TintaSiyasi.com - Seperti biasa rakyat Indonesia merayakan hari kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus yang ke 78 tahun. Hari kemerdekaan biasanya di warnai berbagai macam tradisi seperti karnaval, gerak jalan, lomba-lomba, barikan (sebutan orang jawa), dan lain-lain. Yang jelas warga dengan suka cita menyambut hari kemerdekaan. Namun apakah hari ini Indonesia telah merdeka, tentu perlu penelitian lebih lanjut karena selama ini rakyat hanya bisa meneriakkan kata 'merdeka! merdeka! merdeka!'. Namun, sebenarnya jauh dari hakikat merdeka itu sendiri. Terlebih sistem sekularisme hari ini telah sekian lama mengotori fitrah manusia yang sejatinya sudah merdeka. Benarkah?
Dijajah Sekularisme
Jika manusia diberi pilihan apakah merdeka atau dijajah pasti akan memilih merdeka. Manusia mana pun tak ingin dijajah. Secara fitrah manusia ingin bebas dari berbagai belenggu baik secara pemikiran, ekonomi, hukum, budaya, dan lain-lain. Sehingga tak jarang manusia ingin merdeka dan bebas. Itulah yang terjadi saat ini. Meskipun negeri ini secara fisik telah merdeka namun secara non fisik masih terkategori terjajah. Akibat penerapan sistem sekuler (memisahkan agama dari kehidupan), apapun yang dilakukan harus bebas dari nilai agama dalam arti agama tidak boleh ikut campur dalam masalah kehidupan.
Wajar jika agama hanya berlaku pada tataran shalat, zakat, puasa, dan haji. Sementara dalam masalah kehidupan sehari-hari aturan manusialah uang berlaku. Itulah mengapa komunisme menganggap agama sebagai candu sebab mereka pun tak mau diatur dengan agama, mereka ingin bebas tak boleh ada aturan dan larangan. Maka tak sedikit yang menjadi atheis (tidak bertuhan). Sebab pemahaman tentang kehidupan berawal dari materi dan kembali lagi menjadi materi. Atau kehidupan ini berawal dan berakhir begitu saja.
Jika diteliti, kehidupan sekuler ini sebagai dampak dari penjajahan di masa lalu. Hal itu ditandai pada saat runtuhnya kepemimpinan Islam yaitu Khilafah Islamiyah di Turki Utsmani pada tahun 1924. Penjajah yaitu Inggris dan Perancis melalui tangan Mustafa Kemal Attaturk, Khilafah Islam diruntuhkan. Dimulailah penjajahan militer yang mana wilayah Perancis, Italia, Irak, dan lainnya dikuasai Inggris pada saat perang Teluk. Berbeda dengan saat ini, negara kapitalis dengan thariqah (metode)-nya berusaha menjajah dengan cara yang baru. Melalui sekularisme, menjajah baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan, budaya, keamanan, dan lain-lain.
Maka secara fisik dikatakan merdeka, namun secara non fisik terjajah. Indonesia secara ekonomi masih berhutang dengan negara luar, bergantung pada pasar bebas, privatisasi atas kekayaan alam. Invasi budaya barat ke Indonesia kian merajalela. Budaya asing dan pemikiran liberal masuk dalam kurikulum pendidikan. LGBT, fashion, food, life style barat menjadi trend anak muda. Mereka diajak berpikir pada tatanan hidup yang penuh toleransi. Alhasil krisis moral tak terbendung. Free sex, gaya hidup penuh hura-hura, tawuran, galau, hingga hilang arah mengikuti budaya sekuler liberal. Mereka menghamba pada budaya barat sehingga merusak moral dan tatanan sosial di masyarakat. Jelas semua ini menunjukkan betapa negeri ini terjajah oleh sekularisme.
Merdeka dengan Islam Kaffah
Indonesia dan negeri Muslim lainnya jelas masih terjajah di segala bidang. Wajar, Indonesia menjadi karut marut. Kehidupan serba materialis sementara peran akidah sangat minim sekali untuk menyelesaikan persoalan bangsa. Lebih memilih aturan manusia yang berperan. Alhasil, solusi bersifat tambal sulam dan berputar di tempat. Maka jika umat Islam ingin bebas dari sehala bentuk penjajahan ini, mau tidak mau harus keluar dari kungkungan penjajah yaitu sekularisme. Dengan kata lain umat Islam tak boleh berdiam diri terhadap sesuatu yang mendatangkan kezaliman. Sebab akan membawa pada kemudharatan sehingga menimbulkan kesengsaraan.
Karenanya umat Islam harus bebas dari segala bentuk penjajahan karena agama Islam datang adalah ingin membebaskan manusia dari sifat penghambaan terhadap manusia beralih penghambaan pada Allah SWT. Inilah yang dinamakan merdeka sesungguhnya, merdeka yang sejati. Bukan kemerdekaan semu yang berakhir pada kehancuran manusia. Begitulah yang diinginkan oleh orang kafir Barat, tidak ingin jika Islam menjadi negara adidaya yang maju dan tak terkalahkan.
Sebaliknya tatkala ekspansi militer Islam ke negeri yang ditaklukkan, justru membawa manusia pada kemajuan dan kegemilangan. Bahkan mampu membangun sebuah peradaban emas. Kala itu orang Yahudi dan Nasrani mengalami keemasannya justru dalam kekuasaan Islam. Perlu diketahui bahwa bukti nyata sejarah ekspansi militer Islam tidak pernah membuat manusia sengsara. Sebaliknya melalui Islam menghasilkan manusia yang beradab, bermartabat, dan disegani. Kewibawaan Islam menjadi suatu pandangan bahwa Islam tak mampu tertandingi oleh negara manapun baik dari sisi militer, penerapan ilmu dan tsaqofahnya.
Saatnya Indonesia dan negeri Muslim lainnya mewujudkan kemerdekaan yang hakiki. Yaitu harus keluar dari sifat menghamba pada selain Allah. Yaitu keluar dari sekularisme yang jahiliah menuju pada sistem yang memanusiakan manusia atau sistem yang hanya mentauhidkan Allah SWT dengan sistem Islam kaffah. Agar manusia dibimbing jalannya di dunia dengan benar agar sampai ke surga dengan cara yang benar. Umat Islam harus membangun kesadaran di tengah masyarakat dengan pemahaman uang benar tentang kehidupan. Dengan demikian umat Islam mampu menjadi umat yang kuat yang tak mampu dikalahkan oleh sesuatu yang menjajah baik bersifat fisik maupun non fisik. Alhasil kesadaran tentang kehidupan untuk merdeka yang hakiki terwujud dengan benar. Semua itu hanya dapat diraih dengan kembali menerapkan Islam kaffah ditengah kehidupan saat ini. Merdeka hanya dengan Islam kaffah!
"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (TQS. Al Maidah : 50).
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Punky Purboyowati
Aktivis Muslimah
0 Comments