Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hijrah dan Kemerdekaan

TintaSiyasi.com -- Hijrah secara bahasa, merupakan masdar dari kata hajara-yuhaajiru-hijratun yang berarti berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan Merdeka (maharddhika yang berarti kaya, sejahtera dan kuat) adalah kata dalam bahasa Melayu dan Indonesia yang bermakna bebas atau tidak bergantung/independen. Di kepulauan Nusantara, istilah ini juga berarti budak yang dibebaskan (Wikipedia).

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, begitulah waktu, selalu berjalan tanpa perlu ditunggu, sama halnya dengan sekarang. Tak terasa setahun berlalu, memasuki Muharram 1444 H, awal dari tahun baru Islam, juga harusnya jadi awal dari perubahan.

Tahun Hijriah, tentu berkaitan erat dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah menuju Madinah, di mana peristiwa ini menjadi momentum penting dalam lintasan sejarah peradaban Islam dan awal dari perkembangan Islam.

Kita semua telah mengetahui bahwa sejak runtuhnya Kekhilafahan Utsmaniyah tahun 1924 M, Islam begaikan sebuah kue lezat gratis yang siap dinikmati oleh setiap orang yang tertarik akan indah bentuknya, enak rasanya, elok warnanya, dan berbagai macam alasan lainnya. Begitulah analogi sederhana. Hingga sampai saat ini Islam menjadi goyah, terpecah, dan hancur, hanya menjadi remah-remah yang tak berarti, kotor dan tak disegani. 

Muharram 1444 H kali ini bertepatan di bulan Agustus 2022, Indonesia akan merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-77 pada 17 Agustus 2022. Peringatan HUT ini merupakan salah satu bentuk syukur Indonesia telah bebas dari belenggu penjajah.

Panitia Nasional Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 telah merancang tema sekaligus logo HUT RI tahun ini. Mengutip Pedoman Identitas Visual 77 Tahun Kemerdekaan Indonesia, tema HUT ke-77 RI adalah “Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat” (Liputan6.com, 1-08-2022).

Yang jadi pertanyaan adalah, benarkah kita sudah merdeka? Kalau kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, ada berbagai definisi atau arti dari kata merdeka. Pertama, merdeka dapat diartikan sebagai bebas dari belenggu, penjajahan, dan sebagainya. Arti kedua adalah tidak terkena, atau lepas dari berbagai tuntutan. Sedangkan arti ketiga dari merdeka adalah tidak terikat, tidak bergantung pada pihak atau orang tertentu, dan leluasa.

Lebih dari itu, ada satu pertanyaan yang masih bergelayut di benak. Betulkah negeri ini telah terlepas dari segala penjajahan, hingga pantas menyandang predikat negara yang merdeka? Penjajahan gaya lama, yakni melalui perlawanan fisik sudah tidak relevan lagi untuk dilakukan saat ini. Karena itu, akhirnya penjajahan dilakukan dengan gaya baru yang tidak langsung dirasakan oleh pihak terjajah, yaitu melalui kontrol serta menanamkan pengaruh ekonomi, politik, pemikiran, budaya, hukum dan hankam atas wilayah yang dijajah. Namun tujuan akhirnya sama, yaitu mengalirkan kekayaan wilayah yang dijajah ke negara penjajah. Dan membuat rakyatnya lemah tidak berdaya menghadapinya. Hutang menumpuk, investasi asing dibuka lebar-lebar, semua serba impor, aset negara terjual.

Kaum Muslim seolah kembali ke dalam masa jahiliah, masa kegelapan yang terkungkung dalam sistem jahiliah, mengakibatkan timbulnya banyak kerusakan, seperti kualitas pendidikan yang merosot, generasi hancur, kerusakan moralitas kian marak terjadi. Seperti yang beberapa waktu lalu kita lihat di Citayam Fashion Week, sungguh mengenaskan nasib generasi. Peradaban Islam yang megah gemilang, sekarang tinggal kenangan.

Masyarakat Arab sebelum Rasulullah hijrah adalah masyarakat jahiliah, dapat dilihat dari segala aspek. Dari aspek akidah, mereka adalah kaum yang menyembah berhala. Dari aspek sosialnya, mulai dari pemabuk, pelacuran, pencurian bahkan perzinahan adalah hal yang lazim dilakukan masyarakat pada saat itu. Dari aspek ekonomi yang curang dan ribawi dan berbagai kerusakan lainnya. 

Kecaman dan berbagai tudingan yang dilontarkan terhadap Islam semakin menjadi-jadi sampai Allah turunkan perintah untuk Nabi berhijrah ke Madinah.

Setelah melakukan perjalanan panjang, hijrah menuju Madinah, Rasulullah membangun Daulah Islamiah di sana berkat kekuatan politik yang mendukung. Rasulullah mudah untuk menerapkan syariah dalam bentuk Khilafah Islamiah di sana. Beliau membangun  Daulah Islam, mengatur dengan lancar dan sempurna. Islam terus berkembang pesat, menjadi negara yang ditakuti oleh musuh-musuh Islam, bahkan 2 negara adidaya saat itu, Byzantium dan Persia ditaklukkan oleh Daulah Islamiah, melalui Jihad Fi Sabilillah. Hidayah Islam semakin tersebar dan kekuasaan Islam semakin meluas.

