Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jelang Ramadhan Harga Kebutuhan Pangan Naik, Bagaimana Solusinya?

TintaSiyasi.com -- Keadaan rakyat kecil kini semakin terhimpit, harga-harga kebutuhan bahan pokok terus naik dengan harga yang sangat luar biasa. Membeli mahal, menjual murah, itulah keluhan yang saat ini mereka rasakan.

Padahal, Ramadhan sebentar lagi, sebagai seorang muslim tentunya sangat merindukan kedatangannya. Berbagai hal dipersiapkan tak terkecuali pemenuhan kebutuhan bahan pokok. Namun masalah kenaikan harga pangan menjadi ritual yang terus menerus terjadi menjelang Ramadhan.

Dikutip dari Zonasultra.Id, Kendari- Harga sembako di sejumlah pasar di kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami kenaikan. Salah seorang pedagang sembako di pasar Mandonga Kendari, Bima (30) saat ini menjual telur 1 rak seharga Rp50 ribu ukuran sedang menjadi Rp55 ribu. Kemudian ukuran besar Rp60 ribu menjadi rp65 ribu.

“Kami menaikkan harga karena menjelang bulan puasa Ramadhan sisa satu bulan lagi, apalagi tingkat kebutuhan masyarakat pasti meningkat,” katanya saat di temui di pasar Mandonga, Kamis (16/2/2023).

Kenaikan ini tentu berdampak pada ketidak percayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, karena kejadian berulang terus terjadi misalnya kenaikan harga pangan menjelang bulan Ramadhan. Padahal sebelumnya Bulog telah merilis menjamin ketersediaan bahan pangan dan kestabilan harganya. Namun fakta yang terjadi malah sebaliknya. Lagi dan lagi harga telur dan minyak goreng mengalami kenaikan yang signifikan. Bagaimana mungkin masyarakat mempercayai pemerintah jika tiap tahunnya seperti ini. Seakan diberikan harapan namun nihil hasilnya. 

Akar masalah

Menurut sistem kapitalis naiknya kebutuhan bahan pangan disebabkan kurangnya ketersediaan bahan pangan komoditas tertentu. Kondisi seperti ini dianggap sebagai permasalahan ekonomi karena harga ditentukan berdasarkan supplay (penawaran) dan demand (permintaan) terhadap barang tersebut. Oleh sebab itu, jika barang yang ditawarkan jumlahnya melimpah, sedangkan permintaannya sedikit, maka harga akan turun. Jika barang yang ditawarkan jumlahnya sedikit, sedangkan permintaannya besar maka harganya akan naik.  

Menurut sistem kapitalis kenaikan harga tersebut dapat disebabkan karena mengalami kekurangan stok kebutuhan pangan. Karena seperti kita ketahui bahwa kebijakan pemerintah adalah doyan impor alhasil inilah sekarang yang kita rasakan. Negara ini masih menjalankan sistem kapitalisme dimana tujuan dari sistem kapitalisme yakni memberi jalan tol kepada para kapitalis atau pemilik modal.

Sehingga, rakyat dijadikan sumber penghasil uang bagi mereka dan negara yang mengembang ideologi ini akan menjadi sarana untuk memuluskan jalan bagi usaha mereka. mereka sadar bahwa setiap kebutuhan yang menyangkut hidup orang banyak merupakan ladang yang harus dikeruk habis. Karena menghasilkan materi yang melimpah. Karena itu para kapitalis berusaha menancapkan ideologi mereka kepada negara yang mengembannya agar negara tersebut bisa dikendalikan sesuai dengan keinginan mereka.

Dilain sisi, salah urus pemerintah dalam sektor pangan ini tampak pada rendahnya pasokan dalam negeri serta ketidakmampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga.

Pemerintah seharusnya telah memiliki langkah-langkah antisipatif agar kejadian tersebut tidak terus berulang. Namun sayangnya masalah ini tidak dijadikan prioritas utama untuk diselesaikan. Padahal sudah menjadi tanggungjawab pemerintah menjaga kestabilan harga untuk mengantisipasi terjadinya penimbunan bahan pangan di pasaran, agar rakyat mampu menjangkau pemenuhan kebutuhan hidupnya. 

Islam satu-satunya solusi

Sebagai satu-satunya dien yang sempurna Islam memiliki seperangkat aturan kehidupan yang mampu memberikan solusi terhadap seluruh problematika kehidupan umat manusia, termasuk masalah kenaikan harga kebutuhan bahan pangan ini.

Jika sistem Islam kembali tegak, tentunya pemerintah akan melakukan langkah-langkah antisipatif mulai dari stok bahan pangan yang terpenuhi, sehingga tidak menimbulkan permintaan yang berlebih dan menyebabkan kenaikan harga, serta pemerintah akan melakukan pengawasan terhadap penimbunan maka kelangkaan barang akan terjadi yang menyebabkan kenaikan harga karena permintaan meningkat dibanding ketersediaan stok.

Dalam pandangan Islam, sektor pertanian merupakan salah satu sumber primer ekonomi di samping perindustrian, perdagangan dan tenaga manusia (jasa). Dengan demikian pertanian merupakan salah satu pilar ekonomi yang apabila permasalahan pertanian tidak dapat dipecahkan, dapat menyebabkan goncangnya perekonomian negara, bahkan membuat suatu negara menjadi lemah dan berada dalam ketergantungan pada negara lain. 

Seyogianya kebijakan pangan dalam negara Islam harus dijaga dari unsur dominasi dan dikte negara asing, serta dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan kedepan, bukan semata-mata target produksi sebagaimana dalam sistem kapitalisme.

Alhasil, akibat penyimpangan ekonomi dari hukum-hukum syariah Islam, seperti terjadinya ikhtiar (penimbunan), permainan harga , hingga liberalisasi yang menghantarkan kepada ‘penjajahan’ ekonomi.

Ketika melambungnya harga karena faktor yang menyebabkan kelangkaan barang, maka di samping umat dituntut bersabar. Islam juga mewajibkan negara untuk mengatasi kelangkaan tersebut dengan mencari supplay dari daerah lain. Jika seluruh wilayah dalam negeri keadaannya sama, maka bisa diselesaikan dengan kebijakan impor tentu dengan masih memperhatikan produk dalam negeri.

Pemerintah juga harus memaksimalkan upaya dan antisipasi  dengan intensifikasi pertanian sehingga negara tidak boleh kosong dari riset dan penemuan baru dibidang pangan. Bahkan, pemerintah seharusnya memberikan perhatian terhadap sarana dan prasarana yang menunjang distribusi hasil pertanian misalnya penyediaan alat transportasi yang memadai serta perbaikan infrastruktur jalan karena pertanian merupakan salah satu pilar ekonomi negara. 
Karena itu, satu-satunya solusi untuk semua kenaikan harga bahan pangan yang terus menerus terjadi adalah dengan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh, sehingga sistem perekonomian pun dapat berjalan dengan lancar. Wallahu a’lam bishawwab


Oleh: Hamsia
Pegiat Opini Konsel
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments