TintaSiyasi.com -- Hampir satu miliar orang di seluruh dunia mengalami gangguan kesehatan mental. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gangguan kecemasan diperkirakan meningkat secara signifikan menjadi 26 persen, dan depresi sebanyak 28 persen akibat pandemi Covid-19 di tahun 2020. Sementara di tahun sebelumnya, sebanyak 970 juta orang di seluruh dunia dilaporkan hidup dengan gangguan mental. Paling umum yang dialami adalah gangguan kecemasan dan depresi. WHO mendefinisikan gangguan mental sebagai gangguan secara klinis terkait fungsi kognisi, regulasi emosi, atau perilaku seseorang. Beberapa gangguan mental yang dapat dialami seseorang antara lain gangguan kecemasan, bipolar, depresi, post-traumatic stress disorder (PTSD), schizophrenia, hingga gangguan makan (@kompascom, 22/6/2022).
Sebuah realita, di situasi saat ini masyarakat mengalami kesempitan hidup. Berbagai krisis terus mewarnai kehidupan masyarakat, pun beban ekonomi terasa makin berat. Kondisi ini pun dialami oleh kaum Muslim. Apa penyebabnya, dan adakah solusinya?
Sistem Kapitalisme Sekuler, Biang Gangguan Mental
Sistem kehidupan kapitalisme sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan sangat memengaruhi kondisi manusia saat ini. Bukan hanya menggerus keimanan Muslim, tetapi juga menjauhkan Muslim dari aturan Islam dan mendekatkan dengan permasalahan yang berkepanjangan. Salah satu problem yang sering terjadi pada masyarakat ialah gangguan kejiwaan/mental.
Gangguan mental terjadi tatkala berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan menjadi beban pikiran seseorang. Beban tersebut tidak bisa dipecahkan, bertumpuk dan menjadi masalah bagi jiwa dan mental. Wajar, karena sistem kehidupan yang diterapkan saat ini membuat manusia terus-menerus berkecimpung dalam problem yang tidak jua terurai, seperti: tingginya harga kebutuhan pokok, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, naiknya harga BBM maupun listrik, tak terjangkaunya harga perumahan dan problem sosial lainnya.
Salah satu indikasi kesehatan dan kestabilan mental adalah rasa aman. Sabda Rasul SAW, “Siapa saja yang menyongsong pagi hari dengan perasaan aman terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta adanya persediaan makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah memperoleh seluruh kenikmatan dunia” (HR Tirmidzi).
Sementara fakta saat ini, sebagian besar kaum muslim saat ini tidak merasa aman, dengan berbagai problem yang dihadapinya.
Solusi Problem Gangguan Mental
Gangguan mental tentu ada obatnya. Selain pengobatan secara medis, penderita gangguan ini bisa diatasi dengan sentuhan pemahaman agama. Itulah mengapa agama tidak boleh dipisahkan dari kehidupan manusia. Agama adalah fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Firman Allah SWT, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram” (QS Al-Ra’ad: 28).
Pemahaman agama dapat membantu manusia untuk mengobati jiwa dan mencegah dari ganguan kejiwaan. Rasul SAW juga mengingatkan, “Tidak ada salahnya seseorang memiliki kekayaan asalkan dia tetap bertakwa. Akan tetapi, bagi orang yang bertakwa, kesehatan lebih baik daripada kekayaan. Selain itu, hati yang bahagia (thibin nafs) adalah bagian dari (kenikmatan) surga” (HR Ibnu Majah).
Islam menuntun kaum Muslim untuk memahami firman Allah SWT, “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS At Taghaabun: 11).
Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat di atas, bahwa ketika seseorang ditimpa musibah dan ia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, lalu ia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah) disertai (perasaan) berserah diri kepada ketentuan tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Allah akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/137).
Semua musibah dan cobaan yang menimpa manusia pada hakikatnya ialah untuk kebaikan demi menyempurnakan keimanan dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Maka, gantungkanlah diri hanya kepada Allah SWT setiap menghadapi permasalahan hidup.
Dengan sikap seperti ini, maka Allah akan melipatgandakan balasan kebaikan baginya karena Allah memperlakukan seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam hadis qudsi, “Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepadaku” (HR Bukhari dan Muslim).
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental di tengah ideologi rusak dan merusak saat ini antara lain: senantiasa mengukuhkan iman, selalu bersyukur atas segala nikmat, senantiasa mengingat Allah, memperbanyak amalan sunah, serta bergaul dan berkumpul dengan orang-orang saleh.
Yang juga tak kalah penting, adalah menghilangkan sumber masalah yang membuat manusia mengalami gangguan mental. Sistem kapitalis-sekuler harus diganti dengan sistem yang mampu memuliakan manusia, menjamin kesejahteraan dan keamanan, menjaga jiwa dan harta; hingga manusia mampu memperoleh penghidupan yang layak. Sistem itu adalah sistem Islam, yang akan menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan dalam bingkai negara Khilafah Islamiah. Untuk menegakkannya, perlu upaya dan perjuangan kuat di tengah arus yang memisahkan agama dari kehidupan seperti saat ini. Memang bukan hal yang mudah, tapi Allah sudah berjanji akan memberikan kemenangan besar bagi kaum Muslim, dengan tegaknya Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Wallahu a’lam bishshawab. []
Oleh: Noor Hidayah
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments