TintaSiyasi.com -- Melihat fenomena generasi millenial saat ini sungguh sangat ironis, berbagai istilah pun di sematkan. Dari generasi X, Y sampai generasi Z, tak cukup itu saja, generasi makanan pun di sematkan, mulai dari generasi sandwich hingga generasi strawberri. Sebutan dari berbagai istilah tersebut intinya adalah generasi yang rapuh, dan jauh dari kata mulia. Gaya hidup bebas, hedonis, liberal, serta moderasi beragama yang begitu massif menjajah pemikiran pemuda dalam jagat digital.
Seperti yang dilansir oleh CNNIndonesia.com (19/2/2022) Sebuah survei menunjukkan bahwa lebih dari 19 persen remaja di Indonesia kecanduan internet. Ahli Adiksi Perilaku dr. Kristiana Siste mengatakan angka itu diperoleh berdasarkan survei kepada anak-anak dari 34 provinsi di Indonesia. Survei tersebut dilakukan kepada ribuan generasi muda di Indonesia. Alhasil 19,3 persen remaja dan 14,4 persen dewasa muda kecanduan internet dan aktif di sosial media.
Di era digitalisasi saat ini siapa yang tidak mempunyai sosial media apalagi remaja, hampir semua orang memiliki sosial media. Penelitian terbaru justru menunjukkan bahwa penggunaan media sosial meningkatkan tingkat depresi seseorang. Bahkan, menurut Wortd Health Organization (WHO) satu dari 20 orang mengalami depresi. Kementerian Komunikasi dan informatika (Kemkominfo) menemukan 98 persen dari anak-anak dan remaja tau tentang internet dan 79,5 persen pengguna sosial media. (Kompas.com,18/11/2022)
Gangguan mental semakin banyak terjadi khususnya masyarakat dalam sistem kapitalis sekuler seperti saat ini. Bahkan menyerang generasi muda, banyak faktor yang menyebabkan masyarakat terkena gangguan mental, terlebih para pemuda. Dari faktor pendidikan, keluarga, konten-konten yang di fasilitasi media sekuler dan di adopsi oleh generasi muda.
Dan faktor internal pun menjadi pemicu hilangnya empati dalam diri para generasi muda, kurangnya literasi tentang kesehatan mental dan bagaimana kedekatan hubungan antar anggota keluarga juga andil memperparah sakit jiwa pada diri seseorang. Terlebih tekanan faktor eksternal pada saat ini semakin kuat.
Gaya hidup hedonis para generasi muda saat ini memperparah gangguan mental, karena keinginan dan kenyataan yang tidak sesuai menjadikan hidup pragmatis. Segala cara dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, dan akhirnya para generasi muda menjadi depresi, sebab tidak bisa mewujudkan keinginannya. Konten-konten yang merusak pun semakin banyak di jagad sosial media, menjadikan pemuda Islam berkarakter moderat perspektif kaum kafir. Dan semakin jauh dari kehidupan Islam. Kerusakan generasi muda yang secara sistematis ini tentunya dikarenakan sistem kapitalis sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan.
Pola pikir akan melahirkan pola sikap, sebab setiap orang melakukan sesuatu pasti sesuai dengan yang ia pahami. Sistem kapitalis sekuler telah berhasil meracuni generasi muda saat ini. Sebagai generasi muda Islam sudah seharusnya memakai aturan Islam. Dan Islam sebagai sistem hidup memiliki solusi untuk mengatasi persoalan sistemik. Dan secara akidah hanya Islam yang mampu menyelesaikan masalah tanpa keraguan sedikitpun.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (TQS. Al-Baqarah: 2)
Sudah seharusnya para generasi muda saat ini mencontoh bagaimana para generasi muda Islam terdahulu, salah satunya sebagai contoh adalah bagaimana Muhammad Al Fatih mengukir prestasinya dalam menaklukkan kota konstantinopel pada saat usianya masih sangat muda. Selain itu, Sultan Muhammad Al Fatih sudah diangkat menjadi sultan ketika usianya baru menginjak 12 Tahun.
Dan mendapatkan julukan Al Fatih (sang penakluk) karena telah berhasil menaklukkan Konstantinopel dan dilakukan pada saat usianya masih 21 Tahun. Tidak hanya itu, Sultan Muhammad Al Fatih mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa. Inilah prestasi gemilang pada generasi muda Islam.
Namun, untuk mendapatkan generasi muda Islam yang tangguh tidak cukup dengan peran individu semata, peran masyarakat nya sangat penting, dan yang jauh lebih penting lagi adalah peran negara. Sebab, dalam sistem kapitalis sekuler seperti saat ini negara membuat aturan sendiri tanpa berdasarkan apa yang telah diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai pengatur alam semesta dan seisinya. Indonesia adalah negeri Muslim, sungguh aneh jika aturan yang diterapkan bukan dari syariat Islam. Dalam sistem Islam seluruh aturan dari Al-Qur'an akan di terapkan dalam segala lini kehidupan.
Oleh: Ross A.R.
Aktivis Muslimah
0 Comments