Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menyoal Kekerasan Oleh Anak




TintaSiyasi.com -- Prihatin menyaksikan tayangan youtube yang memperlihatkan aksi sadis pelajar SMP yang menendang, memukul sambil tertawa-tawa. Teman wanita yang yang menjadi sasaran mereka hanya duduk tertunduk sambil menangis. Lebih mirisnya, aksi mereka disaksikan dan direkam oleh teman lainnya.

Dilihat dari usianya, mereka masih tergolong dibawah umur. Siapa sangka tindakannya bisa sesadis itu?

Maka, berbicara perilaku anak tentu saja tidak lepas dari pengaruh-pengaruh yang turut membentuk karakter mereka. Walaupun orang tua berperan besar dalam pengasuhannya, lingkungan  kehidupan sosialnya di masyarakat dan sekolah memiliki andil dalam proses pembentukan karakternya. 

Terlebih saat ini nilai-nilai moral makin rendah dengan hadirnya beragam tontonan yang menyapa setiap orang melalui media sosial.

Peran orang tua

Sebagai sosok yang paling dekat dengan anak, tentu saja orang tua memiliki pengaruh yang besar bagi tumbuh kembang anak mereka. Semestinya orangtua berikhtiar maksimal agar selalu berlaku penuh kasih sayang sebab anak akab mencontoh perilaku tersebut ketika berinteraksi dengan temannya. Andai yang terjadi adalah sebaliknya, orang tua berlaku kasar dalam tindakan ataupun verbal, hal ini dapat menumbuhkan bibit bullying pada anak. Orangtua yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah panutan bagi anak, kelak menjadi boomerang bagi diri mereka. Seperti halnya cetakan kue yang kotor, tak peduli sebersih dan selezat apapun adonan yang dibuat, yang keluar tetaplah kue yang terkontaminasi jika tidak dicuci terlebih dahulu cetakannya.

Lingkungan Yang Buruk

Kehidupan sosial secara tidak langsug juga mengambil peran krusial dalam pembentukan kepribadian. Anak yang berinteraksi dengan teman-teman yang kurang baik membuatnya mengambil apa-apa yang berlaku umum diantara mereka. Tidak heran jika perilaku anak terutama dalam hal kekerasan, muncul akibat perilaku teman sesamanya yang niradab.

Inilah faktor sosial yang tidak bisa kita hindari hari ini. Walaupun banyak melanda generasi muda di berbagai dunia, sama sekali tidak ada gerakan perubahan di kalangan pemerintah. Hampir seluruh negara abai akan fenomena kemerosotan generasi saat ini.

Absennya Peran Negara

Kemudahan mengakses berbagai tontonan adalah salah satu penyebab anak berhasrat mengekspresikan imajinasi yang tumbuh selama dia mengkonsumsi hal tersebut. Akal sehatnya mati tertutup imajinasi dan ambisi melakukan kekerasan. Inilah anak-anak  korban dari kemajuan teknologi tanpa disertai pondasi agama yang kuat dan hukum memberi efek jera dari negara.

Sudah saatnya negara bertindak untuk membuat regulasi yang bisa menutup peluang pengaruh negatif. Setidaknya perlu ada tiga lapisan yang menjaga anak-anak kita. Mulai orangtua, lingkungan dan negara. Ketiganya harus bersinergi, mulai dari pemikiran, perasaan dan peraturan yang sama. Dan semuanya hanya bisa terwujud dalam sistem hukum yang mengedepankan Tuhan sebagai Maha Pengatur.

Oleh: Sapta Wulan (Pemerhati Generasi Yogyakarta)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments