturan untuk mengurusi umat, maka Islam akan mengakomodir kritik dari rakyat dan memberi segala tuntunan yang jelas terkait mekanisme muhasabah yang benar. Karena dalam sejarahnya, Islam mampu memberikan teladan bagaimana sikap penguasa dalam mengeksekusi kritik dari rakyat. Penguasa tidak akan memberikan diskriminasi dan segala ancaman, justru penguasa akan memberikan solusi terbaik berdasarkan hukum syara untuk kemaslahatan umat sekalian.

Maka, tak ada upaya untuk menebas ketidaksejahteraan dan segala sikap anti kritik kecuali dengan mengembalikannya kepada aturan Islam. Hanya Islam yang mampu menyelesaikan berbagai problematika secara mendasar. Karena hanya Islam lah satu-satunya aturan yang membenahi segala sesuatu secara menyeluruh tanpa terbeli oleh keduniaan dan tidak pula kompromi dengan ide rusak yang menjerumuskan.

Untuk itu, bergegaslah menjadi bagian yang menjemput kebangkitan Islam dengan terus menyuarakan yang haq dan yang batil kepada sekitar. Semoga Allah SWT menyegerakan kita tuk jumpai kebangkitan yang hakiki ini tanpa perlu lagi dan lagi merasakan buah dari sistem Kapitalisme Sekuler yang mencekik ini. Wallahu a’lam bishshowab.[]

Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.
(Aktivis Muslimah)


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments