TintaSiyasi.com -- Layaknya jarum jam yang selalu berputar tak kenal henti, mungkin seperti itulah gemerlapnya dunia fashion yang tidak pernah sepi dari inovasi. Tak jarang dalam memenuhi trennya para pengiat fashion melalukan sesuatu yang kontroversial karena ingin terlihat berbeda dan menarik. Seperti saat ini tengah muncul istilah, bahwa "Fashion has no gender". Sebuah narasi " Genderless Fashion", yaitu busana laki-laki dikenakan oleh perempuan dan sebaliknya, busana perempuan dikenakan laki-laki. Genderless Fashion digunakan untuk penggunaan pakaian tanpa dibatasi gender tertentu, sehingga orang lebih bebas mengekspresikan dirinya serta menemukan jati dirinya.
Senior Analyst di Word Global Style Network (WGSN), Nick Paget, menyatakan teori pakaian inklusi gender dapat diwujudkan dalam bentuk apa pun. Dikutip NBC News, Paget menjelaskan pakaian hanya mengekspresikan suatu gender merupakan contoh konstruksi sosial lain yang harus dibongkar. Mereka mendobrak tradis tersebut dan menganggap aturan lama yang mengekang dan seharusnya telah dirubah seiring dengan perkembangan zaman dan pola pikir manusia milenial.
Secara konsep Genderless merupakan produk barat yang sengaja dikampanye para selebriti dunia yang mengahambakan dirinya kepada kebebasan berprilaku, menurut mereka manusia berkuasa atas dirinya sendiri, bahkan sejak dalam kandungan dalam arti, bahwa mereka berhak mendobrak kodrat. Pakaian menurut mereka tidak harus menyesuaikan dengan jenis kelamin. Seorang Laki-laki berhak memakai rok dan riasan atau pun sebaliknya. Bak gayung bersambut, isu Genderless Fashion pun masuk ke wilayah yang lebih strategis, yaitu melalui pendidikan, seperti yang di gagas oleh kajian Gender BEM FH UNAIR yang mengelar seminar pada sabtu siang ((27/8/2022), seminar yang bertajuk "Genderless Fashion: Is It Right Way to Reduce Gender Stereotypes? " Terdapat dua narasumber yang diundang yakni: Menteri Kesetaraan dan Perlindungan Anak BEM UNAIR Salsabila Az Zahra dan Semifinalis Duta Pariwisata Jawa Timur 2021 Guruh Putra Anugrah Gusti. Menurutnya Salsa, sapaan karibnya, menyatakan bahwa Genderless Fashion merupakan ekspresi seseorang yang tidak menunjukkan identitas gender tertentu secara spesifik. Kampanye Genderless Fashion dapat mendobrak stereotip gender yang dikotomis. "Laki-laki harus memakai pakaian laki-laki, atau sebaliknya perempuan harus memakai pakaian perempuan. Ia juga mendobrak pemikiran- pemikiran seperti bahwa laki-laki yang memakai pakaian feminim itu queer, " ujar mahasiswi FISIP itu.
Kampaye Terselebung di Balik Genderless Fashion
Patut disadari narasi Genderless Fashion yang saat ini tengah digandrungi kaum milenial, sebenarnya menyimpan sejarah kelam dunia Barat, khususnya Eropa pada abad kegelapan, di mana orang-orang belum bisa membedakan pakaian berdasarkan gender sehingga pakaian gaun feminim masih dikenakan laki-laki, hal ini terlihat dari berbagai lukisan anggota kerajaan yang yang mengambarkan para bangsawan dan raja terbiasa mengenakan gaun, sepatu tinggi bahkan rambutnya dibiarkan panjang tergerai. Di masa yang sama orang Eropa mempunyai pola asuh yang lalai, yaitu tidak menyesuaikan jenis pakaian anak berdasarkan jenis kelaminnya oleh karena itu pakaian yang dikenakan oleh anak laki-laki dan perempuan hampir sama, tidak bisa dibedakan satu sama lain. Seiringnya perubahan zaman, Eropa akhirnya menemukan pola berpakaian yang tepat di mana mereka menyesuaikan pakaian berdasarkan jenis kelamin, namun di tahun 1970- an, muncul sebuah gebrakan "Genderless Fashion" yang notabenenya saat ini semakin di Kampanyekan.
Dalam perkembanganya Genderless Fashion ini menjadi gerakan terselebung yang diperjuangkan oleh kaum L98TQ terutama yang mengidentifikasikan dirinya sebagai non-binner atau kata lain "they/them/their" yang menuntut pengakuan atas keberadaan mereka. Genderless Fashion adalah kampanye terbuka melalui tren fashion, sebagai ciri indentitas keberadaan mereka, dan sebagai bentuk perlawanan atas ketidakadilan yang mereka rasakan. Mereka mengungkapkan bahwa saat ini banyak anak muda melihat bahwa aturan yang membatasi itu semakin tidak relevan.
Dengan melihat Genderless Fashion ini para L98TQ dapat merealisasikan keinginannya untuk dapat diterima keberadaannya, yaitu dengan mengekspresikan jiwa mereka tanpa melihat batasan-batasan dalam berpakaian. Kampanye Genderless Fashion ini telah menjadi tren di kalangan anak muda saat ini, di mana laki-laki perpakaian layaknya perempuan seperti memakai rok atau pun aksesoris bukan sesuatu yang berbeda atau pun bukan hal yang melawan fitrah. Akibat massifnya kampanye tersebut, sekarang dapat kita lihat banyak pesohor tanah air tak canggung menampilkan Genderless Fashion di sosial media.
Bahaya Generless Fashion Menguburkan Fitrah
Dapat dipastikan Genderless Fashion melawan fitrah, bentuk pendakalan aqidah yang sengaja dikampanyekan oleh pengusung kebebasaan, sasarannya adalah generasi muda. Tentu kita paham pakaian adalah unsur yang sangat penting dalam pandangan Islam, bukan hanya sebagai identitas akan tetapi berpakaian sesuai syariat adalah bentuk ketaatan seorang hamba-Nya kepada Allah SWT.
Islam pun mengatur pakaian yang disesuaikan dengan fitrah manusia. Dalam hadist disebutkan, " Allah melaknat perempuan yang mengenakan pakaian laki-laki dan laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan dalam kondisi sempurna. Allah SWT berfirman, yang artinya, " Sesungguhnya, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya " (QS at-Tin 95:).
Maknanya, bagaimana kondisi manusia diciptakan hakikatnya adalah bentuk yang paling baik menurut Allah SWT. Jika Yang Maha Pencipta berfirman demikan, maka kita sebagai makhluk sungguh tidak ada andil merubah apa yang Allah ciptakan.
Genderless Fashion adalah penjajahan gaya baru, yang sengaja diarahkan kepada umat Islam untuk merusak generasi muda. Tak hanya merusak generasi muda, Genderless Fshion merupakan penyimpangan orientasi seksual yang sengaja dikampanyekan dan "dijual" kepada umat Islam. Umat Islam dipaksa untuk menerima pemahaman mereka, padahal jelas ide mereka sangat bertentangan dengan syariat Islam, yaitu melawan fitrah. Mereka telah memposisikan Islam sebagai ancaman yang harus dihancurkan. Karena Islam bagi mereka adalah lawan yang menghalangi hegemoni kebebasan. Mereka berharap umat Islam meninggalkan aturannya, padahal kita tahu dengan Islam kita akan mulia, karena Islam sesuai fitrah kenyataan inilah yang akan mengangkat umat Islam menjadi agama yang berkuasa di dunia. Aamiin. Wallahu'alam bissawab
Oleh: Anastasia, S.Pd.
Guru MTs
0 Comments