Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pengamat Politik: Islam dan Politik Itu Tidak Bisa Dipisahkan


TintaSiyasi.com -- Pengamat Politik Islam Ustaz Farid Wadjdi dalam acara Tausiyah Sahur: Islam Hanya Agama Ritual Belaka? tegas menyatakan bahwa Islam dan politik tidak bisa dipisahkan. 

“Kita perlu tegaskan sekali lagi, bahwa Islam dan politik itu tidak bisa dipisahkan,” tegasnya, Rabu (20/04/2022) di Khilafah Channel Reborn.

Farid menyatakan, manusia sesungguhnya tidak bisa lepas dari politik. “Pilihan kita terkait dengan politik ini hanyalah dua. Apakah kita menjadi pelaku politik atau subjeknya, ataukah kita menjadi objek politik,” ujarnya.

“Sekarang ini kita sangat menyayangkan umat Islam dari segi politik, meskipun jumlahnya besar, lebih kepada menjadi objek politik dibanding dengan menjadi subjek politik atau pelaku politik,” masygulnya.

Ia mengatakan bahwa banyak pihak, terutama dari kalangan sekuler liberal yang ingin memisahkan antara Islam dan politik. Seolah-olah Islam hanyalah agama ritual yang mengatur masalah ibadah mahda, moralitas, dan masalah-masalah yang sifatnya individual. 

“Benarkah seperti itu jawabannya? Tentu saja tidak, karena Islam adalah ajaran agama yang sempurna. Ajaran agama yang sempurna itu artinya Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, maka tidak ada satu aspek pun yang tidak diatur oleh Islam,” paparnya.

Farid mengutip Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 3,

اَÙ„ْÙŠَÙˆْÙ…َ اَÙƒْÙ…َÙ„ْتُ Ù„َÙƒُÙ…ْ دِÙŠْÙ†َÙƒُÙ…ْ ÙˆَاَتْÙ…َÙ…ْتُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ù†ِعْÙ…َتِÙŠْ ÙˆَرَضِÙŠْتُ Ù„َÙƒُÙ…ُ الْاِسْÙ„َامَ دِÙŠْÙ†ًاۗ

Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.

“Ayat ini sangat jelas, Allah Subhanahu wa Taala menjelaskan tentang kesempurnaan ajaran agama Islam. اَÙ„ْÙŠَÙˆْÙ…َ اَÙƒْÙ…َÙ„ْتُ Ù„َÙƒُÙ…ْ دِÙŠْÙ†َÙƒُÙ…ْ, pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kalian agama kalian. Sempurna itu artinya apa? sempurna itu artinya lengkap, menyeluruh, kaffah, baru kemudian bisa disebut sempurna,” urainya.

Lebih lanjut, dikatakannya kalau agama itu tidak mengatur seluruh aspek kehidupan, maka dia tidak sempurna. Sempurna itu artinya agama itu dipastikan benar. Islam itu dipastikan benar. Kalau masih ada peluang kekeliruan dari Islam ini, maka Islam bukanlah agama yang sempurna.

“Sempurna itu artinya apa? Sempurna itu artinya bahwa tidak ada kekurangan dari ajaran agama Islam ini, tidak ada pertentangan dalam ajaran agama Islam. Itulah arti dari kesempurnaan ajaran Islam,” imbuhnya lagi.

Dengan pertanyaan retoris, Farid menyatakan bahwa Islam merupakan ajaran yang sempurna, bagaimana mungkin Islam tidak mengatur urusan urusan politik. “Bayangkan, cara makan saja itu diatur oleh Islam, dengan menggunakan tangan kanan misalkan, diawali dengan membaca basmalah. Demikian juga masuk kamar mandi, caranya bagaimana diatur oleh Islam,” jelasnya.

“Tentu mustahil kalau Islam dengan kesempurnaannya tidak mengatur masalah politik. Karena inti dari politik itu adalah pengaturan urusan-urusan umat atau rakyat. As-siyasatu hiya ri’ayatu su’unil ummah, jadi yang disebut dengan politik itu adalah pengaturan urusan-urusan umat,” tuturnya.

Lanjut dikatakan, Islam memerintahkan kepada manusia agar menjalankan seluruh perintah Allah Subhanahu wa Taala dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk untuk mengatur urusan-urusan umat. 

“Hal itu tampak jelas, bagaimana Rasulullah Shalallahu alaihi Wasalam ketika menjadi pemimpin di Madinah. Rasulullah Shalallahu alaihi Wasalam bukanlah sekadar pemimpin ritual, tetapi juga seorang pemimpin negara yang mengatur urusan-urusan rakyat, menjaga keamanan rakyat, memenuhi kebutuhan-kebutuhan rakyat,” sebutnya membuktikan.

Farid membeberkan, Rasulullah Shalallahu alaihi Wasalam juga sebagai seorang kepala negara yang menyelesaikan persoalan-persoalan, perselisihan-perselisihan yang terjadi di tengah umat, juga sekaligus sebagai panglima perang yang memimpin langsung beberapa peperangan.

“Rasulullah Shalallahu alaihi Wasalam juga melaksanakan misi diplomatik, yaitu menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan mengirim utusan-utusan dakwah yang mengajak pemimpin-pemimpin yang ada di sekitar Arab pada waktu itu untuk kemudian memeluk agama Islam, mengajak para kaisar dan para raja untuk kemudian memeluk agama Islam. Karena politik luar negeri dalam Islam itu adalah nashrul Islam ila al-‘alam. Bagaimana menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia,” pungkasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments