Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ancaman Resesi 2023, Salah Siapa?


TintaSiyasi.com -- Ancaman resesi sudah di depan mata. Tahun 2023 diprediksi akan terjadi resesi ekonomi. Hal ini sudah disampaikan para pemimpin negeri maupun pemimpin dunia. Saat ini kondisi ekonomi dihantam masalah besar. Banyak negara diperkirakan akan jatuh ke jurang resesi bahkan stagflasi. 

Krisis ekonomi ini telah terjadi berulang. Jika dirata-rata dunia dalam 10 tahun pasti mengalami resesi ekonomi. Terhitung sejak abad ke-19 (tepatnya 1876) hingga sekarang, ekonomi dunia telah mengalami resesi ekonomi global. Dan yang terakhir terjadi adalah tahun 2020 akibat pandemi dunia. 

Penyebab resesi kali ini dikarenakan agresifitas AS dan negara-negara maju yang lain menaikkab suku bunga hingga mencapai 4,75-5℅. Hal ini menyebabkan gejolak di pasar uang, inflasi menjadi tinggi bahkan terjadi hyper inflasi yang berlangsung lama dan tidak terkendali. Hal ini bisa meningkatkan risiko stagflasi dan kerusakan ekonomi yang lebih parah dan mengancam banyak negara di dunia.

Stagflasi sendiri adalah suatu keadaan dua kondisi buruk menyatu, yaitu ekonomi yang berjalan stagnan atau menurun di satu sisi, di sisi lain terjadi kenaikan harga-harga barang. Ekonomi yang berjalan stagnan akan berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan. Pada saat yang sama, kenaikan harga barang akan menambah beban belanja rakyat makin berat.

Diawali

Krisis ekonomi dunia selalu diawali dengan terjadinya krisis keuangan di sektor nonriil termasuk krisis yang terjadi di negara-negara maju. Krisis ekonomi ini diakibatkan oleh krisis sektor keuangan yang sesungguhnya akibat langsung sektor keuangan yang dibangun dengan sistem ribawi dan judi. Sektor keuangan berubah menjadi barang dagangan dicari keuntungan jika menyuntikkan modal di sektor ini seperti pasar saham, pasar modal, atau bahkan pasar komoditas yang perlahan-lahan tapi pasti menghasilkan gelembung-gelembung yang siap meledak setiap saat.

Sedangkan pada faktanya sektor riil berjalan sangat lambat karena kekurangan modal. Modal yang beredar banyak yang sudah disuntikkan ke sektor non riil dengan harapan mendapat untung banyak. Akhirnya sulit bagi sektor riil berkembang secara cepat dan ekonomi pun mengalami krisis jika terjadi krisis keuangan. 

Ekonomi sektor non riil ini ibarat benalu bagi ekonomi sektor riil. Dengan sistem keuangan yang ribawi dan bersifat judi, sektor keuangan telah berubah menjadi kompetitor bagi sektor riil dalam penawaran keuntungan. Akibatnya jumlah uang meningkat begitu banyak dalam tempo yang singkat. Di sisi lain sektor riil kekurangan modal dalam menggerakkan mesin produksi. Ini kemudian berdampak pada kurangnya pasokan barang dan pada akhirnya berujung pada meledaknya inflasi.

Dengan kata lain, inflasi didorong oleh dua faktor sekaligus. Sektor keuangan menyebabkan nilai (daya beli) anjlok dan sektor riil terhambat dalam produksi karena kurang dan sulitnya mengakses modal.

Ekonomi Islam

Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalisme yang tengah diterapkan dunia saat ini, sistem ekonomi di dalam Islam antisifasif terhadap resesi ekonomi. Bangunan sistem Islam bersifat sederhana, tetapi memiliki (karakteristik) unik dan memiliki daya tahan yang kokoh terhadap terjangan krisis. 

Sistem ekonomi Islam disebut unik karena tegak atas cara pandang hidup yang mengajarkan bahwa kehidupan manusia adalah dalam rangka beribadah, taat kepada Allah.

Persoalan ekonomi dalam Islam memandang pangkal utamanya adalah pada distribusi bukan produksi. Sistem ekonomi Islam menetapkan bahwa seluruh kebutuhan pokok individu rakyat wajib dijamin penuh oleh negara. Negara juga memberi peluang sebaik mungkin kepada setiap warganya untuk mengakses kebutuhan pelengkap sesuai dengan kadar kemampuan sebagai individu yang hidup dalam suatu masyarakat dengan gaya hidup tertentu. Dengan politik ekonomi demikian, krisis energi dan pangan dapat dicegah. 

Penerapan sistem ekonomi Islam yang kaffah dan totalitas oleh negara akan mampu menyelamatkan negara dan rakyat dari ancaman resesi ekonomi diantaranya karena faktor-faktor berikut:

Pertama, mata uang negara Islam adalah emas dan perak sehingga bebas inflasi. Karena nilai mata uang emas dan perak sesuai dengan nilai intrinsiknya. Inilah yang menjadikan mata uang emas dan perak tahan krisis. Sistem uang emas memiliki kurs yang stabil antar negara sehingga dapat mengurangi permasalahan perdagangan antar negara. 

Kedua, negara Islam mengharamkan riba. Sektor ekonomi yang dikembangkan memfokuskan pada sektor riil bukan sektor non rill sebagaimana yang ada dalam sistem ekomomi kapitalisme. 

Ketiga, anggaran pendapatan negara tidak mengandalkan dari pajak dan utang. Walhasil, negara Islam menjadi negara yang mandiri dan tergantung pada negara asing dan kafir. Penarikan pajak hanya dilakukan jika kas baitul mal kosong itupun banyak kalangan kaya saja. 

Keempat, negara Islam fokus pada distribusi kekayaan dan SDA negara untuk memenuhi rakyatnya individu per individu. Bukan fokus pada keuntungan kapital semata. Dengan demikian rakyat terhindar dari kelaparan dan kemiskinan. 

Khatimah

Jika sistem ekonomi kapitalisme terbukti merusak bukannya kita seharusnya berpindah kepada sistem ekonomi Islam yang benar yang datang dari Allah.

Dunia harus keluar dari sistem kapitalisme yang rusak ini dan menerapkan sistem ekonomi Islam dalam naungan Daulah Khilafah Islamiah. Allahu Akbar. Wallahu 'alam bisshowab.

Oleh: Salma Shakila
Analis Muslimah Voice 
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments