TintaSiyasi.com -- Miskin menurut definisi KBBI yaitu tidak berharta, serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Kalau ditanya pasti semua menginginkan kehidupan yang layak, enak, nyaman, berkecukupan dan bahkan lebih. Terlebih bagi penduduk yang tinggal di negeri yang kaya akan sumber daya alamnya. Namun faktanya tidak menunjukkan demikian, Bank Pembangunan Asia baru-baru ini merilis data sebanyak 155,2 juta orang di negara berkembang di Asia Pasifik hidup dalam kemiskinan ekstrem. Hal itu dipicu meningkatnya krisis biaya hidup akibat lonjakan inflasi yang terjadi tahun lalu.(CNNIndonesia.com)
Kepala Ekonom ADB Albert Park mengatakan jumlah kemiskinan ekstrem yang diakibatkan lonjakan inflasi telah membuat masyarakat miskin menjadi pihak yang paling dirugikan. Pasalnya, karena lonjakan itu mereka kehilangan kemampuan dalam membeli kebutuhan pokok seperti makanan dan bahan bakar karena harganya makin mahal, dan kesulitan membayar layanan kesehatan atau berinvestasi di bidang pendidikan.
Ironis memang, kemiskinan ekstrem terus meningkat sementara populasi individu berpenghasilan sangat tinggi di kawasan Asia Pasifik justru mengalami pertumbuhan hampir 51% selama periode 2017-2022.
Walaupun negara kita banyak aset dan kekayaan alam, tapi sebagian sudah ada dijual dan diserahkan untuk dikelola oleh asing dan aseng. Jadi mau bagaimana pun besarnya aset negara, kalau dikelola dengan cara yang tidak sesuai maka yakin saja akan menimbulkan banyak masalah salah satunya kemiskinan. Negara perlu mempertimbangkan kembali sistem pengelolaan ekonomi Kapitalisme yang saat ini diadopsi oleh Indonesia dan juga diadopsi oleh hampir seluruh negara.
Kemiskinan yang terjadi saat ini merupakan kemiskinan yang terjadi secara sistematis. Bagaimana tidak, kemiskinan yang terjadi merupakan dampak dari penerapan sistem ekonomi Kapitalisme. Sistem ini menjadikan kekayaan alam dikuasai para kapital dengan cara legal. Padahal, kekayaan alam yang notabenenya merupakan harta kepemilikan umum seharusnya untuk kemaslahatan rakyat bukan segelintir golongan atau individu. Alhasil, hasil yang melimpah dari sektor ini masuk ke dalam kantong para korporat dan negara tidak memiliki dana untuk mengurus rakyatnya.
Sehingga, berbagai jenis layanan publik seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan diperjualbelikan kepada rakyat. Tak terkecuali dengan berbagai macam kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan. Kebutuhan yang seharusnya murah dan terjangkau bagi masyarakat justru dimonopoli oleh swasta. Penguasa dalam sistem Kapitalisme hanya sebagai regulator para kapitalis. Rakyat juga terbebani dengan pajak yang mencekik, ditambah lagi sulitnya mencari pekerjaan yang layak.
Hal ini menunjukkan bahwa sistem ekonomi Kapitalisme tidak mampu menyelesaikan permasalahan kemiskinan. Tentu dibutuhkan sistem ekonomi alternatif yaitu dengan penerapan Islam. Mekanisme dalam ekonomi Islam senantiasa berjalan diatas syari'at Islam. Negara menjamin setiap individu per individu masyarakat mendapatkan kebutuhan hidup yang layak.
Negara menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi seluruh rakyatnya terutama laki-laki, sehingga tidak ada seorang laki-laki pun yang tidak mendapatkan pekerjaan atau pengangguran. Negara juga akan melarang penguasaan atau privatisasi sumber daya alam oleh para kapital, karena Islam melarang kepemilikan umum menjadi hak pribadi. Salah satu bentuk hasil pengelolaan sumber daya alam yang bisa dinikmati rakyat adalah jaminan kebutuhan dasar publik, seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan secara gratis. Dari sumber inilah negara mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh warganya baik muslim maupun non muslim. Dengan terpenuhinya kebutuhan hidup, tidak ada lagi masalah kemiskinan ekstrem. Sehingga Islam sebagai rahmatan lil' alamiin mampu kita rasakan.
Wallahu a'lam bishowwab
Oleh: Wakini
Aktivis Muslimah
0 Comments