Tintasiyasi.com -- Dilansir Liputan6.Com (6/8/23), seorang pengendara ojek online vadim(38) meregang nyawa setelah menjalani perawatan medis, akibat terjerat kabel optik. Peristiwa terjadi saat korban mengendarai sepeda motor di Jalan Brigjen Katamso, Palmerah, Jakarta Barat pada Sabtu dini hari 29 Juli 2023. Setelah 6 jam kejadian tersebut, korban bernama Vadim menghembuskan nafas terakhir pukul 05.30 WIB.
Jika ditelusuri petaka kabel optik ini bukan kali pertama terjadi, pada awal tahun 2023 juga sudah memakan korban. Seorang mahasiswa bernama Sultan Awal Rifat, lehernya terluka hebat imbas terjerat kabel serat optik sampai tidak bisa bicara. Lokasi kejadian di jalan Pangeran Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan yang nyatanya kabel kabel tersebut sangat semrawut (Kompas.Com, 5/01/23).
Perusahaan yang memiliki kabel fiber optik ini harus bertanggung jawab, namun yang lebih penting adalah ketegasan dan kontrol dari negara pada setiap perusahaan telekomunikasi. Secara rutin negara melakukan pengecekan dan pemantauan pemasangan kabel optik di jalan, hingga merapikan kembali agar tidak membahayakan pengguna jalan. Mirisnya negeri ini yakni pihak kepolisian, ketika viral ada kasus jatuh korban baru bertindak.
Kabel Optik Semrawut
Kesejahteraan rakyat adalah jaminan negara, begitupun keselamatannya apalagi terkait nyawa rakyat. Jika melihat kondisi jalan dengan semrawutnya kabel optik, baik di Jakarta maupun di beberapa daerah lain. Rasanya kasus vadim (38) bukan korban yang terakhir, terindikasi dari infrastruktur yang tak kunjung usai penyelesaiannya. Para pelaku antara perusahaan dan pemerintah, dan juga Dinas Bina Marga DKI sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi DKI Jakarta.
Mereka saling lempar tanggung jawab, padahal mereka yang memiliki tugas melayani masyarakat dalam menyediakan infrastruktur, termasuk di dalamnya penataan jaringan utilitas, masing masing mengklaim pembenaran terhadap kasus yang menimpa Vadim dan Sultan.
Negara Gagal Menciptakan Infrastruktur Aman
Pembenahan dan perbaikan kabel optik mestinya dilakukan sebelum jatuh korban. Namun saat ini negara menganut sistem kapitalisme, sistem yang memandang keuntungan materi adalah hal yang utama. Sistem ini gagal menciptakan infrstruktur aman bagi rakyat, karena lalai dalam menjamin keselamatan rakyat, selalu mengedepankan pemilik modal.
Sistem kapitalisme menyuburkan para pemodal untuk meraup untung sebesar besarnya, kekuatan negara lemah di hadapan para pemilik modal atau kapital. Pembangunan infrastruktur diswastasisasi, negara berlepas dari tanggung jawabnya. Proyek pembangunan yang nyata untuk fasilitas publik diserahkan kepada para pemilik modal, kasus petaka kabel optik tidak pernah berujung pada penyelesaian. Sehingga terus berulang masalah, rakyat menjadi korban.
Setiap kasus yang terjadi tidak menjadi pelajaran bagi pemangku jabatan, bagaimana seharusnya menjaga dan menjamin keselamatan pengguna jalan raya. Menjadi kewajaran ketika infrastruktur di serahkan kepada swasta, pengontrolan kualitas menjadi lemah dan keselamatan rakyat terabaikan. Para kapital hanya konsentrasi pada keuntungan yang ingin diraih, inilah sistem kapitalisme yang jelas rusak maka berdampak pada kesengsaraan.
Penguasa Membangun Fasilitas Publik Bentuk Tanggung Jawab Kepada Allah Ta'ala
Islam sangat memperhatikan dan menjamin keselamatan rakyat, Pemimpin dalam Islam yakni Khalifah akan bertanggung jawab penuh dalam pengurusan rakyat. Negara sebagai pengurus rakyat wajib memenuhi semua kebutuhan rakyat, termasuk fasilitas infrastruktur telekomunikasi. Rosulullah Shalallahu Alaihi Wassallam bersabda : "Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya", (HR. Imam Al Bukhori).
Memaknai hadits tersebut, seharusnya penguasa dalam hal ini negara punya rasa tanggungjawab yang besar. Bukan hanya tanggungjawab di dunia namun hingga akhirat, membangun fasilitas publik adalah bentuk tanggungjawabnya kepada Allah Subhanallahu Wa Ta'ala, sebagai penguasa.
Pemimpin negara adalah orang yang diberikan amanah mengurus urusan rakyat yang dipimpinnya. Dikisahkan bagaimana khalifah Umar bin Khattab menjadi pemimpin sangat berhati hati dengan urusan rakyatnya, beliau pernah berkata:
"Demi Allah jika ada seekor keledai jatuh terperosok dari negeri Irak aku khawatir keledai itu akan menuntut hisab aku di hari kiamat." Padahal khalifah Umar bin Khattab tinggal di Madinah dan lubang itu di Irak.
Dengan Ketakwaan seorang pemimpin akan penuh tanggungjawab, bukan hanya nyawa manusia bahkan nyawa seekor keledai pun sangat diperhatikan. Salah satu kepengurusan pemimpin negara dalam Islam adalah menjaga jiwa, dan memiliki kewenangan mengurus kemaslahatan rakyat.
Pentingnya Pengelolaan Wilayah Dalam Islam
Terkait Kemaslahatan rakyat fasilitas umum menjadi hal penting, demi berjalannya kemajuan dan kemudahan bagi rakyat dalam berkehidupan. Apalagi terkait kabel optik untuk telekomunikasi, sangat jauh antara sistem kapitalisme dengan sistem Islam. Islam mengatur pengelolaan wilayah itu untuk kemaslahatan seluruh rakyat, benar benar di tata sehingga keamanan, kenyamanan, dan ketentraman tercipta. Dan imbasnya bukan hanya untuk segelintir orang.
Pemasangan kabel optik benar benar detail diperhatikan, baik pemasangan di atas dan diupayakan maksimal aman bagi rakyat. Jika ada teknologi terbaru yang lebih aman dengan di tanam di bawah tanah. Negara cepat tanggap untuk mengaplikasikannya demi kenyamanan rakyat.
Pembangunan infrastruktur haruslah negara yang menjadi pusat pengendali, jika di serahkan pada swasta inilah yang terjadi. Karena tujuan utama dari swasta hanya untung, sehingga orang yang memiliki kemampuan finansial lebih saja yang bisa mengakses fasilitas terbaik.
Dalam negara Islam pembangunan infrastruktur bukan keuntungan, sebab terpenuhinya kebutuhan seluruh rakyat adalah bentuk tanggungjawab dunia akhirat. Negara atau penguasa berfungsi untuk melindungi rakyat dan menyelesaikan seluruh problema yang terjadi di masyarakat, dan tidak akan segan segan memberikan sanksi tegas kepada para pengusaha atau perusahaan yang lalai dan abai terhadap keselamatan dan keamanan rakyat.
Kekuatan finansil negara sangat penting, dalam negara Islam mempunyai baitul maal yang pos posnya dari harta fai , kharaj, kepemilikan umum, dan pos sedekah, akan menjadikan keuangan negara kuat. Tidak ada yang namanya defisit anggaran sehingga pembangunan tidak akan di serahkan ke swasta, yang hasilnya jelas tidak utuh untuk rakyat.
Khatimah
Masa sekarang sangat sulit menemukan pemimpin dengan karakter sebenar benar takwa, sebagaima para khalifah masa dahulu yang menerapkan Islam secara kaffah.
Hari ini penguasa bukannya merasa bersalah, malah saling melempar tanggungjawab. Miris rakyat selalu menjadi korban, Tidakkah kita merindu sistem terbaik? yang menghasilkan pemimpin takwa penuh tanggungjawab dunia dan akhirat. Wallahu A'lam bishowab.[]
Oleh: Nur Arofah
(Aktivis Muslimah)
0 Comments