Ketahuilah, bahwa hijrah Rasulullah bukanlah sekadar pemindahan tempat, namun Rasulullah dan kaumnya hijrah dengan meninggalkan segala yang dicintainya, harta, keluarga, anak, istri, suami, kerabat, ibu, bapak, dan lain sebagainya. Mereka meninggalkan segala yang mereka punya tanpa berpikir mereka akan mendapatkannya di kemudian hari. Mereka hijrah dengan hanya berbekal keimanan dan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, inilah sebuah bentuk keimanan tertinggi. Masyaallah.

Masyarakat saat ini, sangat mirip dengan masyarakat jahiliah pada masa Rasulullah. Mengapa demikian? Padahal teknologi sudah sangat maju dan era peradaban masa kini sudah sangat modern, tentunya menilik dari peristiwa dan kejadian yang nyata, bahwasanya di balik teknologi yang maju dan modern pada masa kini tak bisa dipungkiri berbagai kerusakan dan kezaliman juga terjadi, tak terkecuali di negara-negara maju dan adidaya saat ini. Kapitalisme dan sosialisme saling beradu dan berkecam, pornoaksi dan pornografi semakin marak, LGBT dan kasus korupsi menjadi hal yang lazim terjadi, belum lagi kasus pembantaian kaum Muslim yang kian marak terjadi, di Uighur, Aleppo, Bosnia, Rohingya dan tak luput yang satu ini, Palestina, dengan ini, manakah kezaliman yang kamu dustakan?

Ekonomi yang curang dan ribawi, perjudian dan perampokan juga berbagai kerusakan yang terjadi menjadi alibi terkuat mengapa kaum Muslim harus bersatu padu merubah tatanan dunia. Karena itu, saat ini, kaum Muslim, bahkan dunia, memerlukan tatanan baru, masyarakat memerlukan negara ideologis yang dibangun berdasarkan ideologi Islam.

Apalagi keruntuhan sistem ekonomi dunia saat ini selain merupakan indikasi lemah dan bobroknya sistem kapitalis, juga mengindikasikan bahwa dunia saat ini memerlukan kehidupan baru. Sistem kapitalis telah beberapa kali mengalami siklus kebangkrutan dalam lintas sejarah 100 tahun terakhir, menciptakan malapetaka dan kehancuran sehingga sangat tidak mampu menopang peradaban dunia. Begitu pula dengan sistem sosialis-komunis yang hanya beberapa tahun dapat bertahan, setelah itu menghilang, lengser terkalahkan.

Alhasil, penting bagi kaum Muslim khususnya kita para pemuda untuk mewujudkan kembali spirit hijrah, bukan sekadar berpindah tempat, namun berpindah dari sistem jahiliah menuju sistem Islam yang hakiki, meninggalkan segala yang kita cintai, menanggalkan segala hawa nafsu yang menyelimuti tanpa berkeinginan untuk kembali pada sistem dan era jahiliah. Di antara spirit hijrah yang paling penting adalah spirit pembentukan masyarakat Islam, penerapan syariah Islam dan penegakan sistem pemerintahan Islam. Spirit hijrah semacam ini sejatinya mendorong kita untuk segera meninggalkan sistem dan hukum jahiliah, lalu menerapkam sistem hukum Islam. Sistem hukum jahiliah adalah sistem dan hukum selain hukum Allah, sebagaimana Allah sendiri yang membagi hanya ada 2 jenis hukum, hukum Allah dan hukum jahiliah (QS. Al-Maidah:50).

Jelas untuk mewujudkan kembali spirit hijrah itu, sistem dan hukum jahiliah yang ada pada saat ini, harus segera ditinggalkan. Kita harus segera berhijrah menuju sistem baru, itulah sistem dan hukum Islam. Caranya hanya dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan. Tentu dalam sebuah institusi pemerintahan Islam, yakni Daulah Islamiah yang pernah dirintis pendiriannya, yaitu Rasulullah SAW ketika berada di Madinah, karena hanya dengan inilah kerusakan dan kebobrokan dunia akan berakhir sebagaimana Rasulullah SAW bersabda “Sungguh, Allah telah melipat bumi untukku, lalu aku melihat bagian timur dan baratnya. Sungguh, kekuasaaan umatku akan mencapai seluruh bagian bumi yang telah dilipa untukku itu” (HR Muslim). Atau dengan hadis yang mengatakan bahwasanya Rasulullah bersabda “... tsumma takunukhilafatan ‘ala minhaj an-nubuwwah”.

Maka dari itu, di sinilah peran kita ada, untuk sama-sama berjuang agar Islam diterapkan secara keseluruhan, karena hanya dengan Islamlah masyarakat bisa sejahtera. Dan berharap momen hijrah kali ini bisa menjadikan umat mencapai kemerdekaan yang hakiki. Umat yang terlepas dari penghambaan selain kepada Allah.

Percayalah, di tangan kita dan para generasi penerus peradaban, perubahan itu ada. Mari berjuang demi tegaknya perisai umat. Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Radhiatur Rasyidah, S.Pd.I
Pemerhati Generasi dan Keluarga
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments