Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Seharusnya Ini Tiga Indikator Perombakan Kabinet


TintaSiyasi.com -- Direktur Forum Kajian Kabijakan Energi Indonesia (FORKEI) Agus Kiswanto mengungkapkan, cukup kaget dengan adanya dua menteri dan tiga wakil menteri yang di-reshuffle (dirombak), karena pendekatannya seharusnya ada tiga indikator yang menyebabkan menteri dan wakil menteri harus di-reshuffle.

"Jadi tiga indikator ini memang tiga indikator yang sangat merepresentasi dari reshuffle tersebut," ungkapnya dalam Perspektif Pusat Kajian dan Analisis Data bertajuk Reshuffle Kabinet: Antara Problem Perdagangan dan Agraria, Rabu (15/6/2022) di YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.

Indikator yang pertama, yaitu terkait dengan kinerja atau performance dari menteri tersebut, apakah yang diganti ini performanya layak atau tidak layak. Yang kedua adalah dorongan publik. Dorongan publik ini juga luar biasa, mampu untuk memberikan suatu kebijakan yang nantinya akan menentukan presiden untuk me-reshuffle atau tidak. Yang ketiga adalah tekanan politik. Menurut Agus, persoalan tekan menekan ini agak sedikit masuk tahun 2022 ini memang cukup kuat sekali.

Meskipun jika diperhatikan dari sisi agama gaduhnya luar biasa, namun menurut Agus ini relatif aman-aman saja. Sehingga ia melihat bahwa kali ini ada indikator ketiga yang cukup mendominasi saat reshuffle itu dilakukan. Ketiga parameter ini dan kenapa menteri di reshuffle jarang di publish dan di keep saja. Menurut Agus, memang menjadikewenangan presiden selaku kepala negara yang akan menentukan ke depan sampai 2024 itu seperti apa komposisi dari kabinet yang akan menemaninya.

"Tapi perlu diingat bahwa berbagi kue kekuasaan itu juga berbagi risiko ya, risiko saat nanti tahun 2024 yang itu juga akan saling menguatkan dalam hal risiko begitu. Jadi saat dibagi kuenya dibagi juga resiko," ungkapnya lagi.

Alhasil Agus mengungkapkan bahwa inilah yang kadang-kadang menjadi barometer tolak ukur. Kalau bola panas tersebut tidak segera dibagi, hanya satu pintu yaitu satu partai politik, maka ini risikonya akan ke partai politik tersebut.[]HN/Ika Mawarningtyas 
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments