Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kenaikan BBM di Era Kapitalisme


NewTintaSiyasi.com -- "Naik-naik BBM naik, tinggi-tinggi sekali,". Sedikit berdendang menghibur diri di kala hidup lagi susah-susahnya. Bukan hanya saya, mungkin masyarakat juga melakukannya demi menghibur diri dikala jeratan ekonomi yang carut marut, tetapi harus dihadapkan dengan kenaikan BBM yang tidak sedikit. 

Indonesia baru saja memeriahkan hari jadi ke 78, tetapi para elit politik kontan memberi kado kepada masyarakat Indonesia. Rasa senang, gembira, dan bahagia berganti dengan rasa kecewa akibat keputusan yang diambil dan diterapkan. Per 1 September 2023 PT Pertamina (Persero) resmi menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis non subsidi. Setidaknya terdapat empat jenis BBM yang mengalami kenaikan harga diantaranya yakni, RON 92 Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.

"PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) Umum dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang formula harga dasar dalam perhitungan harga jual eceran jenis bahan bakar minyak umum, jenis bensin, dan minyak solar yang disalurkan melalui stasiun pengisian bahan bakar umum," bunyi pengumuman resmi Pertamina, Kamis malam (31/8/2023), CNBC Indonesi NEWS (31 Agustus 2023).

Adapun harga BBM yang dibanderol kepada masyarakat umum yaitu,: Solar subsidi: Rp6.800 per liter, Pertalite: Rp10.000 per liter, Pertamax: Rp13.300 per liter (sebelumnya Rp12.400 per liter) Pertamax Turbo: Rp15.900 per liter (sebelumnya Rp14.400 per liter) ,Pertamax Green 95: Rp15.000 per liter Dexlite: Rp16.350 per liter (sebelumnya Rp13.950 per liter), Pertamina Dex: Rp16.900 per liter (sebelumnya Rp14.350 per liter), Bisnis.com (1/09/2023).

Lomba sudah terlaksana dan kado juga sudah diberikan, impas sudah. Kemerdekaan hanya seremonial yang minus arti dan makna. Merdeka harusnya menjadi bukti bahwa sebenarnya kita memang merdeka dari penguasaan barang tambang oleh Asing, merdeka dari perekonomian liberal, merdeka dari pendidikan yang tidak mendidik, merdeka dari para koruptor, dan lain sebaginya. Namun, yang terjadi merdeka hanya sebuah kata manis untuk menutupi rasa pahit yang menumpuk dari tahun ke tahun.

Indonesia adalah negara yang menganut ideologi demokrasi kapitalisme, yang mana semakin tidak ada subsidi negara. Maka, negara ini dikatakan sudah berhasil menjadi negara kapitalis demokrasi. Semakin minim peran negara dalam ikut campur urusan rakyat, maka negara ini dikatakan berhasil menjadi negara kapitalis demokrasi. Peranan negara hanya menjadi regulator, yakni penghubung masyarakat dengan perusahaan atau para kapital. 

Bagaimana kita bisa dikatakan merdeka? Sedangkan kita mempunyai sumber daya alam melimpah termasuk minyak bumi, tetapi masih merasakan mahalnya BBM, bahkan sering kita temui BBM naik secara berkala dari tahun ke tahun. 

Indonesia berstatus merdeka sudah 78 tahun, tetapi masih belum bisa menyediakan BBM yang terjangkau oleh masyarakat, dengan dalih A, B, C. Padahal jika mau, negara mampu mengusahakan dab dan menyediakan alat terbaik untuk mengelola minyak mentah menjadi siap pakai, mengerahkan ilmuwan terbaik untuk menganalisis kandungan-kandungn dalam minyak mentah ini dan mengerahkan semua SDM untuk membantu berlangsungnya kemaslahatan masyarakat ini. 

Namun nyatanya tidak juga diwujudkan. Bahkan, banyak fakta di lapangan, para ilmuwan yang ahli di bidangnya diaborsi kemampuannya, SDM yang mumpuni tidak dianggap serius. Inilah bukti negara kita belum sepenuhnya merdeka sesuai makna sesungguhnya, Indonesia masih terjajah dengan gaya baru. Penjajahan yang tidak terlihat secara fisik, tetapi nyata dirasakan masyarakat dampaknya yang luar biasa.

Merdeka bukan sekadar jargon, tetapi harus berupa buktinya. Merdeka artinya bebas. Negara yang merdeka berarti negara bebas dari penjajah, bebas dari dikte-dikte negara Barat, bebas mengatur negara sesuai yang Maha Pencipta mau, bukan manusia inginkan. Karena Sang Maha Pencipta tahu yang terbaik untuk hamba-Nya, sedangkan kita manusia biasa tidak tahu yang terbaik buat kita.

Dalam masalah SDA (minyak), Islam mempunyai pandangan tersendiri. Pandangan Islam berkaitan SDA ini tidak akan dibiarkan dikelola oleh Asing apalagi harga dimainkan oleh Asing, sehingga menjadikan rakyatnya harus menderita karena hal ini. Negara akan turun tangan untuk mengelolanya dari minyak mentah dikelola menjadi minyak siap pakai (BBM) dengan gratis, kalaupun harus membayar akan murah karena negara tidak akan mencari laba dari hasil pengelolaan minyak ini.

Islam mempunyai mekanisme pembagian kepemilikan yang khas yang tidak dimiliki kapitalisme juga sosialisme. Di dalam Islam, kepemilikan dibagi menjadi tiga, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan masyarakat, dan kepemilikan negara. Untuk minyak, gas, dan tambang masuk pos kepemilikan negara. Maka kelompok masyarakat atau individu tidak diperbolehkan untuk memilikinya dan mengelolanya. Negara yang diperbolehkan mengelola dan memiliki SDA tadi, yang hasilnya nanti dikembalikan kepada masyarakat berupa minyak siap pakai, infrastruktur yang memadai, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan masyarakat secara umum. Sedangkan dana untuk mengelola SDA ini diambil dari Baitul Mal, kalaupun masih kurang bisa meminjam kepada individu masyarakat, atau kalau masih kurang juga bisa masyarakat ikut gotong royong menyumbang. 

Negara di dalam Islam itu khas, penguasa bukan menjadi pengusaha, tetapi menjadi periayah bagi masyaraktnya. Yang pertanggung jawabannya berat, langsung kepada Sang Maha Pencipta. Senang atau sedihnya rakyat diperhatikan betul oleh penguasa, bahkan pada zaman Khalifah Umar bin Khattab terdapat kisah yang mengharukan. Pada malam buta, Umar bin Khattab berkeliling bersama ajudannya guna mengecek apakah rakyatnya baik-baik saja, perjalanan Umar terhenti oleh tangisan di dalam rumah tua. Terdengar ibu di dalam tersebut sedang memasak. Singkat cerita ibu tersebut mengolok-olok Umar karena merasa Umar kurang memperhatikan rakyatnya, hingga ia dan anaknya kelaparan. Kemudian Umar pun izin pulang sambil tersedu-sedu karena merasa kurang dalam meriayah rakyatnya, lantas ia pun langsung menuju Baitul Mal dan mengambil beberapa kantong bahan pokok juga daging yang ia panggul sendiri. Ajudan tersebut meminta izin untuk membawakan, tetapi Khalifah Umar menolak karena ini adalah tanggung jawabnya yang mana ia ingat Allah akan menghisab jika ia tidak mampu meriayah rakyatnya. Begitu luar biasa Khalifah Umar, ia sudah maksimal dalam meriayah rakyatnya, karena satu dan lain hal ada satu rumah yang kelaparan langsung membuat Khalifah berlinang air mata karena ingat hisab dari Sang Maha Pencipta sangatlah tegas.

Alangkah baik dan indahnya jika sosok seperti beliau dijadikan teladan bagi pemimpin-pemimpin Muslim di dunia ini, menjadikan Islam sebagai pondasi, menjadikan Allah SWT sebagai pengawas yang Paling Awas. Maka kita akan susah menemukan kesengsaraan rakyat dalam sebuah negara karena asas dalam memimpin bukan untung rugi masalah dunia, tetapi untung rugi pahala. Tabarakallah.

Saat ini bukanlah saatnya terus berkutat pada sistem bobrok kapitalisme, tetapi sudah saatnya beralih kepada sistem yang jaminan suksesnya abadi yaitu Sistem Islam.

Wallahu alam
Oleh: Oktavia
(Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments