Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mewujudkan Generasi Tangguh Pembangun Peradaban

Tintasiyasi.com -- Generasi adalah penentu arah masa depan. Sayang, kondisi generasi masa kini bisa dibilang sangat memprihatinkan. Kasus narkoba, perundungan, tawuran, seks bebas hingga hamil di luar nikah mencoreng wajah generasi kita.

BNN mengungkap ada 768 kasus tindak pidana narkotika dengan tersangka sebanyak 1.209 orang, dan sekitar 4,8 juta penduduk desa dan kota pernah memakai narkoba sepanjang 2022-2023 dengan rentang usia 15-64 tahun (Kompas.id, 25/03/2023).

Terkait tawuran, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan sepanjang 2021 ada 188 desa/kelurahan di seluruh Indonesia yang menjadi arena perkelahian massal antar pelajar atau mahasiswa, di mana Jawa Barat menjadi provinsi dengan lokasi kasus tawuran pelajar terbanyak, yakni terjadi di 37 desa/kelurahan. Diikuti Sumatera Utara dan Maluku dengan masing-masing 15 desa/kelurahan yang mengalami kasus serupa (databoks.katadata.co.id, 28/03/2022).

Kasus seks bebas juga turut menyumbang fakta kerusakan generasi. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, 80 persen dari permintaan dispensasi nikah karena faktor hamil di luar nikah (beritasatu.com, 21/01/2023). 

Potret buruk generasi saat ini mencerminkan sistem seperti apa yang diterapkan di dalam kehidupan masyarakat. Ya, sistem kapitalis sekuler menjadi penyebab rusaknya generasi. Penerapannya di seluruh lini kehidupan berpengaruh terhadap masa depan sebuah bangsa dan umat. 

Dengan memahami buruknya kondisi generasi masa kini, semestinya bisa menjadi pendorong untuk menuju perubahan peradaban yang unggul. Jika tidak, generasi ke depan akan menjadi korban sistem rusak saat ini.

Pandangan Kapitalis terhadap Generasi
Kapitalisme memandang setiap manusia tumbuh untuk menghasilkan keuntungan materi. Kualitas generasi diukur dari ‘kontribusi’ nya dalam meningkatkan pendapatan negara dan menambah pundi kekayaan bagi kaum kapitalis.

Hal ini terlihat dari orientasi Pendidikan untuk mencetak tenaga kerja; inovasi dan teknologi dihasilkan untuk kesenangan materi dan uang bagi pemiliknya; bonus demografi ditangani agar diperoleh keuntungan maksimal; penanganan stunting misalnya dilakukan agar tidak menyebabkan hilangnya tenaga kerja produktif.

Nampak dalam kapitalis, generasi dianggap sebagai mesin produksi. Selain itu, generasi juga dipandang sebagai pasar. Beraneka iklan produk gaya hidup (food, fun, fashion) membuat generasi menjadi konsumtif. Produk pemikiran seperti nilai liberal, hedonistik dan materialistik juga dipasarkan untuk melanggengkan misi menjaga pasar produk.

Dunia Barat juga dengan mudah mengekspansi pasar negara berpenduduk muslim dengan meracuni pemikiran generasi melalui tren media sosial.
Mirisnya, meski krisis dan kerusakan sudah dialami jutaan generasi, peradaban kapitalis tak menghentikan penyebaran nilai dan produknya.

Korban kecanduan alkohol sudah menjadi masalah merata di banyak negara tapi produksi miras tidak dihentikan. Mengapa? Karena minuman keras menyumbang pendapatan negara dengan pajak yang cukup besar. LGBT yang terbukti sudah mengorbankan banyak generasi bunuh diri dan kriminalitas sadis tapi malah dilegalkan dan disokong, karena jumlah pelakunya tinggi dan sektor bisnisnya memberi keuntungan besar.

Apa Solusi Problematika Generasi Saat Ini?

Islam, Mewujudkan Generasi Tangguh Pembangun Peradaban
Islam bersumber dari aturan Allah Dzat Yang Maha Tahu kebaikan dan keburukan bagi manusia. Islam memandang manusia sebagai makhluk terbaik yang dianugerahi akal untuk mengelola dunia guna mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. 

Islam juga menempatkan generasi sebagai penentu keselamatan hidup manusia dunia dan akhirat, bukan hanya penentu besarnya keuntungan. Oleh karena itu, Islam mewajibkan lahirnya generasi tangguh. Hal ini disampaikan Allah dalam firmanNya:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S An-Nisa: 9).

Islam juga melahirkan generasi pencipta manfaat, bukan penghamba uang atau materi. Rasulullah Saw bersabda;

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).

Kualitas generasi bukan diukur dari sebarapa banyak uang yang dihasilkan. Oleh karena itu, pendidikan dalam Islam bertujuan mendayagunakan akal, bukan sekedar mencetak tenaga kerja. Inovasi atau temuan baru dan bermacam kemajuan dihasilkan untuk memberi kemudahan, manfaat dan kebaikan bagi manusia.

Nilainya bukan hanya materi namun juga kemuliaan dan kehormatan sebagai manusia. Generasi adalah pelanjut estafet kebaikan yang akan meneruskan misi mewujudkan rahmat bagi seluruh alam.

Generasi harus menjadi pelopor perubahan dan perbaikan dunia. Maka, tidak boleh membiarkan generasi muslim menjadi korban sistem kapitalis. Sistem yang benar harus mengarahkan generasi muslim agar menjadi pelopor perubahan untuk membangun peradaban.

Sistem itu adalah Islam, yang jika diterapkan secara menyeluruh di segenap aspek kehidupan akan nampak kegemilangannya dalam melahirkan generasi tangguh pembangun peradaban mulia.

Sejarah membuktikan banyak penemuan yang dihasilkan oleh Ilmuwan muslim masa lampau sebagai pondasi peradaban modern, seperti:  Al Khwarizmi ahli Matematika, Al Battani ahli Astronomi dan Trigonometri, Al Haitsam ahli Optik, Al Jazari ahli robotika, Ar Razi ahli kedokteran, Al Asma’I ahli bidang Zoologi dan botani, Al Muqaddasi ahli bidang geografi dan lain-lain (detik.com, 14/12/2021).

Saatnya meninggalkan sistem kapitalis saat ini dan menerapkan sistem Islam kaffah agar keberkahan dan kemuliaan hidup dapat diraih. Wallahu a’lam bishshowwab.[]

Oleh: Noor Hidayah
(Aktivis Muslimah)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments