TintaSiyasi.com - Dalam sebuah wawancara seorang politisi BJP DR. Subramanian swamy mengatakan bahwa kita tahu dimana ada populasi muslim yang besar disitu ada masalah. Karena ideologi Islam yang mengatakan seperti yang dilansir chanel youtube cordova media. Senin (21/08/2023).
Inilah bentuk kebencian mereka terhadap kaum muslimin di India. Nyatanya pada pasal 14 konstitusi India menjamin hak atas kesetaraan. Sebagai seorang politisi tentu mengerti hal tersebut, untuk semua orang yang tinggal di India.
"Kebanyakan orang menyukai pendekatan Garis Keras kita dalam menyelesaikan masalah-masalah yang tertunda," ungkapnya.
Itulah hiprokritnya politisi sekuler. Jelas tampak gambaran demokrasi hanya kamuflase dan dalih pembenaran atas penistaan yang dilakukan. Sikap Barat akan sangat berbeda seandainya umat Islam menghina agama non-Islam. Diksi radikalisme dan terorisme pasti menggema secara internasional, menganggap hanya Islam agama radikal, yang lainnya tidak.
Kebebasan berekpresi, kebebasan berpendapat, kebebasan beragama dan kebebasan berprilaku hanya menjadi jargon dan propaganda untuk menyerang umat Islam dan negeri-negerinya.
Dan saat ini seorang politisi sekuler mengeluarkan nada kebencian kepada agama lain yang begitu tendensius. Bisa diyakini dia telah terjangkit islamofobia.
Benarlah apa yang disampaikan lisan mulia Rasulullah SAW bahwa orang-orang musyrik, orang-orang kafir tidak akan senang sampai kaum Muslim mengikuti milah mereka.
Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah (Allah) Yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk Dia menangkan agama itu atas seluruh agama yang ada meski kaum musyrik membencinya. (TQS At-Taubah [9]: 33).
Politik Islam
Dalam konsep politik Islam, Al-‘Allamah al-Qadhi Syekh Muhammad Taqiyuddin an-Nabhani menyatakan:
اَلسِّيَاسَةُ هِيَ رِعَايَةُ شُؤُوْنِ الأُمَّةِ دَاخِلِيًّا وَخَارِجِيًّا، وَتَكُوْنُ مِنْ قِبَلِ الدَّوْلَةِ وَالأُمَّةِ، فَالدَّوْلَةُ هِيَ الَّتِيْ تُبَاشِرُ هَذِهِ الرِّعَايَةِ عَمَلِيًّا، وَالأُمَّةُ هِيَ الَّتِيْ تُحَاسِبُ هَذِهِ الدَّوْلَةُ
Politik adalah mengurusi urusan umat di dalam dan luar negeri. Hal itu dilakukan oleh negara dan umat. Negaralah yang melaksanakan pengurusan ini secara langsung, sedangkan umatlah mengoreksi negara (An-Nabhani, Mafâhim Siyâsiyyah, hlm. 5).
Seorang Muslim sejatinya adalah politikus. Sebabnya, politik dalam pandangan Islam adalah mengelola (meriayah) urusan umat dengan syariah Islam.
Politisi Islam harus memiliki atau memahami ilmu agama, seperti bahasa arab, fiqh, ushul fiqh, balagah, dan lain-lain. Dengan ilmu itu nantinya ia bisa mengimplementasikan politik Islam. Politik Islam semacam inilah yang membedakan dirinya dengan politik sekuler.
Politisi Islam akan memberikan usulan atau masukan melalui Majelis Ummah kepada khalifah terkait kehidupan rakyatnya. Yang nantinya khalifah melakukan ijtihad dan memenuhi semua kebutuhan dasar rakyatnya tanpa memandang agama mereka.
Dia juga bersama-sama ummat melakukan muhasabah atau mengoreksi pemimpin jika tidak sesuai syariah Islam. Itu adalah bentuk kontrol ummat terhadap penguasanya.
Sebaliknya, ketika politik umat Islam tidak menggunakan syariah Islam. Politiknya akan menjadi politik sekuler yang oportunis dan hipokrit. Inilah yang digambarkan dalam Al-Qur'an:
مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَٰلِكَ لَا إِلَىٰ هَٰؤُلَاءِ وَلَا إِلَىٰ هَٰؤُلَاءِ , وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلًا
Mereka (orang-orang munafik) dalam keadaan ragu di antara yang demikian (iman atau kafir). Tidak termasuk golongan (orang beriman) ini dan tidak (pula) golongan (orang kafir) itu. Siapa saja yang dibiarkan sesat oleh Allah (karena tidak mengikuti tuntunan-Nya dan memilih kesesatan), kamu tidak akan menemukan jalan (untuk memberi petunjuk) bagi dirinya (QS an-Nisa’ [4]: 143).
Penjaga Kemuliaan Islam
Dalam Islam, agama adalah sesuatu yang wajib dijaga dan dimuliakan. Salah satu tujuan diterapkannya syariat Islam adalah memelihara dan melindungi agama. Ketegasan Islam terhadap penista bisa kita lihat dari sikap Khalifah Abdul Hamid saat merespons pelecehan kepada Rasulullah SAW.
Saat itu, beliau memanggil duta besar Prancis meminta penjelasan atas niat Prancis yang akan menggelar teater yang melecehkan Nabi SAW. Beliau berkata begini pada duta Prancis, “Akulah Khalifah umat Islam, Abdul Hamid! Aku akan menghancurkan dunia di sekitarmu jika kamu tidak menghentikan pertunjukan tersebut!”
Itulah sikap pemimpin kaum Muslim, tegas dan berwibawa. Umat akan terus terhina karena tidak ada yang menjaga agama ini dengan lantang dan berani. Politisi Islam haruslah mengambil peran dalam mendakwahkan umat agar tersadarkan untuk kembali menerapkan Islam yang kaffah. Tentulah dalam bingkai institusi yang bisa menerapkan yakni khilafah ala minhaj nubuwah. []
Oleh: Irawati
Aktivis Muslimah Pekanbaru
0 Comments