Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tawuran Pelajar Kembali Terulang

Tintasiyasi.com -- Pemuda adalah penentu suatu peradaban. Suatu peradaban maju atau tidaknya tergantung kepada pemuda yang ada di dalamnya. Tentu untuk itu pemuda yang ada haruslah pemuda yang berintelektual dan mempunyai kualitas yang mumpuni serta memiliki visi dan misi yang jelas dalam hidupnya.

Cukup miris, baru-baru ini aksi tawuran yang dilakukan pelajar kembali terulang. Bahkan aksi tawuran ini terjadi di berbagai daerah dan terjadi awal tahu baru pembelajaran. Pada Sabtu dini hari (22/07/2023), sebanyak 20 pelajar diamankan di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat karena hendak melakukan tawuran dengan membawa senjata tajam. Para pelajar ini baru saja masuk sekolah menengah atas (SMA). Terdapat 5 dari 20 pelajar tersebut masih dalam penyidikan reskrim karena membawa senjata tajam (Beritasatu.com, 23/07/2023).

Namun sebelumnya, pada Senin (17/07/2023) sebanyak 69 pelajar diamankan di Polresta Tangerang karena berencana melakukan tawuran pada hari pertama masuk sekolah di kawasan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten. 69 pelajar tersebut berasal dari dua sekolah yang berbeda, 34 pelajar berasal dari SMA Dwipama dan 35 pelajar lagi berasal dari SMA Al Badar. Yang cukup mengejutkan, puluhan pelajar tersebut dibawa oleh beberapa alumni sekolah mereka untuk melakukan konvoi di jalan raya mencari lawan dari sekolah lain untuk tawuran. Lagi-lagi sebagian dari puluhan pelajar yang ikut tawuran ini adalah anak yang baru saja masuk SMA (Beritasatu.com, 18/07/2023).

Tak kalah pelik, tawuran juga terjadi Jembatan Bandengan, Jakarta Utara. Tawuran ini terjadi semat-mata karena ingin mencari pengakuan atau eksistensi di media sosial. Unit Reskrim Polsek Metro Penjaringan sudah menangkap dua orang pelajar asal Jelambar, Jakarta Barat yang diduga ikut aksi tawuran. Warga setempat, 35 tahun, mengatakan bahwa aksi tawuran antar pelajar ini terjadi pada Senin (17/07/2023) (Antaranews.com, 18/07/1023).

Itulah sederet fakta tawuran antar pelajar yang terjadi di berbagai daerah dan terjadi di awal masuknya tahun pembelajaran yang baru. Mirisnya, tawuran ini sudah menjadi budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya tawuran ini bagaikan rantai yang sulit untuk diputuskan. Fenomena ini menunjukkan bahwa lemahnya kepribadian anak dan sistem pendidikan hari ini yang berasaskan sistem sekuler kapitalisme.

Pangkal dari aksi tawuran yang dilakukan pelajar ini adalah sekulerisme liberal yang menuntun mereka dengan slogan “yang penting happy” yang merasuk ke dalam pemikiran, perasaan, dan tingkah laku sehingga mereka bebas melakukan apapun yang mereka inginkan. “Mumpung masih muda,” katanya. Sekulerisme menjadikan para pemuda kehilangan visi mereka terhadap akhirat.

Konsep pahala dan dosa tidka melekat di benak mereka sehingga tidak menjadi penuntun dalam tingkah laku mereka. Mereka bahkan dibuat lupa  bahwa maut bisa datang kapan saja dan tidak perlu menunggu tua.

Perilaku pemuda yang kian hari kian bebas adalah akibat dari diterapkannya sistem kapitalisme dalam kehidupan masyarakat dan negara. Kapitalisme mengomersilkan pendidikan dan pencapaian nilai-nilai akademik menjadi fokus utama sehingga abai terhadap pembinaan kepribadian pelajar. Pelajaran agama semakin minim dan hanya sekedar sebagai bahan ajar semata sehingga tidak berbekas di dalam diri pelajar. 

Sedangkan, di luar sekolah konsep kesuksesan makin dijauhkan dari standar Islam. Defini sukses yang kapitalisme berikan adalah meraih materi berupa miliaran rupiah dari ketenaran yakni dengan menjadi Content Creator, pemain gim, artis medsos, dll yang dianggap lebih menjajikan daripada rajin belajar di sekolah.

Maka kita patut khawatir dengan kondisi pelajar saat ini yang mana justru nantinya akan menjadi generasi yang memiliki kepribadian lemah dan tidak menjadi generasi emas kedepannya.

Ditambah lagi, penguasa juga tidak menganggap ini sebagai hal yamg serius dan  tampak gamang dalam menyelesaikan tawuran pelajar. Sistem hukum hari ini juga tidak bisa memenjarakan pelaku karena pelaku yang belum berusia 18 tahun masih dianggap anak-anak. Akibatnya hukum tidak bisa berlaku tegas kepada pelaku kriminal meskipun melukai orang sekalipun.

Jika begini, maka yang menjadi korban bukan saja pelaku tawuran namun juga orang-orang yang tidak bersalah seperti pelajar lain atau pengendara yang sedang melintas di jalan. Terbuktilah bahwa kapitalisme gagal dalam menyelesaikan masalah dan justru menjadi biang berbagai masalah.

Untuk itu, saatnya mengganti sistem  kufur dengan sistem yang shahih, yakni sistem Islam. Islam memiliki konsep yang jelas dan tegas dalam menyelesaikan masalah tawuran pelajar. Islam akan menjaga pemudanya dari kerusakan. Maka dalam sistem Islam (Khilafah) pemuda akan dibina dan diberdayakan.

Khilafah akan membina mereka dengan akidah Islam yang kuat, ilmu dan tsaqafah yang mumpuni, dan berjiwa pejuang fi sabilillah. Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan efektif. Setiap orang yang sudah baligh harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan syariat. Jika terbukti melakukan tindakan kriminal, maka akan dikenai sanksi sesuai dengan jenis tindakan kriminal yang dilakukan. Dalam hal melukai dan membunuh maka akan dikenai sanksi qisas.

Dalam penerapan sistem Islam, masalah tawuran akan mendapatkan solusi yang nyata. Pemuda akan menjadi generasi pembebas yang mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Sabda Rasulullah:

“Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yakni imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, …” (HR. Bukhari). Wallahu’alam bishshawab.[]

Oleh : Nur Amalya
(Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments