Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Saat Cianjur Masih Trauma, di Mana Penguasa?

TintaSiyasi.com -- Sudah hampir 3 minggu gempa Cianjur terjadi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 526 infrastruktur rusak, yakni 363 bangunan sekolah, 144 tempat ibadah, 16 gedung perkantoran, dan tiga fasilitas kesehatan. Sedangkan jumlah rumah warga yang rusak sebanyak 56.320 unit. (kompas.com, 27/11/2022)

Hingga saat ini kondisinya belum normal kembali. Hampir semua fasilitas dan layanan umum masih tutup dan jaringan telekomunikasi masih belum normal. Masyarakat pun masih tinggal di tenda-tenda pengungsian. Meski ada yang rumahnya tidak hancur, tapi mereka masih khawatir terjadi gempa susulan. Sehingga masih bertahan di tenda dan tempat pengungsian. Tentu hidup dalam kondisi seperti itu  banyak kesulitan yang dirasakan.

Bantuan dari masyarakat terus berdatangan. Untuk kebutuhan pokok seperti makan dan pakaian masih bisa didapatkan. Namun untuk papan atau rumah belum mendapatkan bantuan. Masih menunggu dari pihak pemerintah. Sebab tanggung jawab terbesar adalah dari pemerintah. Karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Namun, mirisnya di tengah kondisi warga Cianjur masih trauma dengan gempa. Pihak penguasa malah menggelar acara besar di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta Pusat (26/11). Bertajuk Nusantara Bersatu adalah acara yang digelar oleh Relawan Jokowi yang mendatangkan peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Diantaranya dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Barat. 

Sungguh sikap ini sangat disayangkan. Di tengah musibah, seharusnya penguasa mengutamakan mereka yang ter dampak. Segera memberi bantuan baik moril maupun materiil, terutama relokasi rumah yang aman dan nyaman serta anti gempa. 

Selain itu, musibah seharusnya menjadi ajang muhasabah. Apakah negeri yang mayoritas muslim ini sudah berada di rel aturan Allah SWT ataukah sebaliknya?  Bertentangan bahkan memusuhi Islam. Sebab kerusakan yang terjadi pada dasarnya adalah akibat ulah tangan manusia.

Jujur faktanya di negeri mayoritas muslim ini justru banyak pelanggaran syariat yang dilakukan. Seperti L9BTQ, zina, pelegalan minuman beralkohol dan lain sebagainya. Begitu pula hukum yang berlaku, yaitu hukum warisan Belanda atau buatan manusia. Bukan hukum yang Allah turunkan.

Padahal, sebagai manusia tidak akan mampu menyatukan ribuan kepala yang berbeda. Tidak mampu memahami hakikat kebaikan dan keadilan hakiki, cenderung menguntungkan diri pribadi atau kelompoknya saja. Sehingga tidak akan mampu menyelesaikan masalah manusia secara menyeluruh. Kesempitan dan kesulitan terus mengimpit masyarakat. 

Oleh karenanya di saat ada musibah ini dijadikan momen untuk muhasabah sekaligus melakukan tobat. Baik secara individu maupun kolektif. Bertobat dengan kembali kepada Allah SWT. Sebab tidak cukup mengambil aturan Islam hanya sholat atau ibadah mahdhoh saja. Melainkan harus menyeluruh. Sebagaimana firman Allah SWT 

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian” (TQS al-Baqarah [2]: 208).

Wallahualam bissawab

Oleh: Verawati, S.Pd
Pegiat Literasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments