Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ustaz Muhibuddin Beberkan Sepuluh Jenis Air mata

TintaSiyasi.com -- Pengasuh Majelis Halawatul Iman Bogor Ustaz Muhibuddin, S.H.I. menyebutkan sepuluh jenis air mata.

"Jenis-jenis air mata dalam kitab Zadul Ma'ad karya Ibnul Qayyim Aljauziyah disebutkan bahwa ulama terdahulu membagi tangisan menjadi sepuluh," tutur Ustaz Muhib, sapaan akrabnya, dalam Kajian Ngave yang bertajuk Air Matamu Penghapus Dosa-dosamu di YouTube Majelis Gaul, Senin (23/05/2022).

Ustaz Muhib mengatakan, tidak semua air mata dapat menghapuskan dosa, tetapi ada beberapa syarat yang harus terpenuhi

"Pertama, tangisan rahmat, yaitu tangisan kasih sayang atau kelembutan. Sebagaimana tangisan yang pernah dialami Rasulullah Shalallahu alaihi Wasalam ketika Ibrahim putra beliau wafat di waktu kecil. Nabi menangis tetapi tidak sampai meratapi," kisahnya.

Kemudian ia menambahkan dengan membacakan sebuah hadis riwayat Imam Bukhari,

إن العين تدمع، والقلب يحزن، ولا نقول إلا ما يرضي ربنا، وإنا بفراقك يا إبراهيم لمحزونون

Sesungguhnya mata ini menitikkan air mata dan hati ini bersedih, namun kami tidak mengatakan sesuatu yang tidak diridhai Rabb kami. Sesungguhnya kami bersedih dengan kepergianmu wahai Ibrahim.

"Kedua, tangisan khauf wal khasyah, yaitu tangisan ketakutan. Sebetulnya maknanya sama yaitu takut, tetapi khauf itu lebih luas. Misalkan, seseorang takut kepada anjing gila, dia pasti akan menjauh, tetapi jika seseorang takut terhadap Allah Subhanahu wa Taala justru dia akan mendekat, bukan menjauh," tegasnya.

Kemudian ia menegaskan kembali, sehingga takut kepada Allah Subhanahu wa Taala adalah takut yang diwajibkan oleh syariah, sedangkan takut yang dilarang oleh syariah adalah takut kepada makhluk yang tidak nampak misalkan jin, genderuwo, dan semisalnya.

"Khauf dalam hal ini adalah tangisan kekhawatiran, seperti tangisan akan masa depan, tangisan takut mati dan lainnya. Sedangkan khasyah adalah tangisan yang didasarkan oleh ilmu atau pengetahuan," urainya.

Lanjut ia katakan, sesungguhnya yang takut pada Allah Subhanahu wa Taala adalah para ulama. “Lalu bagaimana dengan yang bukan ulama? Karena Allah Subhanahu wa Taala sudah membatasi yang takut kepada-Nya hanya ulama, maka selain ulama harus berilmu. Sehingga, seseorang takut kepada Allah berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan rasa takutnya tersebut akan makin mendekatkannya pada Allah yakni taqarrub ilallah, bukan sebaliknya malah menjauhi-Nya,” ujarnya.

"Ketiga, tangisan mahabah, yaitu tangisan karena cinta. Misalkan, ketika kita melihat saudara kita di Palestina, Uighur, Suriah, dan lainnya dibantai dan kita panjatkan doa, kemudian tak terasa air mata menetes karena menyaksikan kondisi mereka di sana yang amat berat. Inilah bentuk kecintaan kita terhadap saudara Muslim," ujarnya.

Kemudian ia membacakan sebuah hadis riwayat Imam Al Bukhari dan Imam Muslim yang berbunyi,

عَنْ أَبِيْ حَمْزَة أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ) رَوَاهُ اْلبُخَارِيّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu pembantu Rasulullah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: ”Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman (dengan keimanan yang sempurna) sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri. 

Keempat, tangisan yang disebabkan oleh kebahagiaan. Seperti ketika tetiba mendapatkan rezeki, bertemu sahabat, orang tua yang menyaksikan pernikahan putranya dan banyak lagi,” sebutnya.

Kelima, tangisan karena sakit. Saking sakitnya sehingga seseorang menangis karena tidak bisa menahan sakitnya.

Keenam, tangisan kesedihan. Baik kesedihan yang sedang terjadi maupun kesedihan yang sudah berlalu. Namun, kesedihan jangan berlarut-larut, sebab jika begitu menunjukkan seseorang tidak ridha atas keputusan Allah Subhanahu wa Taala,” ujarnya mengingatkan.

"Ketujuh, tangisan orang yang dalam kondisi lemah dan tidak bisa menghindari sesuatu, seperti saudara kita di Myanmar, Palestina, Suriah, dan lainnya. Mereka menangis karena lemah, tertindas, mendapat siksaan setiap hari, tidak mampu berbuat apapun, kemudian muncul tangisan," katanya.

Kedelapan, tangisan nifak atau air mata buaya. Seseorang mengeluarkan air mata ketika melihat kesusahan orang lain, padahal hatinya keras. Tangisannya ingin dilihat orang, bukan tangisan karena Allah Subhanahu wa Taala.

"Kesembilan, tangisan yang dipinjamkan atau disewakan. Misal tangisan jasa, yaitu seseorang menangis karena berharap upah. Contohnya ada di China dan Thailand, seseorang menangisi jasad orang lain demi mendapatkan bayaran, karena dalam pandangan mereka, semakin banyak tangisan, maka jasad akan makin bahagia. Apakah Islam memperbolehkannya? Tentu tidak," tegasnya.

Ustaz Muhib, menjelaskan, ada tiga alasan yang tidak memperbolehkan tangisan jasa yaitu, pertama, hal tersebut termasuk tasyabuh bil kuffar, Rasulullah mengharamkannya; kedua, membenarkan akidah agama lain; ketiga, ada kedustaan, yakni menangis bohongan.

Kesepuluh, tangisan ikut-ikutan, yaitu ketika melihat orang menangis, ikutan meneteskan air mata, meski tidak tahu apa yang ditangisinya. “Tangisan yang demikian merupakan tangisan yang tidak jelas dan sia-sia,” ungkapnya.

"Di antara sepuluh tangisan tersebut, tangisan yang mendapatkan pahala di sisi Allah Subhanahu wa Taala adalah, pertama, tangisan takut kepada Allah, kedua, tangisan dan kerinduan terhadap Allah kemudian bertaqarub kepada-Nya," tutupnya []Nurmilati
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments