TintaSiyasi.com -- Gadget dan digitalisasi di berbagai lini saat ini memberikan banyak pengaruh bagi para pemuda. Mereka cenderung berpikir, berbuat instan serta kurang komunikasi. Dampak dari penerapan sistem kapitalisme dan liberalisme di segala bidang saat ini menyebabkan pemuda memandang kehidupan sekedar untuk mencari harta atau materi. Para Pemuda Islam pun tak luput dari kondisi ini. Mereka seakan kehilangan jati diri, tergerus oleh sistem non-Islam yang rusak dan merusak.
Ketika peradaban Islam mulai meredup pasca keruntuhan negara Islam Daulah Khilafah Islamiyah tahun 1924, dan penetrasi pemikiran Barat mulai menemukan wujudnya; kondisi para pemuda memang mengalami degradasi. Bagaimana tidak, penetrasi pemikiran Barat yang menjajakan kebebasan dan memberikan ruang yang begitu luas bagi siapa saja untuk mengekspresikan apapun yang ada dalam benaknya membuat para pemuda mulai kehilangan orientasi hidupnya. Mereka mulai melakukan apapun yang menurutnya baik, menyenangkan dan hebat, tanpa berpikir lebih jauh apakah tindakannya itu benar atau salah, berdampak negatif atau tidak, merugikan orang lain atau tidak. Mereka benar-benar menjadi generasi yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
Penetrasi pemikiran seputar kebebasan ini didukung dengan sistem nilai yang diterapkan oleh Barat. Pelaksanaan demokrasi yang tegak pada 4 pilar kebebasan merupakan realitas yang tak terelakkan dalam mendukung penetrasi pemikiran ini. Ditambah lagi dengan slogan HAM yang dianggap sebagai sistem nilai universal dan terus dijajakan ke hampir seluruh negeri di dunia ini. Walhasil, standar nilai baik-buruk dan benar-salah dari sebuah aktivitas menjadi kian kabur.
Tak hanya itu, dunia remaja digambarkan sebagai dunia peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Maka dianggap wajar jika di masa-masa itu para remaja sedang sibuk mencari aktualisasi diri. Opini ini membuat semua aktivitas remaja yang nyeleneh dianggap sebagai sebuah kewajaran yang harus dimaklumi oleh setiap orang. Karenanya tak heran jika saat ini, masa remaja dianggap sebagai masa main-main, masa yang harus dinikmati dengan bersenang-senang, bahkan kesalahan tindak tanduk di masa remaja juga dianggap sebagai hal yang lucu, keren dan harus diapresiasi. Inilah kesalahan dan dosa terbesar sistem sekuler terhadap kehidupan remaja. Sistem ini membiarkan remaja bergelimang dengan berbagai aktivitas yang tidak jelas, termasuk aktivitas yang mengantarkan pada dosa besar. Bahkan sistem ini telah menjerumuskan remaja pada jurang kehancuran yang pada akhirnya tak memiliki harapan di masa depannya. Penerapan sistem sekuler inilah yang menjadi biang keladi munculnya berbagai fenomena unik dan nyentrik, bahkan tak logis di kalangan remaja. Sistem ini pulalah yang membuat remaja kehilangan kendali dalam mengarahkan kehidupannya.
Sosok Pemuda Ideal
Islam, memberikan banyak teladan pemuda yang patut dicontoh oleh pemuda masa kini. Pemuda Ibrahim as menjadi teladan sepanjang jaman, yang menunjukkan kecerdasan beliau dalam mengimani Allah SWT sebagai Sang Pencipta dan juga Sang Pengatur. Beliau juga memberikan teladan dalam menentang kekufuran di masyarakat. Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur'an, "Mereka menjawab, 'Kami mendengar seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini, yang bernama Ibrahim." (TQS Al-Anbiya: 60)
Kita juga bisa belajar dari Teladan 7 pemuda ashabul kahfi, yang hidup sebelum Islam datang. "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhannya, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka" (TQS Al-Kahfi: 13).
Kita juga bisa meneladani para pemuda muslim di awal masuknya Islam, seperti Ali bin Abi Thalib. Beliau masuk Islam pada usia sekitar 9 tahun. Ada pula Zubair bin Al-Awwam (8 tahun), Thalhah bin Ubaidillah (11 tahun), Al-Arqaam bin Abil Arqaam (12 tahun) yang rumahnya dijadikan tempat pembinaan pemuda oleh Rasulullah SAW, Abdullah bin Mazh’un (17 tahun), Ja’far bin Abi Thalib (18 tahun), Qudaamah bin Abi Mazh’un (19 tahun), Said bin Zaid dan Shuhaib Ar Rumi (dibawah 20 tahun).
Sejarah mencatat nama-nama para sahabat Rasul yang masih belia itu dengan prestasi yang luar biasa. Tak ada kisah mereka kehilangan tujuan hidupnya sehingga melakukan hal-hal yang nyentrik di masanya. Sejarah mencatat mereka sebagai pemuda yang bersegera dalam ketaatan Allah dan rasul-Nya. Merekalah yang membela dan melindungi Rasulullah, bahkan mereka selalu ada ketika datang panggilan jihad untuk membebaskan umat manusia dari kekufuran, dan bersedia menerima Islam sebagai pedoman hidup mereka.
Masih banyak lagi teladan pemuda Islam yang berjasa bagi peradaban Islam, seperti Sholahudin Al Ayyubi pembebas Al Quds, Muhammad al Fatih pembebas Konstantinopel, ataupun Imam Syafi’I ulama besar yang sejak muda haus akan ilmu agama.
Penjagaan Generasi Muda Masa Kini
Sistem kehidupan sekuler kapitalis jelas sangat mendukung kebebasan berpikir dan berperilaku. Tidak ada jaminan anak-anak yang bersekolah di sekolah Islam, pesantren, rajin mengaji di rumah, bisa menjadi generasi yang taat pada Allah dan Rasul-Nya. Orang tua tidak bisa menjaga sepenuhnya ketika mereka berada di luar rumah. Ada 3 pilar yang harus ditegakkan sebagai cara yang efektif untuk bisa membentengi para pemuda dari kemaksiatan ataupun dampak sistem sekuler kapitalis; yaitu ketaqwaan individu (dan keluarga), kontrol masyarakat dan peran negara. Walaupun di dalam suatu negeri individunya telah beriman dan bertakwa, juga ada aktivitas saling menasehati antar mereka, namun jika tidak ada sebuah sistem yang menerapkan hukum Islam, maka mustahil bisa terlaksana hukum Islam tadi. Pihak yang berwenang untuk menerapkan hukum Islam adalah negara, bukan individu maupun masyarakat.
Adanya individu yang bertaqwa serta kontrol di dalam masyarakat akan mempermudah terlaksananya penerapan syariah Islam. Maka, mutlak diperlukan daulah Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan hukum Islam secara kafah bagi seluruh warga negaranya, dan melakukan penjagaan penerapan hukum syara bagi warga negara muslimnya, termasuk bagi para pemudanya. Wallahualam bissawab
Oleh: Noor Hidayah
Aktivis Muslimah
0 Comments