Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Perselingkuhan Marak Akibat Sistem Rusak


TintaSiyasi.com -- Akhir-akhir ini jika kita melihat di media sosial marak terjadinya perselingkuhan di berbagai negara. Kasus ini seolah menjadi hal yang biasa saja, padalal kasus perselingkuhan banyak mendatangkan mudarat bagi diri sendiri dan orang lain. Jika ditelusuri, hal ini dipengaruhi rapuhnya ikatan pernikahan dan bangunan keluarga, sementara keluarga merupakan pilar pembentuk masyarakat ideal yang dapat melahirkan keturunan yang saleh salihah. Cikal bakal lahirnya generasi dambaan calon pemimpin umat yang terbaik. Kesuksesan keluarga membina generasi pemimpin akan membawa pengaruh pada pembentukan peradaban dunia yang gemilang. Sebab, dalam keluargalah sang calon pembangun peradaban (yaitu anak-anak) mendapatkan pendidikan pertamanya. Baik buruknya pendidikan yang didapatkan tergantung dari kedua orang tuanya. 

Untuk itu dari keluarga yang harmonis akan terlahir generasi-generasi cemerlang, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai, seperti cinta, kasih sayang, komitmen dan tanggung jawab. Iman dan kepribadian anak ditanamkan dan dibentuk dengan baik oleh orang tua. Inilah peran vital orang tua dalam keluarga, yaitu menjadi kunci kesuksesan keluarga, masyarakat, dan bangsa.

Fakta terkini menunjukkan keluarga Indonesia diliputi berbagai macam masalah dan disharmoni. Peran mereka mulai terkikis, dingin, dan rusaknya ikatan cinta mendominasi. Setiap anggota memiliki dunianya masing-masing. Hubungan suami istri penuh konflik, persengketaan, dan permusuhan yang berujung pada perceraian dan pisahnya orang tua.

Dikutip tribunnews.com (18/2/2023), Indonesia menjadi negara kedua di Asia yang terbanyak terjadi kasus perselingkuhan berdasarkan hasil survei aplikasi just dating. 

Sementara Thailand menduduki peringkat pertama negara di Asia yang banyak kasus perselingkuhan, sebanyak 50 persen responden mengaku pernah berselingkuh dari pasangannya masing-masing.

Untuk Indonesia hasil survei menunjukkan sebanyak 40 persen mengaku pernah menyelingkuhi pasangannya. Disusul kemudian ada Taiwan dan Singapura dengan hasil 30 persen pasangan mengaku berselingkuh.

Sementara negara yang penduduknya paling setia adalah Malaysia Hanya 20 persen penduduknya mengaku pernah berselingkuh. Dalam survei aplikasi just dating juga ditemukan fakta bahwa perempuan di Indonesia lebih banyak melakukan selingkuh ketimbang laki-laki.

Kehancuran keluarga ini berdampak pada kehilangan fungsi untuk menanamkan nilai-nilai dasar bagi generasi. Kaum ibu pun akan kehilangan fungsi utamanya sebagai pendidik putra-putrinya. Membebani mereka dengan tanggung jawab ekstra, mencabut hak-hak mereka atas penyediaan keuangan sehingga membuat peran ibu terganggu. Akibatnya melahirkan generasi terlantar yang rapuh dan penuh masalah.


Penyebab Kehancuran Keluarga

Terlebih dengan rendahnya keimanan, selingkuh dianggap sebagai salah satu solusi persoalan.  Juga maraknya berbagai hal yang justru mengkondisikan selingkuh sebagai pilihan. Bebasnya sistem sosial/tata pergaulan, rusaknya sistem pendidikan, bebasnya media dll, yang dilandasi sekularisme kapitalisme memudahkan terjadinya perselingkuhan.

Jika menelisik lebih jauh, didapatkan penyebab rapuhnya keluarga ini karena dua faktor. Pertama, faktor internal disebabkan lemahnya landasan agama yang dianut keluarga Indonesia, sehingga tidak memiliki visi dan misi hidup yang jelas. Juga lemahnya pemahaman terhadap aturan-aturan agama termasuk konsep pernikahan dan berkeluarga.

Kedua, faktor eksternal yang membuat keluarga semakin rapuh adalah nilai-nilai barat yang telah diadopsi mereka. Salah satunya adalah ide feminisme, ia seperti tipuan surga bagi perempuan. Ide feminis menanamkan slogan-slogan kebebasan pribadi, kesetaraan, dan lain-lain.

Budaya materialistik dan individualistik juga ikut menyumbang sebagai penyebab kehancuran keluarga. Mengejar harta dan tanpa mempertimbangkan kepentingan pasangan atau keluarga mereka. Perkawinan dianggap sebagai halangan untuk pemenuhan diri. Gempuran gaya hidup hedonis yang serba mewah dan berkecukupan materi, menuntut pola hidup berlebihan diluar batas kemampuan. Hingga berdampak wanita lebih individualistik.

sejatinya perempuan pekerja digunakan sebagai kepentingan kapitalis, yaitu penggerak pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Kaum perempuan digiring menjadi pemutar roda industri kapitalis sekaligus sebagai target pasar. Kapitalisme pun menyebabkan meningkatnya kemiskinan dan minimnya lapangan kerja bagi laki-laki.

Semua nilai barat yang bersumber dari keyakinan sekular (pemisahan agama dari kehidupan) inilah yang merusak pernikahan dan menciptakan perselisihan dalam kehidupan pernikahan. Menimbulkan banyak kerusakan pada harmoni dan kesatuan kehidupan keluarga serta kesejahteraan anak- anak.


Islam solusinya 

Karena itu untuk membentengi keluarga dari nilai-nilai barat yang merusak, maka keluarga Indonesia harus dibangun berdasarkan ketakwaan, sehingga setiap anggota keluarga menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan tuntunan yang ditetapkan Sang Pencipta. Halal-haram dijadikan landasan dalam berbuat, bukan hawa nafsu. Islam menjadikan pernikahan sebagai ibadah, bahkan perjanjian kuat di hadapan Allah SWT. Karena itu pernikahan bukan hanya untuk meraih kesenangan semata, namun ada tujuan mulia lainnya yang  harus dijaga agar kehidupan masyarakat tetap dalam kemuliaan dan kesucian.  

Menumbuh amar makruf nahi mungkar di antara sesama anggota keluarga dan masyarakat sehingga senantiasa berjalan pada koridornya. Terakhir, para anggota keluarga secara bersama-sama memiliki kesadaran dalam memahami agama secara menyeluruh dari segala aspeknya. Sehingga mampu mengantisipasi bahaya nilai-nilai barat yang dapat menghancurkan keluarga, seperti feminisme, kesetaraan gender, emansipasi, liberalisme, dan sebagainya. 

Penerapan hukum-hukum Allah secara sempurna mampu mewujudkan sistem perlindungan menyeluruh bagi keluarga. Hingga mampu membendung tingginya kasus perceraian. Islam tidak hanya menjadikan keberlangsungan pernikahan wajib dijaga oleh pasangan suami istri saja, namun juga oleh masyarakat. Bahkan Islam mewajibkan negara untuk ikut menjaga kuatnya ikatan  pernikahan dengan berbagai  hukum atau  aturan yang diterapkan dalam berbagaai aspek terkait, sistem sosial, sistem pendidikan, sistem ekonomi, bahkan juga sistem kesehataan dan lainnya.

Sementara dengan penerapan sistem pergaulan dalam Islam akan mengatur hubungan lawan jenis antara laki- laki dan perempuan dengan peraturan yang rinci. Dengan menjamin adanya kerjasama yang membawa kebaikan bagi komunitas, masyarakat, dan individu. Memastikan bahwa kesucian dan ketakwaanlah yang dijadikan penentu bagi metode interaksi antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan pernikahan dan bermasyarakat. Ketakwaan akan membuat kita berusaha menjaga interaksi dengan lawan jenis dimanapun dan kapanpun. Kita juga menyadari adanya pengawasan Allah, dan semua perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Baik itu di dunia nyata ataupun maya.

Penerapan aturan pergaulan dalam Islam oleh negara juga akan mampu meminimalisir godaan/gangguan serta rangsangan syahwat. Negara akan mengusahakan berbagai cara agar teknologi informasi bisa berguna untuk kebaikan dan manfaat, bukan malah menimbulkan kemudharatan.

Dengan penerapan aturan-aturan Islam dalam kehidupan secara kaffah ini akan menyelesaikan masalah yang membelit perempuan, keluarga dan generasi. Masa depan generasi dan keluarga pun terselamatkan. Hingga lahirlah keluarga kuat yang akan membentuk masyarakat dan negara yang kuat pula. Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Nani, S.Pd.I.
Relawan Opini Konsel
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments