TintaSiyasi.com - Tidak ada yang akan meyangkal bahwa aktivitas dakwah adalah kewajiban. Allah SWT telah menyampaikan perintah ini di dalam Al-Qur'an. Begitu pun apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bagi yang memperhatikan aktivitas Rasulullah maka akan mendapati bahwa kehidupan beliau adalah kehidupan dakwah. Menyeru kepada al-khair (Islam) dan mencegah pada kemungkaran (kemaksiatan).
Selain mewajibkan aktivitas dakwah pada individu Allah telah pula mewajibkan pengembanan dakwah Islam secara berjemaah. Jika dakwah secara individu dilakukan secara mandiri dan menyerukan Islam sesuai dengan ‘misi perorangan’ maka hal itu tidak berlaku pada dakwah secara berjemaah. Dakwah jemaah memiliki satu tujuan yang harus pula dimilliki oleh semua anggotanya. Inilah salah satu keunikan dakwah dalam jemaah.
Sesuai dengan namanya, jemaah dakwah diikuti lebih dari dua orang. Bisa berjumlah puluhan, ratusan, ribuan, bahkan lebih. Selain mendapatkan tantangan dari eksternal dalam rangka meraih tujuannya, tantangan dari internal kerap mewarnai jemaah ini. Tentu saja hal itu akan berbahaya jika dibiarkan. Jangankan mewujudkan apa yang dicita-citakan, justru jemaah ini akan disibukkan dengan aktivitas pertikaian internal.
Lalu bagaimana menciptakan ‘kemesraan’ antara sesama anggota jemaah?
Menciptakan ‘Kemesraan’ Bersama Jemaah
Sikap mesra ternyata tak hanya dibutuhkan pada pasangan hidup ataupan keluarga. Sikap mesra harus pula ditumbuhkan pada sesama anggota jemaah. Interaksi dengan jemaah adakalanya akan lebih intens dibandingkan dengan keluarga. Kerenggangan dalam keluarga bisa dengan mudah diperbaiki sebab ada ikatan nasab. Hal ini berbeda dengan anggota Jemaah.
Individu-individu yang ada dalam jemaah terdiri dari orang-orang yang berasal dari keluarga yang berbeda, tak pernah saling mengenal sebelumnya, dengan karakter yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini masih ditambah pula dengan ragam masalah yang berada pundaknya. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus senatiasa diperhatikan oleh seluruh anggota jamaah.
Pertama. Menjaga keikhlasan.
Keikhlasan adalah faktor terpenting diterimanya amal manusia. Melaksanakan amal kebaikan jika tidak diikuti oleh niat karena Allah pasti akan tertolak. Meskipun sesuai dengan apa yang diperintahkan.
Seluruh anggota dakwah harus benar-benar menyadari dan memahami ketergabungannya dalam aktivitas ini. Aktivitas dakwah adalah aktivitas perjuangan yang penuh tantangan dan resiko. Oleh karena itu, semua anggota jamaah harus membasahi lisan dan jiwanya dengan berzikir kepada Allah. Memurnikan amalnya hanya untuk Allah SWT.
Kedua. Kesatuan pemikiran.
Selain ikatan akidah Islam, kesatuan pemikiran -yang bersumber dari Islam- merupakan hal yang penting untuk menjaga kesolidan sebuah jemaah. Kesatuan pemikiran akan apa yang diperjuangkan harus dimiliki oleh semua orang yang tergabung di dalamnya.
Kesatuan pemikiran akan mencegah terpecahnya sebuah jemaah. Tidak akan ada sikap saling sikut dalam mencari pengikut.
Ketiga. Kesamaan gerak.
Kesatuan pemikiran juga harus diikuti dengan kesamaan gerak. Jemaah berada dalam satu komando pimpinan. Gerak Langkah yang sama akan mempercepat jamaah dalam mencapai satu tujuan yang diharapkan.
Tidak sibuk mempernyatakan, “mengapa begini” dan “mengapa begitu”. Juga tak ribut dengan ocehan “ harusnya begini dan tidak begitu”. Jika hal itu terjadi maka jamaah akan selalu disibukkan dengan obrolan yang belum tentu penting dan dibutuhkan dalam upaya meraih tujuan.
Keempat. Memposisikan anggota jemaah sebagai saudara.
Kedekatan dengan sesama anggota jemaah harus selalu dipupuk. Tumbuhkan rasa syukur atas hadirnya mereka dalam hidup kita. Sahabat rasa saudara. Teman tapi ‘mesra’. Seperti judul lagu yang pernah viral.
Saling Asah, Asih, dan Asuh
Meski beraktivitas dalam aktivitas kebaikan satu hal yang harus dipahami oleh semua anggota jamaah bahwa mereka adalah manusia biasa. Manusia yang tak kan luput dari kesalahan, keletihan, dan juga godaan. Mereka adalah bagian dari masyarakat. Korban dari sistem kufur yang tengah diterapkan.
Selain amanah yang diberikan oleh jemaah dipundak mereka juga bertumpuk persoalan kehidupan. Yang terkadang berat dan menyesakkan dada. Karena itu akan ditemui orang-orang yang melemah, istirahat yang berkepanjangan bahkan terhenti langkahnya.
Untuk itu sangat diharapkan hadirnya sahabat- sahabat seperjuangan dalam keseharian. Saling membantu dan mengunjungi layaknya saudara. Merangkul saat ada yang terpukul. Menghibur saat ada yang hampir futur. Meggenggam tangan saat ada yang tengah mencoba bertahan.
Sesungguhnya aktivitas dakwah bukanlah jalan yang mudah. Oleh karenanya Allah janjikan pahala berlipat ganda. Aktivitas mulia yang ditugaskan kepada para nabi dan rasulnya. Menjalin komunikasi dengan bahasa yang ahsan, memanggil dengan panggilan kesukaan dan penuh doa. Memberi hadiah meskti tak seberapa nilainya.
Tak mengomentari terhadap apa-apa yang tak disukai oleh individu-individu tertentu, terlebih jika itu hanya perkara selera. Terbatas pada suka dan tak suka. Dengan begitu suasana kemesraan senatiasa terwujud diantara sesama anggota jemaah.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al -Maidah ayat 2:
وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ
Artinya: "Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa."
Khatimah
Aktivitas dakwah secara berjemaah adalah aktivitas dakwah yang dicontohkan oleh baginda Rasullah Muhammad SAW. Dengan dakwah berjemaah penyebaran Islam dan syariatnya akan mampu menjangkau wilayah yang lebih luas dengan capaian hasil yang lebih terukur, terarah, dan gemilang. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan terbentuknya jamaah dakwah yang kuat, solid, dan berdaya juang tinggi.
Meski telah disadari bahwa dakwah adalah aktivitas mulia dengan limpahan pahala yang motivasi para pengembannya tetap saja dibutuhkan suasana persahabatan yang penuh kehangatan. Sikap saling merangkul, bahu membahu oleh sesama pengembannya akan mampu menyembuhkan luka yang mungkin muncul dari aktivitas dakwah. Agar apa yang menjadi cita- cita jemaah segera terwujud. Sebab bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.
Wallahu a’lam bishshawab. []
Oleh: Widya Hartanti, S.S.
Aktivis Muslimah
0 Comments