TintaSiyasi.com -- Pada Tanggal 22 Desember yang lalu dijadikan sebagai hari Ibu. Ini merupakan momentum hari dijadikan sebagai ungkapkan penghargaan, dan terima kasih kepada seorang ibu atas jasa-jasanya selama ini.
Jika kita melihat sejarah masa lalu munculnya hari ibu adalah, tepatnya pada tanggal 22 s/d 25 Desember 1928 bertempat di Yogyakarta, para pejuang wanita Indonesia dari Jawa dan Sumatera pada saat itu berkumpul untuk mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I (yang pertama). Selanjutnya pada Juli 1935 dilaksanakan Kongres Perempuan Indonesia II, dalam konggres ini dibentuk BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf) dan menentang perlakuan tidak wajar atas buruh wanita perusahaan batik di Lasem, Rembang. Adapun Penetapan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember sendiri baru diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Dan puncak peringatan Hari Ibu yang paling meriah adalah pada peringatan yang ke 25 pada tahun 1953. Tak kurang dari 85 kota Indonesia dari Meulaboh sampai Ternate merayakan peringatan Hari Ibu secara meriah.
Pada tahun 2022 ini Tema Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-94 tetap konsisten dengan tema tahun sebelumnya, “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju” selain tema utama ada juga beberapa sub tema yang telah ditetapkan sebagai pendukung tema utama di antaranya:
Sub Tema 1. Kewira Usahaan Perempuan: Mempercepat Kesetaran, mempercepat pemulihan.
Sub Tema ke 2. Perempuan dan Digital Ekonomi
Sub Tema yang ke 3: Perempuan dan kepemimpinan.
Sub Tema 4. Perempuan terlindungi, Perempuan Berdaya.
Dapat terlihat jelas bahwsaanya tema yang di usung tidak lepas dari upaya perbaikan ekonomi dan upaya pemberdayaan perempuan yang hakikatnya melepaskan peran utamanya sebagai seorang pendidik bagi generasi yang akan menjadi estafet negeri ini.
Kewirausahaan adalah aspek ekonomi yang sejatinya bukannya tanggung jawab seorang wanita untuk mempertahankan dan memajukan bidang ini. Namun ekonomi kapitalis telah menjadikan perempuan bagian bahkan bertanggung jawab penuh terhadap laju pertumbuhan ekonomi dengan melibatkan perempuan sebagai tenaga kerja di setiap perusahaan. Bahkan ada sebagian perusahaan yang hanya menerima pekerja wanita sebagai karyawannya dengan alasan perempuan memiliki keahlian dan ketelitian yang lebih dibandingkan lelaki.
Tema yang kedua mengarahkan perempuan senantiasa menghabiskan waktunya untuk terus mampu bersaing dalam dunia digitalisasi yang nantinya akan menghabiskan usianya serta perhatiaanya pada digital ini, dengan harapan perempuan yang mampu menguasai digita akan menjadi pelaku ekonomi yang terampil dan mutakhir.
Tema yang ketiga akan mendorong wanita keluar menjadi pekerja bahkan tidak hanya sebagai pekerja namun sebagai seorang pemimpin sebuah usaha yang nantinya akan mededikasikan dirinya secara penuh untuk kemajuan usaha yang di pimpinnya. Kontribusi yang besar sangat diharapkan demi terciptanya sebuah usaha yang besar dan tangguh.
Tema yang keempat mendorong kesadaran perempuan untuk tidak serta merta menerima segala bentuk kekerasan yang dialaminya, berani melapor dan memelopori upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan. serta peningkatan pengetahuan dan wawasan tentang sistem perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan yang ada baik di tingkat nasional, daerah, dan masyarakat/komunitas.
Jika kita menilik satu persatu dari tema yang ada serta kita bandingkan dengan hakikat seorang wanita maka akan terlihat jelas ini adalah suatu upaya pelepasan peran mutlak seorang wanita dan sekaligus seorang ibu, bagaimana tidak sistem pemerintahan hari ini menjadikan perempuan sebagai seorang tulang punggung dalam keluarga, ia harus bertanggung jawab sebagai seorang ayah sekaligus seorang ibu, terkadang ia juga harus berperan ganda lebih dari itu, seorang ibu dan seorang pekerja di sebuah perusaahan. Tuntutan demi tuntutan dalam bidang pekerjaan mengerus dan menyita perhatiannya yang sengaja di bentuk oleh sistem kapitalis sekuler ini.
Belum lagi tindakan kekerasan bahkan pelecehan yang terus berkembang dan meningkat hari demi hari telah menjadi bukti konkrit bahwa sebenarnya sistem kapitalis tidak mampu memberikan perlindungan penuh terhadap kaum perempuan. Ciri liberalisme menghantarkan pada kesenjagan perlakuan terhadap perempuan.
Perempuan dipandang hina bahkan sengaja menjerumuskannnya hingga ia tidak sadar bahwa ia sedang mengadaikan kehormatannya. Terlihat dari gaya hidup perempuan saat ini yang lebih mementingkan model dan trend dalam berpakaian yang akhirnya mendorong dirinya untuk bersikap komsumtif. Yang pada akhirnya ketidakmampuan dirinya untuk memenuhi keinginannya akan mendorong dirinya mencari pekerjaan sebagai pekerja atau sebagai pemimpin sebuah perusaahan.
Semua lingkaran setan ini adalah sebuah desain dan tatanan kehidupan kapitalis sekulerisme yang memisahkan kehidupan ini jauh dari agama, hingga seorang wanita yang seharusnya menjadi ibu dan madrah utama bagi anak-anaknya beralih peran menjadi pengerak ekonomi. Maka bukan suatu hal yang aneh jika kita melihat saat ini begitu banyak generasi muda yang saat ini rusak. Mereka tidak memiliki kemauan yang kuat terhadap mencari Ilmu, sebab ia tidak mengerti bahwa ilmu itu penting dalam kehidupan yang menjadikan kehidupannya terarah dan benar.
Generasi saat ini cenderung menjadikan barat sebagai panutannya dalam bersikap dan bertingkah laku, yang sebenarnya barat itu sendiri adalah sebuah arus perusakan generasi muda. Belum lagi kaum LGBT yang dipenuhi oleh golongan muda yang mereka sejatinya tidak memahami secara benar hakikat kehidupannya sebagai seorang wanita atau pria, sehingga ia begitu dengan gamblangnya memperlihatkan tingkah senonoh dengan bergaya tidak sesuai jenis kelaminnya kepada masyarakat.
Pergaulan yang bebas menjadikan indikasi bahwa abainya ibu terhadap anak-anaknya, ia tidak mampu menjadi pelindung pengontrol gerak gerik langkah anaknya yang terkadang menjadi pelaku pelampisa hasrat seksual bagi kaum lelaki. Pergaulan bebas ini juga kerap mengakibatkan kehamilan di luar nikah yang menjadikan pacaran sebagai tren dalam kesehariannya.
Pelaku kekerasan dan bullying pada teman sesamanya ini menunjukan bahwa generasi muda saat ini begitu anarkis akibat kurangnya pemahaman agama yang benar dari keluarga terutama ibunya. Mereka terlihat bebas bertindak kasar jika ada teman yang tidak mau ikut pada aturannya, dan menghina sudah menjadi pakaian gaya pergaulan kaula muda saat ini. Mereka tidak mengerti bahwa setiap penciptaan Allah adalah yang terbaik, jadi sikap bullying tidak patut ada pada generasi yang memahami kosekuensi dosa jika mereka melakukannya.
Inilah hakikatnya kerusakan yang terus dan akan terjadi jika kehidupan ini terus dipimpin oleh sistem kapitalis. Gaungan Madu yang terus di lontarkan yang sejatinya adalah racun yang berbahaya siap menelan setiap kaum muslimin yang mereka tidak sadar bahwa mereka sejatinya adalah pelaku dan penyokong gerakan kapitalis ini.
Tentulah ini begitu terlihat jelas berbeda dengan keberdaan perempuan dimata Islam. Islam begitu memuliakan seorang wanita. Hal ini terlihat dari sejarah perjuangan Rasulullah yang telah berhasil menarik derajat wanita kearah yang lebih tinggi. Saat itu Islam hadir sebagai pelindung terhadap kekejaman yang kerap dirasakan oleh perempuan pada saat itu, namun setahap demi setahap perempuan begitu dimuliakan dalam Islam. Kemuliaan perempuan terdapat dalam hadis dibawah ini.
Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi ra, beliau bertanya kepada Nabi:
يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ
“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).
Dalam sebuah hadis lain , Rasulullah bersabda:
الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأمَّهَات؛ مَن شِئن أدخلن، ومَنْ شِئن أخْرَجن-.
“Surga di bawah telapak kaki ibu. Siapa yang dikehendaki (diridhai) para ibu, mereka bisa memasukkannya (ke surga); siapa yang dikehendaki (tidak diridhai), mereka bisa mengeluarkannya (dari surga).”
Perempuan adalah seorang Ibu yang ditangganya akan lahir sosok-sosok pemimpin masa depan. Jika Ibu ini memehami dengan benar tugas dan fungsinya sebagai perubah generasi bukan perubah status ekonomi menjadi lebih baik. Perempuan dalam Islam akan memberikan kontribusi yang besar berupa tenaga dan waktunya untuk mengupayakan mencetak generasi-generasi emas yang akan menjadi estafet pemimpin dimasa akan datang. Sebab pemimpin saat ini adalah pemimpin yang lahir dan hasil dari pola asuh ibu di masa lalu, dan pemimpin masa depan adalah anak-anak generasi muda di saat ini.
Ibu yang hebat akan mampu mendidik anaknya menjadi anak yang senantiasa bersinergi dalam kehidupan dunia dan akhirat, ia akan memusatkan seluruh perhatiannya pada pola asuh dan pendidikan yang benar pada anak-anaknya. Ia akan mengasuh sendiri anak-anaknya dengan tidak menyerahkan kepada orang lain karena kesibukannya dalam mengejar karir, atau bahkan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya pada sekolah. Ibu akan terus mengupgrade dirinya melalui ilmu pengetahuan serta membalurnya dengan ketaatan pada Allah agar senantiasa membimbingnya menjadi ibu yang baik.
Ibu akan terus fokus pada tugasnya didalam rumah sedangkan sang ayah akan fokus tugasnya diluar rumah sebagai seorang pencari nafkah. Negara Islam akan mampu mengkondisikan hal ini agar selaras dan seimbang sehingga tidak akan tertukar satu sama lain.
Oleh karena itu kita harus menyelamatkan generasi muda dari kehancuran yang begitu terstruktur ini yang terus menyerang kaula muda dari berbagai sendi kehidupan. Sekularisme ini harus dibasmi tuntas agar tudak menjadi penyakit dimasa akan datang sehingga diperlukan sebuah sistem yang tangguh yang mampu mengembalikan kedudukan perempuan pada fungsi utamanya yaitu ummu wa rabbatul bait dengan penerapan sistem kepemimpinan Islam yang akan menggantikan pekatnya kehidupan saat ini menjadi fajar yang menyising dengan indah dalam balutan keridhaan Allah. []
Oleh: Putri Rahmi DE, SST
Aktivis Muslimah
0 Comments