Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jangan Pisahkan Politik dari Islam



 
TintaSiyasi.com -- Menjelang persiapan pesta demokrasi 2024, banyak kader partai politik yang sudah mengkampanyekan dirinya agar terpilih dan bisa duduk di bangku parlemen. Begitu juga dalam pemilihan presiden 2024 yang calon nya pun sudah sama-sama kita ketahui. Kondisi panas nya suasana politik ini pun menimbulkan banyak reaksi dari para tokoh masyarakat dan pejabat publik. Tidak sedikit dari mereka yang memberikan opininya terkait pemilihan pemimpin rakyat Indonesia kedepannya. 

Salah satunya adalah Pesan Gus Yaqut sebagai Menteri Agama Indonesia. Dia berpesan "Jangan Pilih Pemimpin yang Gunakan Agama Sebagai Alat Politik, Maka pemimpin yang ideal harus mampu menjadi rahmat bagi semua golongan". (REPUBLIKA.CO.ID/04/2023)

Ungkapan Menag ini pun tentunya bisa berbahaya ditengah-tengah umat. Pasalnya, secara tidak langsung Menag mengatakan bahwa agama dituduh sebagai alat politik. Islam hanya dijadikan sebagai azas manfaat dan maslahat bagi politik sekuler hari ini. tak heran lagi jika kita akan menyaksikan banyak calon yang mulai berpenampilan dan bersikap religious. Agama akan dianggap penting bila menguntungkan secara politik, sebaliknya agama dijauhkan apabila tidak menghasilkan keuntungan dalam berpolitik.

Nampak jelas bahwa saat ini sekularisme telah merasuk dalam benak-benak masyarakat kita bahkan sampai sekelas menteri. Bahaya pemikiran sekularisme termasuk politik sekular itu sangat jelas, pemikiran sekularisme akan membuat masyarakat memisahkan aturan agama dari kehidupan kita termasuk berpolitik. Mmaka wajar jika saat ini kita saksikan politik sekuler, politisi sekuler, parpol sekuler, dan pemikiran sekular pun kental ditengah masyarakat.

Dalam islam, politik tidak dapat dipisahkan dari agama, karena agama harus menjadi landasan dalam menentukan arah politik negara. Syariat Islam adalah hukum terbaik yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan manusia (QS Al-Maidah [5]: 50). Syariat islam tidak hanya mengatur aspek Aqidah dan ibadah, tetapi juga mengatur aspek politik (siyasah). Maka, politik dan Islam tentu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebagaimana bangunan tanpa tiang tentu tidak akan kokoh.

Sekularisme demokrasi telah membuat kaum muslim memisahkan agama dengan politik. Menyembah Allah sebagai sang pencipta, tetapi manusia yang menentukan hukum kehidupan sebagai penentu halal dan haram. Sistem sekuler-demokrasi pun telah memperdaya umat. Menyatakan kedaulatan di tangan rakyat, tetapi faktanya negeri ini ditentukan oleh segelintir wakil parpol yang duduk di parlemen. Dan bahkan membuat undang-undang yang menyengsarakan rakyat. 



Terlebih lagi, Islam adalah agama yang paripurna menyelesaikan segala permasalahan secara kaffah. Allah SWT juga menyeru kita agar memeluk islam secara kaffah, (QS.Albaqoroh : 208). Adapun kesempurnaan islam itu nampak dalam pengaturan nya pada 3 aspek, yaitu mengatur hubungan kita dengan Allah (Hablum minallah), mengatur hubungan kita dengan kehidupan sosial (hablum minannas) dan mengatur hubungan kehidupan pribadi kita (hablum minnafsi). Dalam aspek hablum minannas itulah syariat Islam menjelaskan seperagkat aturan tentang politik dan pemerintahan. 

Maka, kembali kepada politik Islam adalah solusi yang hakiki. Sebab, hanya dengan politik islam negeri ini akan mampu menyelesaikan berbagai problem yang terjadi. Sebagai negeri yang penduduknya mayoritas muslim, sudah selayaknya kita menerapkan syariat Allah SWT didalam kehidupan, tolah ukur halal-haram sudah selayaknya kita kembalikan kepada hukum syara’.
Wallahua’lam Bisshawab

Oleh: Hayunila Nuris (Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments